Beredar di media sosial tentang surat cinta untuk Bandung. Surat terbuka yang berisi keluhan tentang permasalahan di Kota Bandung. Surat cinta ini juga menyinggung soal kemacetan.
Surat cinta yang mengatasnamakan warga Bandung itu menekankan keluhan pada persoalan perkotaan, seperti banjir, kemacetan dan kejahatan jalanan di Bandung.
Pada paragraf pertama, surat cinta itu mengutarakan keluhan tentang perasaan tak nyaman tinggal di Bandung. Banjir yang selalu melanda, macet yang selalu terjadi hingga begal yang terjadi di malam hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mengeluh soal itu, si pembuat surat menuliskan tentang keluhan soal kemacetan.
"Flyover bukan solusi untuk mengatasi kemacetan. Masalah utama Kota Bandung sejak dulu adalah tidak adanya transportasi umum yang memadai. TMB dan TMP masih amat sangat jauh dari kata ideal, dan angkot lebih sering menyebabkan kemacetan serta kurang aman dan nyaman," tulis surat cinta yang diunggah akun @SaveBandungCity seperti dikutip detikJabar, Rabu (14/12/2022).
"Karena tidak adanya transportasi umum maka banyak warga Bandung yang menggunakan kendaraan pribadi. Karena banyaknya kendaraan pribadi maka jalanan semakin macet. Bahkan mungkin juga gara-gara banyak yang menggunakan pribadi, akhirnya banyak yang menjadi pribadi individualis dan memunculkan masalah sosial seperti begal, dan geng motor," tulis surat cinta itu dalam paragraf keduanya.
Sementara itu, menurut Asian Develpoment Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia, pada 2019, Bandung menduduki peringkat ke-14 sebagai kota termacet di Asia. Bandung disebut-sebut sebagai kota termacet pertama di Indonesia, menyalip Jakarta dan Surabaya.
Kemudian, berdasarkan kajian Bappenas dan Bank Dunia juga menyebutkan tiga kota termacet di Indonesia adalah Jakarta, Bandung dan Surabaya. Permasalahan kemacetan pun menjadi salah satu kebijakan strategis Pemkot Bandung pada RPJMD 2018-2023.
Sementara itu, menurut data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, sedikitnya ada 28 titik macet yang menjadi sasaran pemkot untuk diurai dalam RPJMD 2018-2023. Tahun ini, ada tujuh titik macet yang diurai pemkot.
Sementara itu, berdasarkan data tentang potensi pajak kendaraan bermotor di tiga kantor pelayanan di Kota Bandung, jumlah kendaraan di Kota Bandung menyusut. Pada tahun 2017, jumlah kendaraan di Kota Bandung mencapai 1.811.498 unit, baik yang pribadi, umum maupun dinas. Sementara itu, pada 2021, jumlah kendaraan mencapai 1.552.747 unit.
Sulitnya Menambah Ruas Jalan
Sementara itu, Wali Kota Bandung Yana Mulyana menanggapi soal pembangunan flyover. Yana mengatakan pembangunan jalan layang itu merupakan ikhtiar pemkot dan pemerintah pusat dalam mengurai kemacetan di Kota Bandung.
Yana menepis anggapan pembangunan flyover hanya memindahkan kemacetan. Ia menerangkan pembangunan jalan layang sejatinya menyiasati keterbatasan untuk menambah ruas jalan.
"Kan gini flyover itu salah satu ikhtiar kita menyelesaikan macet. Karena bagaimanapun Kota Bandung sulit menambah ruas jalan. Satu-satunya memperbanyak flyover, mengurangi titik macet dengan merekayasa lalu lintas. Daripada kita tidak lakukan sama sekali," kata Yana.
Mengutip dari Open Data Kota Bandung, ruas jalan di Kota Bandung sebanyak 31.185. Panjangnya mencapai 959,679 kilometer. Menurut Dishub, rasio antara volume kendaraan dan jumlah ruas jalan di Kota Bandung sudah tak seimbang.
Baca juga: Menyoal Sesar Cugenang di Mata Pakar ITB |
Selain sulitnya menambah ruas jalan, Yana juga menyatakan jumlah penduduk yang beraktivitas di Bandung terbilang besar saat siang hari. Bahkan, selisih jumlah penduduk bisa sampai satu juta jiwa antara siang dan malam hari.
"Kota Bandung penduduknya unik, jadi 2,5 juta kalau malam, kalau siang itu 3,7 juta jiwa. Karena warga aglomerasi Bandung Raya aktivitasnya di Kota Bandung. Jadi, ke depan kita mendorong transportasi publik," kata Yana.
(sud/mso)