Penarik Becak Bandung: Dulu Berjaya, Kini Merana

Penarik Becak Bandung: Dulu Berjaya, Kini Merana

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 03 Des 2022 20:31 WIB
Penarik becak di Bandung.
Penarik becak di Bandung (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Becak merupakan transportasi tradisional yang muncul pada 1940-an di Kota Bandung. Jumlah penarik becak kini mulai menyusut. Sepinya penumpang dikeluhkan para penarik becak di Kota Kembang.

Sukirman, penarik becak di Pasar Kosambi Kota Bandung, tengah berduduk santai di becaknya. Sudah tiga jam lebih Sukirman tak menarik.

"Pagi sudah narik dua kali. Siang narik juga sekali, sekarang belum," kata Sukirman saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (3/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perantau asal Kota Banjar itu mengaku sudah sejak 1980-an menjadi penarik becak di Bandung. Sukirman menceritakan becak pada tahun 1980-an masih jadi primadona. Penghasilan Sukirman pun luar biasa.

"Dulu cukup buat menghidup keluarga. Sekarang harus banyak sabar," ucap Sukirman.

ADVERTISEMENT

Saat becak berada pada masa kejayaan, membuat Sukirman beath di jalanan. Pagi hingga malam ia rajin memburu cuan. Sukirman juga tak mengingat jumlah penumpang setiap harinya pada 1980-an.

"Pokoknya mah ya, di tahun itu setelah menarik datang ke pangkalan, pasti narik lagi," tuturnya.

"Kalau sekarang mah, datang ke pangkalan sepi. Menunggu lama lagi, kadang juga belum pasti. Berbeda banget sama zaman dulu," kata Sukirman menambahkan.

Lebih lanjut, Sukirman menceritakan setiap hari minimalnya bisa membawa pulang Rp 10 ribu pada zaman dulu. Bahkan bisa lebih. "Dulu Rp 10 ribu bisa buat beli banyak. Sekarang sehari dapat paling Rp 50 ribu, harga kebutuhan juga sudah beda," katanya.

Sukirman menetap di salah satu kontrakan di dekat Pasar Kosambi. Saban bulan, ia harus membayar Rp 400 ribu. Di tengah kesulitannya itu, Sukirman punya cara sendiri untuk mengatur keuangannya.

"Jadi istri yang pegang ATM. Istri di kampung, saya tinggal kirim uang atau setor saja ke bank," ucapnya.

Setiap dua sampai tiga hari, Sukirman kirim uang belanja ke istrinya. Meski tak banyak, ia mengaku bersyukur. "Mau gimana lagi, hanya narik becak yang bisa dilakukan. Dari dulu nggak pernah ganti," kata penarik becak berusia 60 tahun itu.

senada disampaikan Edi, penarik becak yang mangkal di Jalan Aceh Kota Bandung. Edi sejak tahu 1980-an suda menjadi penarik becak. Edi pun berkelakar tentang kejayaan becak di zaman dulu.

"Dulu mah secapeknya. Pasti ada saja penumpang. Sekarang mah sehari belum pasti, banyak tidurnya," kata Edi.

Penarik becak asal Cicalengka itu mengaku bisa membeli kebutuhan pokok sehari-hari, bahkan bisa menabung dengan menarik becak. Namun, kondisi kini berubah. Edi harus sabar.

"Sekarang saja belum narik. Penghasilan tida pasti sekarang mah," katanya.

Edi mengaku sempat melayani turis untuk berkeliling Bandung pada zaman dulu. Ia selalu kebanjiran tarikan. Penghasilannya pun bisa Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu per hari pada zaman dulu.

"Semangatnya beda. Sekarang mah ya seadanya saja," kata Edi.

Menurut Sudarsono Katam Kartodiwiro dalam bukunya yang berjudul 'Bandung-Kilas Peristiwa di Mata Seorang Filatelis Sebuah Wisata Sejarah' menyebutkan, becak merupakan transportasi tradisional terakhir yang muncul di Kota Bandung. Sebelum becak muncul, jalanan Kota Bandung sudah diramaikan dengan pedati, bendi, kereta kuda dan lainnya.

Sudarsono mengakui kemunculan becak di Kota Bandung tidak diketahui secara jelas. ia menyebut, menurut Pan Schomper anak dari LC Schomper dalam bukunya yang berjudul 'Selamat Tinggal Hindia Belanda, Janjinya Pedagang Telur' terbitan 1996 menyatakan, becak sudah ada di Bandung sejak 1940-an.

Wali Kota Bandung Oekar Bratakoesoemah yang menjabat pada 1947-1949 pernah ditikam oleh serdadu Jepang di Logeweg saat ini Jalan Wastukencana saat menaiki becak. Oekar Bratakoesomah kala itu hendak menghadiri rapat Chou Sang-in atau Dewan Pertimbangan Pusat Militer Jepang. Kejadian penikaman ini terjadi pada 7 November 1944 malam.

Setelah becak, kini tak ada lagi transportasi tradisional yang muncul di Kota Bandung. Wajah Kota Bandung telah berubah. Jalanan mulai dipadati kendaraan pribadi, dan kendaraan umum lainnya yang berbasis online.

(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads