Cacing yang berhasil dikeluarkan dari perut S bocah berusia 11 tahun asal Bandung ternyata sebanyak 2 kilogram. Hasil itu menurut kesaksian dari ayah S, Dadang Yusuf. Ia mengetahui hal itu setelah cacing tersebut ditimbang oleh dokter di RS Cibabat.
"Jumlah cacing ada sekitar 2 kilogram, kata dokter sudah ditimbang," tutur Dadang saat ditemui di kediamannya di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat, Kamis (6/5/2010) silam.
Cacing tersebut ditempatkan dalam ember kecil berwarna hitam. Sekitar setengahnya masih hidup. Sebelum dirujuk ke RS Cibabat, S yang dari dalam perutnya terdapat 2 kilogram cacing, sempat merasakan sakit perut yang luar biasa sehingga selama tiga hari dia tidak bisa tidur dan makan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadang Yusuf (50), menuturkan bahwa gejala sakit perut S diketahui setahun lalu.
"Waktu setahun yang lalu melihat anak saya muntah saya beri obat cacing dengan obat cacing dari warung merek Gameksan. Setelah diberi obat S pun buang besar disertai dengan cacing beberapa kali. Ada yang keluarnya tiga, lima bahkan sepuluh," tutur Dadang.
Setelah itu, S tidak lagi mengalami sakit perut. Namun beberapa minggu lalu saat mengikuti lomba olahraga, S kembali merasakan sakit perut. "Pulang sekolah anak saya cerita perutnya sakit kalikiben katanya, selama tiga hari berturut-turut S mengalami sakit perut atau tidak bisa buang air besar," jelasnya.
Dadang mengaku sempat memberikan obat cacing yang sama dengan tahun lalu. Tapi ternyata tidak mempan. S sama sekali tidak bisa BAB.
Menurut Dadang, karena sakitnya S sampai teriak-teriak dan tidak bisa tidur dan makan selama tiga hari. Keluarga pun membawa ke Puskesmas terdekat selanjutnya dirujuk ke RS Cililin. Dari RS Cililin dirujuk kembali ke RS Cibabat.
Tidak ada yang menduga kalau di dalam perut S ada cacing seberat 2 kilogram. Saat diperiksa di RS Cililin, S sempat dirontgen. Dokter di RS Cililin menduga S terkena usus buntu.
"Kata dokternya ini harus cepat dirujuk, katanya usus buntu," ujar Dadang. Awalnya, dokter di RS Cibabat juga mengira S terkena usus buntu. Tapi ketika dioperasi ditemukan cacing di dalam perut S.
Usai operasi, dokter pun meminta Dadang lebih memperhatikan kesehatan keluarga. Kebersihan S pun sepertinya memang kurang terperhatikan, terlihat dari kukunya yang panjang dan kotor serta kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan.
"Saya akan berusaha mengikuti petunjuk dokter. Selama ini yang penting anak saya kenyang," ujarnya.
![]() |
Tidak hanya S saat itu, Dadang berencana membawa adik S yaitu SH (8) dan SR (6) ke dokter karena khawatir mengidap penyakit serupa. "Diminta oleh dokter untuk memeriksakan kedua adiknya karena takut tertular," jelasnya.
Soal foto-foto operasi putranya yang kemudian tersebar di internet, Dadang mengaku tidak tahu siapa yang menyebarkan foto-foto operasi di internet.
Dituturkan Dadang pada saat operasi tanggal 27 April, ia hanya menunggu di luar hingga operasi selesai pukul 15.00 WIB.
"Saya hanya menunggu di ruang salin. Di dalam ruang operasi tidak ada keluarga yang menunggu," tutur Dadang.
Dadang mengaku tidak tahu apa aja kegiatan yang dilakukan selama operasi. Namun menurutnya, setelah selesai operasi dokter memanggil dirinya untuk menunjukkan cacing yang sudah dikeluarkan dari perut anaknya.
Cacing yang disimpan di dalam ember hitam tersebut diminta dokter agar tidak dibawa kemana-mana karena merupakan peristiwa langka dan aneh yang ditemukan di RS Cibabat.
"Jangan dikemana-manain karena selama ini belum ada operasi yang menemukan cacing di dalm perut. Pasti banyak yang memotret," ujar Dadang menirukan ucapan dokter.
Ember tersebut pun dibawa Dadang ke ruang perawatan di Gedung B lantai 4 kelas 3. Saat di ruang perawatan banyak perawat yang kemudian memotret cacing-cacing di dalam ember.
"Perawat banyak yang motoin, pakai kamera dan handphone," jelas Dadang.
