Dafa, seorang santri pria berusia sekitar 15 tahun asal Bogor, Jawa Barat, menjadi salah satu korban selamat dari insiden ambruknya bangunan mini market akibat diguncang gempa Cianjur, Senin (21/11/2022).
Saat itu ia sedang jajan di mini market tepat di depan pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu agama. Keberadaannya di mini market itu tak diketahui oleh pengurus pondok pesantren Nurul Hidayah.
Sampai kejadian selesai, pengurus mendata santri yang panik setelah merasakan gempa. Kemudian pengurus menyadari ada seorang santri yang tak ada di data tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengurus kemudian fokus mengamankan dan menenangkan santri yang ada di lingkungan ponpes. Kemudian mereka mendapat kabar jika seorang santri tertimbun reruntuhan bangunan mini market.
"Awalnya kita juga nggak tahu ada santri yang sedang keluar. Ternyata setelah didata, kurang 1. Santri itu diketahui sedang jajan keluar," ungkap Ismail (22), wakil Rois Ponpes Nurul Hidayah kepada detikJabar, Selasa (22/11/2022).
Sebagian pengurus kemudian membantu menyelamatkan santri yang tertimpa reruntuhan bersama seorang kasir perempuan. Ismail mengatakan atas izin Allah dan doa dari semua orang, santri tersebut berhasil selamat.
"Jadi cukup lama juga tertimbunnya, tapi Alhamdulillah karena badannya yang kecil, jadi posisi reruntuhannya itu membentuk seperti atap segitiga. Nah dia berlindung di situ sampai berhasil dievakuasi," kata Ismail.
Dafa sempat pingsan, namun saat sadar dan diperiksa kesehatannya tak ada luka apapun di tubuhnya. Ia hanya mengaku syok usai peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu.
"Ya dia cerita panik, syok setelah kejadian itu. Sekarang Alhamdulillah dibawa pulang dulu oleh keluarganya ke Bogor," ucap Ismail.
Kini pengurus masih perlu bertanggungjawab atas keselamatan 100 santri putra dan putri yang masih bertahan di pondok pesantren. Mereka yang bertahan, memiliki beragam alasan.
"Ada yang belum dijemput, tapi kebanyakan karena rumah mereka rusak parah juga setelah gempa. Jadi mau pulang juga buat apa, di sana paling mereka tinggal di pengungsian. Jadi mereka memilih bertahan di sini," ujar Ismail.
Beruntung bangunan ponpes yang memiliki sekitar 600 orang santri itu tak mengalami banyak kerusakan. Kendati demikian, bangunan yang masih berdiri tak boleh digunakan sementara waktu.
"Apalagi untuk bangunan kobong (asrama) putra, itu bahaya sekali. Jadi bangunannya berdiri, tapi fondasinya itu miring. Jadi kelihatan sekali kalau bangunannya itu miring, sekali diguncang lagi mungkin ambruk," ucap Ismail.
Tak hanya bertahan di pengungsian dengan berleha-leha mereka tetap rajin berdoa mengharap keselamatan kendati aktivitas pembelajaran dihentikan sepenuhnya untuk sementara waktu.
"Kita bermunajat sama Allah, berdoa biar tidak hujan, tidak ada bencana susulan. Berharap semua yang terbaik sama Allah," kata Ismail.
(mso/mso)