Pegunungan Sanggabuana, dataran tertinggi di Karawang tak hanya menarik karena temuan ular naga (Xenodermus javanicus) memiliki sisi sejarah perjuangan kemerdekaan yang menarik untuk diulas.
Direktur Eksekutif Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) Solihin Fuadi menceritakan, Pegunungan Sanggabuana kini merupakan kawasan hutan hujan tropis, yang sebagian kawasannya digunakan untuk latihan perang.
"Sanggabuana adalah hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas, sebagian wilayah Gunung Sanggabuana juga dipakai sebagai daerah latihan perang oleh Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad)," ujar Solihin, saat ditemui, Jumat (4/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ular Naga Sang Penghuni Sanggabuana |
Ia menuturkan, Sanggabuana juga bagian dari lokasi gerilya Adipati Singaperbangsa, Adipati Singaperbangsa merupakan Bupati Pertama Karawang yang menjabat pada tahun 1633-1677 dengan gelar Adipati Kertabumi IV.
"Jika berbicara sejarah, zaman dahulu, kawasan pegunungan Sanggabuana juga merupakan daerah gerilya dari Adipati Singaperbangsa, mendiang bupati pertama Karawang ketika melawan penjajahan Belanda," kata dia.
Lereng utara Pegunungan Sanggabuana, diceritakan Solihin, digunakan sebagai tempat lokasi penyuplai logistik gerilyawan pada masa itu.
"Kampung terakhir di lereng utara Gunung Sanggabuana adalah salah satu kampung tua, yang dulunya dipakai sebagai tempat dorlok logistik Adipati Singaperbangsa, yakni Kampung Tipar," katanya.
Rumah Ratusan Fauna
Diketahui, sebagian wilayah Gunung Sanggabuana juga dipakai sebagai daerah latihan perang oleh Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), yang berada di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Daerah latihan perang ini dikelola oleh Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad.
"Pada Sabtu, 29 Oktober 2022 lalu, tim eksplorasi SCF dan Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta berhasil menemukan ular naga jawa (Xenodermus javanicus) di Curug Cikoleangkak, Pegunungan Sanggabuana," ujar Solihin.
Sebelumnya, eksplorasi yang dilakukan SCF ini juga sudah berhasil mengidentifikasi 151 jenis burung, lima jenis primata, dan 20 jenis herpetofauna.
Pada tiap bulan Oktober dan November, kata Solihin, Pegunungan Sanggabuana juga menjadi daerah tujuan migrasi para raptor. Tiga jenis raptor migran ini adalah sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus), alap-alap china (Accipiter soloensis), dan alap-alap nipon (Accipiter gularis).
"Pada saat migrasi, ribuan raptor akan terbang dan singgah di kawasan hutan pegunungan Sanggabuana sebelum melanjutkan terbang ke arah pulau Bali, NTB dan kembali ke negaranya di Siberia, China, dan Jepang," imbuhnya.
"Bahkan kami berhasil merekam macan tutul jawa atau macan kumbang (Panthera pardus melas) dalam eksplorasi yang dilakukan sejak Juli 2020," lanjutnya.
![]() |
Saat ini kawasan Pegunungan Sanggabuana sedang dalam proses perubahan status kawasan menjadi Taman Nasional yang menjadi usulan dari SCF dan pada tanggal 22 September 2021.
"Usulan ini juga sudah disepakati oleh Komisi IV DPR RI dan KLHK, dengan ditandatanganinya MoU oleh Menteri KLHK dan Komisi IV DPR RI dalam Rapat Kerja di DPR beberapa waktu lalu," pungkasnya.
(yum/yum)