Disebutkan Dadang saat itu cacing dalam keadaan mati karena sudah disiram dengan air panas. Setelah itu cacing dibawa oleh kakak S dan dikuburkan di luar area rumah sakit. "Dibawa oleh anak saya untuk dikuburkan. Tempatnya saya tidak tahu, saya juga tidak ada waktu," tuturnya.
Dadang mengaku tidak akan mempermasalahkan soal tersebarnya foto-foto itu. Namun tidak bisa dipungkiri kalau hal itu membuatnya malu.
"Ya, mau bagimana lagi, tapi ya saya malu, saya tidak bisa menjaga kesehatan anak saya," ungkapnya.
Kondisi lingkungan rumah S menjadi satu di antara penyebab S (11) menderita cacingan. Tinggal di daerah yang cukup terpencil, rumah tinggal S hanya berupa panggung bilik. Untuk mandi cuci kakus (MCK), keluarga S bergabung dengan warga lainnya.
![]() |
Rumah S di Kampung Pasirpicis Desa Cijambu Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat berada di daerah perbukitan. Berjarak sekitar puluhan kilometer dari RS Cibabat.
Untuk menjangkau rumah S harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer dari jalan raya.
Pantauan di lokasi, rumah S dikelilingi dengan bukit tanah lempung. Di sekitar rumahnya banyak tempat pembuatan batu bata. "Di sekitar lokasi banyak anak yang bermain dengan lumpur yang juga sering dilakoni S.
"Sepeti anak-anak yang lain saja bermain di lapangan dan di sawah main lumpur," tutur Dadang.
S pun mengaku kalau bermain selalu menggunakan alas kaki. Namun S hanya tersenyum ketika ditanya apakah dia sering cuci tangan sebelum makan atau setelah bermain.
Kondisi S sekarang sudah membaik dan tinggal menunggu pulih. Setelah melewati operasi di RS Cibabat yang cukup membuat tim dokter kaget karena dari perut S mengeluarkan cacing seberat 2 kilogram.
Menurut dokter, S kurang menjaga kebersihan termasuk tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu, kondisi lingkungan juga turut mempengaruhi kondisi kesehatan S.
Sementara itu, teka-teki adanya cacing diperut bocah S perlahan mulai terungkap. Sebelum operasi, cacing di dalam perut S ternyata bergerombol di tiga titik, menyumbat usus 12 jari dan usus halus. Cacing-cacing tersebut dalam keadaan hidup.
Dituturkan dokter bedah RS Cibabat yang saat itu menangani S, Didit Widagdo, S masuk pertama kali ke ruang IGD dengan keluhan tidak bisa BAB disertai muntah.
Menurut riwayat, S pernah meminum obat cacing dan biasanya cacing-cacing tersebut keluar saat BAB. Namun pada kasus terakhir, meski sudah meminum obat cacing, cacing tidak keluar lewat BAB.
Menurut Didit, saat masuk ke IGD dan sebelum dioperasi, perut S kembung dan keras. Setelah dioperasi barulah dokter mengetahui ada sumbatan di usus 12 jari dan usus halus.
"Ternyata ada sumbatan di usus halus dan usus 12 jari di 3 tempat. Cacingnya bergerombol," ujar Didit pada Jumat (7/5/2010). Selain itu, jumlah cacing sangat banyak dan dalam keadaan masih hidup.
Jenis Cacing
Berdasarkan hasil pemeriksaan, cacing yang ada dalam perut S yaitu cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang.
Cacing yang bersarang di perut S ternyata tidak muncul dalam waktu singkat, tapi merupakan akumulasi selama bertahun-tahun. Hal itu bisa disebabkan karena tidak teratur mengonsumsi obat cacing.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, cacing yang ada dalam perut S yaitu cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang.
Cacing tersebut, menurut Didit, hidup sebagai parasit di usus karena hygienitas yang buruk dari penderita.
"Bisa sebanyak itu kemungkinan karena akumulasi selama bertahun-tahun dan tidak teratur minum obat cacing," terangnya.
Penemuan cacing seperti ini menurut Didit bukan yang pertama kali saat operasi, tapi menurut Didit, dengan jumlah sebanyak ini baru yang pertama kali.
Meski cacing dalam perut S sudah keluarkan, kekhawatiran lain muncuk, Didit menyebut kemungkinan telur-telur cacing masih bersarang di dalamnya.
Namun diakui Didit dirinya tidak bisa mendeteksi karena hal itu sulit dilakukan.
"Sebelum kemarin pulang dia masih sempat mengeluarkan cacing tapi kalau telurnya sulit terdekteksi, harus disertai minum obat cacing secara teratur," tutur Didit.
Dinyatakan Didit, banyaknya telur cacing kemungkinan karena pola hidup yang tidak hygienis penderita, sehingga telur cacing banyak masuk ke tubuhnya atau perutnya.
(sya/yum)