Kabupaten Ciamis yang dulunya Kabupaten Galuh merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar pada era Bupati RAA Kusumadiningrat. Kemudian berdiri lah sebuah pabrik minyak kelapa bernama Gwan Hien.
Pabrik ini merupakan yang terbesar di Jawa Barat dan pernah mengalami masa kejayaannya sebelum kemerdekaan. Pabrik yang berdiri pada tahun 1925 ini bisa memproduksi minyak hingga 100 Ton per hari.
Meski tak lagi beroperasi, namun bangunan Pabrik Minyak Gwan Hien masih berdiri kokoh di pinggir Jalan Ahmad Yani. Tepatnya di Kelurahan Kertasari, Kecamatan Ciamis. Sempat menjadi tempat pencucian mobil beberapa tahun lalu tapi kini sudah tutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hikayat Gelegar Galunggung 1982 |
Beberapa unit mesin masih terlihat di ruang pabrik dengan kondisi cukup tua. Namun menurut informasi, sebagian lagi sudah dibawa oleh pemiliknya ke Jakarta.
Budayawan Ciamis Budi Kurnia yang juga Kepala Dinas Pariwisata Ciamis mengatakan Pabrik Minyak Gwan Hien berdiri atas program monumental dari Kanjeng Prebu atau RAA Kusumadiningrat.
Pada saat memerintah Galuh, Kanjeng Prebu mengeluarkan kebijakan dimana setiap pengantin harus membawa dan menanam pohon kelapa. Selain itu, Galuh sangat cocok ditanami kepala, terlebih kala itu Pangandaran masih masuk bagian Ciamis.
"Jadi saat pernikahan ada penanaman kelapa secara masif. Dengan kebijakan itu berkembang lah Galuh kaga dengan kelapa," ungkap Budi saat ditemui di kantornya, Rabu (30/11/2022).
Kemudian pada era Bupati Galuh RAA Kusumasubrata, dilakukan pabrikasi untuk memanfaatkan kelapa yang melimpah. Pabrik Gwan Hien dibangun oleh warga keturunan Tionghoa. Mengingat pada saat ini warga Galuh dan Tionghoa memilik kekerabatan.
"Dulu istri dari Kanjeng Prebu dari etnik Tionghoa, sehingga diberi ruang untuk mengembangkan daerah salah satunya mendirikan pabrik Gwan Hien," kata Budi.
![]() |
Budi menyebut Pabrik Gwan Hien pada masanya cukup tersohor hingga media dari Belanda pun pernah membahasnya.
"Gwan Hien pernah jadi pabrik terbesar di Jawa Barat. Memasok minyak goreng ke berbagai provinsi. Hanya memang minyak goreng bukan budaya Galuh. Karena dari dulu yang kita kenal adalah budaya rebus atau bakar, bukan goreng. Tapi Galuh mengambil peran dan memiliki pabrik terbesar," ungkapnya.
Budi Kurnia menyebut, bangunan pabrik Gwan Hien merupakan heritage utuh yang saat ini Ciamis miliki. Fakta peninggalannya masih ada dan terawat dengan baik.
"Memang kami belum ada kerja sama dengan pemiliknya. Tapi dalam City Tour, Pabrik Gwan Hien ini selalu disebut dan dibahas dikenalkan kepada wisatawan, bahwa Ciamis pernah punya pabrik minyak terbesar," jelasnya.
Budi menjelaskan pamor Gwan Hien sebagai pabrik minyak kelapa terbesar mulai meredup seiring dengan masifnya sawit menjadi bahan baku minyak. Kemudian teknologi minyak goreng belum terlalu dikenal dan produknya tidak tahan lama.
"Maka dengan mekanisme pasar ini, perlahan minyak kelapa mulai ditinggalkan. Banyak yang lebih memilih minyak goreng dari kelapa sawit," pungkasnya.
(yum/yum)