Jejak Samurai Selendang: Digoda Harga Tinggi, Pilih Dijadikan Koleksi

Jejak Samurai Selendang: Digoda Harga Tinggi, Pilih Dijadikan Koleksi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 16 Des 2022 13:00 WIB
Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51)
Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51) (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Sebilah pedang panjang dengan kondisi ditekuk mirip sabuk terpajang di dinding rumah Adang Suhendi (50) warga Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Jejak samurai itu sudah berpindah-pindah ke sejumlah orang hingga akhirnya kembali kepada sang pemilik.

Menurut Adang, samurai itu pernah ditawar dengan harga tinggi maka tidak aneh jika samurai yang memiliki panjang 1,2 meter itu kerap berpindah tangan untuk ditawarkan. Sempat hilang, namun akhirnya 'pulang'.

"Terakhir ditawar kenalan anak saya di Bogor nilainya miliaran, tapi katanya tidak lolos tes. Sempat parkir dulu lama sampai akhirnya kembali lagi ke saya, bahasa tidak lolos tes itu sudah sering saya dengar setiap menawarkan samurai ini. Banyak yang bilang ini samurai 'uka-uka' alias gaib atau artinya entah apa yang pasti mau dijual dan ada pembeli pasti ujungnya gagal," kata Adang saat ditemui detikJabar, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adang mengaku mendapatkan samurai itu dari almarhum kakaknya, sebelum meninggal dunia sang kakak menitipkan dua bilah samurai yang salah satunya berwarna kuning dan sama-sama memiliki fisik yang lentur.

"Jadi almarhum kakak saya itu mendapatkan samurai ini dari seseorang, ada dua bilah yang satu berwarna kuning. Dua-duanya bisa ditekuk melingkar, katanya ini peninggalan jepang yang harganya sangat mahal untuk kolektor," ungkap dia.

ADVERTISEMENT
Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51)Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51) Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Terlepas dari kalimat untuk kolektor, pengalaman Adang sendiri selama menyimpan samurai itu tidak menemukan pembeli yang benar-benar serius. Sejak almarhum kakaknya masih ada hingga kini, tidak ada pembeli yang benar-benar serius.

"Terlalu banyak unsur magisnya, ada juga yang menyebut palsu karena tidak lolos test. Kalau buat saya pribadi tidak mau larut terlalu jauh terseret sampai habis-habisan, saya lebih suka dengan karakter uniknya dan yang menarik itu kata saya justru karena ada beberapa benda unik di dalam samurai ini," ungkap dia.

Adang memutar ulir di bilah samurai, di bagian pegangan samurai terdapat rumbai dari tali mirip benang wol. Ketika diputar sebilah pisau kecil dengan warna senada dengan samurai muncul, selain itu ada kain bertuliskan huruf kanji.

Dilihat detik Jabar terdapat angka 1126 dan 340041, angka itu juga terukir dengan huruf timbul di bagian bawah samurai juga gambar mirip burung dalam lingkaran. Di bagian samurai sendiri juga terdapat huruf kanji memanjang dari atas ke bawah.

"Pisau kecil dan kain ini katanya penanda keasliannya, entah benar atau tidak sekali lagi saya tidak percaya. Malah banyak yang kejar-kejar katanya untuk dijual miliran, sekali dua kali saya keluar modal untuk biaya ongkos dan lain-lain. Faktanya tidak juga terjual," tuturnya.

"Saya akhirnya tahan aja, buat koleksi. Mau palsu atau asli, kan lumayan buat bahan pajangan karena bentuknya yang unik. Sekarang saya simpan buat pajangan saja, kalau ada tamu yang datang mereka justru melihat sisi unik dan kesan bahwa samurai ini sudah berumur," tambahnya.

Lalu apakah samurai jenis tersebut memang benar-benar peninggalan Jepang? Hal ini kemudian mendapat tanggapan dari David Cahyanto, Head Instructor di Samurai Academy System, sebuah dojo tempat pelatihan seni beladiri Jepang yang berdiri sejak 16 tahun lalu di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

David lebih dulu meluruskan soal penyebutan Samurai yang selama ini merujuk pada pedang ala jepang.

"Penyebutan pedang Jepang yang benar adalah katana, sementara kata Samurai sendiri menunjukkan orangnya. Istilah Samurai berasal dari kata saburau yang berarti orang yang melayani, karena seseorang dapat disebut Samurai hanya ketika dia melayani aristokrat atau sosok penguasa pada jamannya," kata David menjelaskan.

Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51)Samurai Selendang yang dimiliki warga Palabuhanratu Adang Suhendi (51) Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Soal Samurai Selendang dan King Roll yang kemudian disebut-sebut peninggalan Jepang dengan bentuknya yang unik karena lentur dan bisa digulung, pria yang mengenal kenjutsu atau seni pedang dan sejarah Samurai pada 2001 ketika menjadi siswa pertukaran pelajar ke Nagoya, Jepang itu menyebut karakteristiknya sangat jauh dari katana yang memang berasal dari Negeri Sakura.

"Tidak ada, semua katana memiliki bilah yang keras dan kaku karena melalui proses hardening. Jelas tidak mungkin dijadikan selendang apalagi roll seperti meteran teknisi. Pedang peninggalan Jepang dari masa perang dunia disebut gunto, dan itupun tidak ada yang lentur. Sebetulnya contoh foto katana atau gunto asli dapat dengan mudah kita peroleh di internet saat ini, begitu juga pengetahuan tentang katana yang benar," jawabnya.

"Jadi sangat disayangkan masih banyak orang yang tertipu atau tidak mengetahui hal yang sebenarnya hanya karena malas membaca dan mencari tahu. Saya pribadi pernah diminta membaca selembar kain yang katanya sertifikat keaslian pedang sabuk yang lentur itu. Faktanya tulisan yang diklaim sebagai tulisan Jepang tidak dapat dibaca karena hanya berupa coretan asal-asalan. Boleh cek semua literatur sejarah Jepang atau bahkan film dokumenter kalau malas membaca. Pernahkah sekali saja kita melihat ada katana yang bentuknya seperti samurai roll atau selendang," sambung pria yang juga pernah menjalani studi di Jurusan Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, UGM ini.

(sya/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads