Suasana di Blok Mara RT 01 RW 03 Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, begitu sepi. Deru ombak pantai utara lebih jelas terdengar ketimbang suara warga yang beraktivitas. Permukiman yang berada di pesisir Jabar ini seperti terisolasi.
Banjir rob menjadi momok yang memaksa warga Blok Mara RT 01 RW 03 Desa Eretan Kulon minggat dari tanah kelahirannya. Hantaman ombak perlahan mengikis harapan warga setempat untuk tetap hidup di Blok Mara.
Tidak sedikit rumah yang sengaja dikosongkan oleh pemiliknya. Bahkan, beberapa diantaranya terlihat sisa-sisa pondasi rumah yang hancur akibat banjir rob dan hantaman ombak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang tak semua warga pindah. Sejumlah warga terpaksa tetap menetap di Blok Mara. Kendala biaya memaksa sejumlah warga di Blok Mara tetap 'berteman' dengan ganasnya rob di pantai utara Jabar. Alasan lainnya adalah soal mata pencaharian.
"Saben dina (setiap hari) kalau banjir rob mah, pagi-siang. Tapi kalau banjirnya besar kami sekeluarga ngungsi ke tempat lain," kata Feri, Senin (14/11/2022).
![]() |
Sisa-sisa pondasi rumah yang hancur karena terjangan banjir rob itu mudah dijumpai di Blok Mara. Sisa pondasi ini menjadi bukti ganasnya ombak pantai utara saat rob.
Rekomendasi pemerintah setempat untuk pindah dari lokasi tersebut diakui belum dapat mereka penuhi. Sebab, Feri mengaku pindah tempat tinggal butuh biaya. Sedangkan, penghasilan yang ia miliki hanya cukup kebutuhan sehari-hari.
"Pernah diminta pindah sama orang desa. Tapi kan masalah ekonomi, jadi ya gimana lagi. Kita cuma dadak luru (kerja serabutan), ga cukup untuk pindah," ujar Feri.
Selain banyak rumah yang mulai ditinggalkan, sebagian warga pun tetap memilih tinggal di tepi pantai blok Mara tersebut. Meski, mereka sesekali harus rutin memperbaiki material bangunan rumah yang rusak akibat hantaman ombak.
"Rob kalau lagi naik bisa sampai 50 sentimeter. Yang paling ditakutkan itu ombak, kadang saya perbaiki pintu dan plafon depan yang rusak akibat ombak," katanya.
Warga lainnya, Pedet (40) juga merasakan hal yang sama. Saban hari, Pedet harus waspada.
"Rutin banjir rob mah, pas waktu baratan (musim hujan) tahun kemarin, musala milik pak Dalman rusak dihantam ombak. Dan lihat ada rumah tuh hanyut pas ketika itu," kata Pedet.
Pedet mengatakan warga di permukiman itu memang sudah terbiasa terkena banjir rob. Namun, beberapa dari mereka banyak yang memilih pindah karena masalah ekonomi.
Meski terbiasa dengan banjir rob, namun warga di blok Mara atau blok Pangpang tetap mewaspadai datangnya ombak besar. Sebab, ganasnya ombak bisa menghantam rumah yang berada di tepi pantai.
"Kalau banjir banyak warga yang kadang memilih bertahan. Tapi kalau sudah dihantam ombak besar, terpaksa menambah biaya untuk perbaikan rumah," kata Pedet.
![]() |
Mereka berharap, pembangunan breakwater di blok tersebut dilanjutkan. Sebab, masih ratusan meter pantai di desa Eretan Kulon yang belum terpasang pemecah ombak yang tinggi.
"Harusnya pembangunan baro (penahan ombak) itu dilanjutkan. Sekitar 600 meteran lagi yang belum dipasang," pungkas Pedet.
(sud/yum)