Suara Mak Ajah, Warga Dusun Pamarisen, Desa Mekarjaya Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang terdengar begitu parau saat mengungkapkan rasa kangennya untuk bertemu ketiga anaknya.
"Ari hoyong mah hoyong da puguh eta nu sok nyaah ka urang, tapi da ayeuna euweuh nu sok merean resiko ka urang teh, geus cul weh mereun (kalau ingin, ya ingin bertemu anak, ya memang mereka yang suka ngasih kebutuhan tapi sekarang mereka tidak ada, mungkin sudah tidak perduli lagi)," ungkap Mak Ajah saat detikJabar mencoba berbincang di kediamannya pada Jumat (4/11/2022).
Wanita berusia 80 tahun itu kini tinggal seorang diri di sebuah rumah berukuran sekitar 4x3 meter yang lebih menyerupai sebuah gubuk. Rumah itu terdiri dari seperempat tembok, berdindingkan bilik bambu dan tanpa langit-langit di atasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mak Ajah mencoba menyebutkan satu persatu dari ketiga anaknya tersebut. Diantaranya, satu tinggal di wilayah Sumedang dan dua diantaranya tinggal di luar Sumedang.
"Anu hiji di Hariang, anu hiji di Gombong, anu hiji di Bandung (satu tinggal di Hariang - Buahdua Sumedang, satu di Gombong - Jawa Tengah dan satu lagi tinggal di Bandung," terangnya.
Menurunnya kondisi fisik akibat faktor usia telah merenggut penglihatan, ingatan serta kekuatan fisiknya. Kebutuhan Mak Ajah sendiri kini dipenuhi oleh Wati yang merupakan kerabat jauhnya serta sesekali dibantu oleh tetangga di sekelilingnya.
Wati sendiri merupakan janda lanjut usia yang kini berusia 63 tahun. Dengan sisa tenaganya, Wati pun kini masih bekerja sebagai buruh tani serta serabutan.
"Ya sekarang mah Mak Ajah diurus saya, sama suka dikasih oleh orang-orang sekitar," ucapnya.
Wati menuturkan, Mak Ajah hidup seorang diri sejak ditinggal mati suaminya yang bernama Ikin pada sekitar 15 tahun silam.
"Kondisi anak-anaknya saat itu ada yang sudah berumah tangga dan ada yang sudah bekerja, jadi sudah tidak tinggal serumah," ujarnya.
Baca juga: Eks Karyawan Gugat Twitter Usai PHK Massal |
Dari semenjak itulah Mak Ajah hidup dalam kesendirian. Mak Ajah saat itu masih mampu mencari penghidupan dengan menjadi sebagai buruh tani. Namun seiring berkurangnya umur, tenaganya pun menjadi semakin lemah hingga tidak sanggup lagi untuk bekerja.
"Dulu Mak Ajah rajin bekerja tanpa keluh kesah, ia juga sama seperti saya jadi buruh tani. Namun sekarang kondisinya sudah lain," ucap Wati.
Dalam kondisinya kini, Ma Ajah diketahui sudah sekitar 2 tahun lebih tidak dikunjungi oleh anak-anaknya. Dan entah apa pula alasan dari mereka hingga tega membiarkan ibu kandungnya tersebut.
(yum/yum)