Kisah Adia Pelajar Sukabumi Jualan Sayur Sebelum Pergi Sekolah

Serba-serbi Warga

Kisah Adia Pelajar Sukabumi Jualan Sayur Sebelum Pergi Sekolah

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 18 Nov 2022 10:30 WIB
Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah.
Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Kaki Adia Riswandi terlihat mantap menapaki jalan lingkungan di Desa Ubrug, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Hujan gerimis tidak menyurutkan semangat remaja 17 tahun itu berjualan sayur dengan seragam SMA menempel di tubuhnya.

Tidak terlihat guratan putus asa meski pundaknya memikul sayur. Pelajar kelas 3 SMA itu sengaja meluangkan waktu sebelum masuk sekolah dengan berjualan sayuran hasil menanam sendiri bersama ayahnya.

"Bapak sakit sudah tiga tahun, lalu ibu yang membiayai jadi buruh cuci. Adia nggak tega, kasihan lihat ibu berangkat pagi pulang magrib bawa pulang Rp 50 ribu. Lalu inisiatif sendiri Adia mulai berjualan, sebelum berangkat sekolah dan pulang sekolah," ungkap Adia saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (17/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagi itu hujan gerimis mengguyur Warungkiara. Sambil memikul sayuran, Adia tersenyum ramah ke emak-emak yang terlihat sudah menunggunya sejak pagi.

Bagi Adia, tak ada rasa malu harus berjualan. Sebaliknya, ia justru bersemangat mencari uang untuk membantu meringankan beban orang tuanya.

ADVERTISEMENT

"Kenapa harus malu, yang penting semangat bisa membantu keluarga, apalagi saat berjualan lihat ibu-ibu yang mau beli sayur Adia pada ramah pada baik, waktu berangkat sekolah suka ada yg kasih uang buat jajan dan makan. Dari situ Adia semangat berjualan," tuturnya.

Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah.Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Adia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Bubun (47) sang ayah mengalami sakit prostat sehingga sulit beraktivitas, sementara sang Ibu, Eni Rokaeni (44) bekerja sebagai buruh cuci untuk menghidupi keluarga.

"Adia berangkat sekolah jam 06.00 WIB masih pakai seragam ini, berjualan sampai jam 07.30 WIB masuk sekolah. Kalau sayuran belum habis, sambil pulang Adia berjualan. Semangatnya mau bantu keluarga, apalagi ada adik yang masih sekolah juga perlu biaya," ujar Adia.

Adia mengaku kerap kesiangan masuk sekolah, namun Madrasah Aliyah (MA) di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Mukhlisin kerap memberikan toleransi. Adia juga menyebut pihak sekolah sudah memaklumi kondisi Adia.

"Alhamdulillah ketika berjualan Adia sering kesiangan masuk, namun dari guru memberikan toleransi untuk Adia, karena mengerti Adia berjualan demi keluarga. Yang terpenting, kata guru, Adia harus bertanggung jawab, terus berjualan namun pendidikan sekolah harus diutamakan," ungkapnya.

"Alhamdulillah Adia juga digratiskan biaya pendidikan sampai lulus. Terima kasih kepada pihak sekolah sudah menggratiskan Adia sekolah di sana," ucap Adia.

Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah.Adia Riswandi, siswa SMA di Sukabumi yang berjualan sayur sebelum ke sekolah. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Kisah Adia terangkat bermula dari unggahan akun Tiktok @kangkris_official diketahui pemilik akun adalah relawan sosial dari Sahabat Kristiawan Peduli (SKP). Unggahan video yang mengisahkan Adia, ditonton sebanyak 1,4 juta kali dengan ribuan komentar.

Dihubungi detikJabar, Kang Kris demikian pria itu biasa disapa, mengatakan Adia adalah anak yang istimewa. "Awalnya dari pengguna media sosial juga Pak Ahmad Taufik warga di sana, saya kemudian mendatangi lokasi itu dan kebetulan menemukan dia sedang beraktivitas berjualan sayur," cerita Kris.

Adia menurut Kris adalah contoh bagi anak-anak seusianya yang bisa mandiri dan tidak mengandalkan orang tua. "Sebagai contoh bagi anak-anak lain di luar sana yang masih mengandalkan orang tuanya," katanya.

"Anak seusia Adia yang mau mandiri, tentu hal positif yang seharusnya direspons pemerintah untuk membantu pendidikannya. Bahkan kalau perlu sampai ke tingkat lebih tinggi. Dia punya niat, kalaupun kuliah dia ingin bersama kakaknya," pungkas Kristiawan.

(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads