Universitas Padjajaran (Unpad) melakukan penelitian di pantai Kecamatan Lontar, Kabupaten Serang, Banten. Hasilnya, Tim peneliti dari Program Studi Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad menemukan kandungan perairan tersebut telah tercemar tumpahan minyak dalam waktu yang lama.
Dalam keterangan yang diterima detikJabar, Ketua Pusat Studi Konservasi, Pengelolaan Kawasan Maritim dan Perikanan FPIK Unpad Santi Rukminita Anggraeni, menerangkan Pantai Lontar punya potensi cemaran hidrokarbon. Senyawa ini disinyalir berasal dari sisa tumpahan minyak yang telah mengendap, atau bisa berasal dari kapal-kapal yang melintas dan bersandar di Pantai Lontar.
"Data analisis hidrokarbon menunjukkan keberadaan hidrokarbon di sedimen dengan kisaran nilai 89.05-90.75 mg/kg," kata Santi yang sekaligus tergabung dalam Tim Riset Kampus Merdeka Unpad (RKMU) Prodi Ilmu Kelautan itu dalam keteranganya dikutip, Minggu (11/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset bertajuk 'Resiliensi Budidaya Rumput Laut Pasca Kejadian Tumpahan Minyak Sebagai Model Problem-Based Learning Kurikulum Kampus Merdeka', dilakukan untuk mengamati dampak pencemaran lingkungan setelah terjadinya tumpahan minyak di perairan Karawang pada 2019 silam. Pantai Lontar dipilih karena merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut di Banten, sekaligus ikut terdampak tumpahan minyak.
Pada 2019 saat Pantai Lontar tercemar tumpahan minyak, Santi menyebut para petani rumput laut terpaksa panen massal. Padahal saat itu, petani belum memasuki waktu untuk memanen rumput laut yang mereka budidayakan.
Penelitian kemudian dilakukan pada Juli hingga Desember 2022. Prodi IKL Unpad menggandeng Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang dan MERO Foundation dalam riset tersebut. Sebanyak 15 mahasiswa, tim dosen dan peneliti kemudian dilibatkan dalam riset itu.
"Riset ini bertujuan mengumpulkan data fisika, kimia, ekosistem pesisir serta mikrobioma di lokasi budidaya rumput laut yang terdampak tumpahan minyak. Kemudian Analisis aktivitas sosial yang dapat memberikan tekanan lingkungan juga dilakukan, untuk sumber polutan lain yang dapat mempengaruhi resiliensi budidaya rumput laut di wilayah Lontar," ungkapnya.
Secara umum, hasil penelitian ini mengungkap parameter fisika dan kimia perairan Lontar masih sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut. Itu terjadi karena sebaran suhu permukaan yang didapatkan melalui pengukuran, berkisar antara 28-31 derajat celsius. Sedangkan salinitas permukaan perairan Pantai Lontar memiliki rata-rata yang cukup tinggi, yakni berkisar antara 30-33 PSU.
"Berdasarkan pola pasang surut yang diamati pada wilayah perairan Pantai Lontar menunjukkan tipe diurnal tide. Parameter lainnya seperti Dissolve Oxigen (DO) dan pH memiliki rentang 4-9 mg/L dan 7-8," paparnya.
Meski masih sesuai untuk kebutuhan budidaya rumput laut, tim peneliti mengungkap resiliensi di wilayah itu perlu mendapatkan perhatian dari aspek ketahanan dan keamanan pangan dalam jangka waktu yang panjang. Sebab, mereka mendapatkan kandungan senyawa hidrokarbon yang berbahaya untuk keberlangsungan budidaya rumput laut.
Selain hidrokarbon, perairan Lotar juga mendapat tekanan pencemaran limbah domestik dan sampah yang perlu mendapatkan penanganan. Tekanan ini secara signifikan diindikasi oleh data mikrobioma perairan yang diambil dari sampel rumput laut, sedimen, dan air laut.
"Bakteri-bakteri berpotensi patogen untuk manusia maupun organisme laut di perairan pantai Lontar seperti Vibrio harveyi yang merupakan spesies dominan yang hadir di ketiga sampel (dengan persentase antara 21-43%)," tuturnya.
"(Rinciannya) Bakteri V. harveyi diketahui merupakan salah satu patogen yang sering menyebabkan penyakit pada organisme akuatik, terutama ikan dan invertebrata laut. Ledakan populasi V. harveyi di perairan tambak sering menjadi penyebab kejadian gagal panen beberapa spesies udang dan komoditas marikultur yang lain. Kemunculan patogen di suatu perairan pada umumnya berkaitan dengan penurunan kualitas perairan," sambungnya.
Santi juga mengungkap, selain Vibrio, di level Genus, Photobacterium juga dominan ditemukan di ketiga sampel. Seperti halnya Vibrio, sebagian spesies anggota genus Photobacterium juga merupakan patogen, yang sering menyebabkan penyakit pada organisme laut dan komoditas marikultur seperti kakap dan bawal.
Riset Resiliensi Budidaya Rumput laut di Kabupaten Serang ini pun diharapkan bisa menjadi aksi nyata pembelajaran era MBKM karena pentingnya mahasiswa untuk melihat dan mengaplikasikan keilmuan yang sudah didapatkan dalam kelas. Penggunaan dalam matakuliah Oseanografi Fisika, Sedimentologi, Geoinformatika, Penginderaan Jauh, Bioinformatika, Mikrobiologi Laut, Pencemaran laut, dan juga Isu Strategis Kelautan untuk menjawab permasalahan masyarakat.
"Selain sebagai bahan pembelajaran untuk beberapa mata kuliah yang ada pada Prodi IKL Unpad, hasil riset ini sedang disusun menjadi manuskrip agar bisa dipublikasi dan bermanfaat sebagai studi literatur bagi kalangan peneliti dan juga stakeholders lainnya," katanya.