Kabupaten Kuningan menjadi salah satu daerah rawan bencana di Jawa Barat. Tidak hanya banjir dan longsor, daerah ini punya riwayat gempa tektonik yang disebabkan aktivitas sesar.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan Indra Bayu menyampaikan, di Kecamatan Cibingbin ditemukan sebuah sesar yang berada di kawasan tersebut. Dari hasil penelitian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMBVG), daerah Kabupaten Kuningan memang memiliki riwayat gempa bumi.
Potensi gempa bumi yang bisa disebabkan aktivitas sesar tersebut, kata Indra, sudah menjadi salah satu agenda mitigasi bencana di Kabupaten Kuningan. Untuk sementara pihaknya masih meneliti keberadaan sesar tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu juga sudah masuk ke dalam rencana mitigasi dan kita sudah laksanakan. Dimana kita hasil penelitian PVMBG pasca kejadian gempa Desember 2020 kalau tidak salah, kita sudah mencoba dan ada kajiannya walaupun belum final, tapi pernah terjadi riwayat gempa," kata Indra kepada detikJabar, Kamis (1/12/2022).
Tidak hanya Sesar Cibingbin, wilayah Kabupaten Kuningan juga berada di lintasan Sesar Baribis. Lokasi pastinya berada di Kecamatan Cilimus dan Mandirancan.
"Selain itu kita juga selain mengenal sesar yang ditemukan yaitu Sesar Cibingbin, ada juga berada di lintasan Sesar Baribis di Kecamatan Cilimus dan Mandirancan," ujarnya.
Kedua sesar memang berpotensi menimbulkan gempa tektonik yang berpusat di darat. Oleh karena itu, BPBD Kabupaten Kuningan selalu berupaya melakukan mitigasi untuk mencegah maupun meminimalisir dampak akibat peristiwa semacam itu.
Sebagai contoh, BPBD Kuningan sudah membentuk desa tangguh bencana di wilayah yang berada di episentrum Sesar Cibingbin. Menurut Indra, pihaknya juga sering melakukan simulasi dan sosialisasi, terutama pada pelajar serta guru di daerah tersebut.
"Kemarin kita simulasi dan sosialisasi SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), jadi dari mulai guru sampai siswa kita edukasi tentang mitigasi kebencanaan," tuturnya.
Indra berharap upaya tersebut setidaknya akan memberikan kesadaran bagi warga sekitar akan potensi gempa tektonik di daerahnya. Sehingga mereka akan mampu menyelamatkan diri seumpama gempa benar-benar terjadi.
"Berharap kedepannya sekolah itu sendiri betul-betul bisa minimalnya syarat tahan gempa. Walaupun itu masih panjang prosesnya," ucap dia.
(orb/orb)