Antara tugas dan kemanusiaan kerap menjadi pilihan dilematis bagi wartawan ketika bekerja. Namun saat gempa berkekuatan 5,6 Magnitudo mengguncang Cianjur beberapa hari lalu, Reddy Muhammad Daud seorang jurnalis asal Cianjur dihadapkan pada situasi sulit.
Pria yang sudah belasan tahun menjadi wartawan ini bercerita, saat gempa terjadi pada Senin (21/11/2022) lalu, dirinya tengah berada di wilayah Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang.
Beberapa menit setelah gempa dahsyat, Reddy yang mengendarai mobil pikap ini bergegas pulang untuk memastikan kondisi keluarganya seraya melihat situasi pasca gempa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru berjalan puluhan meter, tampak beberapa lansia dan anak-anak terluka akibat terkena reruntuhan bangunan. Ia pun segera mengangkut beberapa korban ke mobil pikapnya, sebab tidak ada kendaraan lain yang melintas saat itu.
"Saya langsung angkut, karena sekalian akan ke Cianjur. Supaya bisa langsung dibawa ke rumah sakit untuk diobati," ucap Reddy, Sabtu (26/11/2022).
Reddy awalnya akan ke rumah sakit melalui Jalan Cijedil, tetapi akses ternyata tertutup longsoran. Dirinya segera memutar arah dan mengambil jalan alternatif melalui Desa Gasol.
Namun, dia dibuat terkejut dengan pemandangan di Desa Gasol. Sejauh mata memandang, rumah-rumah sudah ambruk, banyak tubuh yang sudah tergeletak di pinggir jalan, entah masih selamat ataupun meninggal dunia.
Teriakan minta tolong dan tangisan membuat situasi itu semakin mencekam. Bahkan beberapa warga terlihat memangku anak-anak yang sudah tidak sadarkan diri dari balik reruntuhan.
"Antara percaya dan tidak percaya, gempa yang beberapa menit lalu saya rasakan saat itu ternyata mengakibatkan dampak sebesar ini. Sepanjang perjalanan yang terlihat hanya rumah ambruk, tubuh tergeletak bersimbah darah, teriakan minta tolong, dan ringisan tangis. Ada yang hanya luka tertimpa dan ada juga yang terlihat mengalami patah tulang," ucap Reddy.
Tak terbersit dalam pikirannya saat itu untuk mengambil gambar, mengabadikan setiap momen pasca bencana. Padahal foto atau video pada momen tersebut menjadi 'gambar' yang sangat menarik untuk kebutuhan jurnalistik.
Pikirannya hanya fokus membantu pada korban, mengangkutnya ke mobil untuk segera dibawa ke rumah sakit agar bisa segera ditangani secara medis dan berharap para korban masih bisa terselamatkan.
"Boro-boro (jangankan) memikirkan ambil foto atau video, secara refleks saya turun dari mobil dan mengangkut satu per satu korban, terutama anak-anak ke mobil. Saya langsung pergi ke rumah sakit dengan membawa belasan korban, dengan keluarganya menyusul pakai motor dari belakang," kata dia.
"Padahal kalau saya ambil gambar saat itu, jadi gambar yang eksklusif. Tapi kemanusiaan lebih penting," tambah Reddy.
Reddy mengaku selama perjalanan tetesan air mata mengalir menyaksikan dampak bencana tersebut. "Hati sedih, tanpa sadar saya juga meneteskan air mata melihat situasi mencekam. Tidak bisa digambarkan kata-kata keadaannya," ungkapnya.
Tetapi Reddy bersyukur belasan orang yang dia bawa berhasil selamat dari maut, sebab cepat mendapatkan pertolongan medis. "Mereka yang dibawa selamat, meski penuh luka dan ada juga yang patah tulang tapi selamat. Alhamdulillah, saya bisa menyelamatkan korban," pungkasnya.
(orb/orb)