Akibat bangunan sekolah terancam longsor, puluhan siswa SDN 2 Parungponteng, Girikencana, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat terpaksa belajar bergiliran. Ruang kelas yang terancam longsor merupakan kelas 4, 5 dan enam. Sementara ruang kelas yang aman hanya kelas 1, 2 dan 3.
PLT Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Sera Sani Verana menyebut meski terancam longsor, kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung. Hanya saja, belajar dilakukan sift pagi dan siang.
"Saat ini belajar tetap dilaksanakan, hanya saja bergantian belajarnya," kata Sera kepada detikJabar di Kantor Disdik Kabupaten Tasikmalaya, kamis (3/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, jika kondisi cuaca ekstrim, pihak sekolah diberikan kebijakan untuk menerapkan pembelajaran dirumah bagi siswa daring. Sehingga para siswa boleh dipulangkan.
"Itu kondisional, kalau turun hujan ya belajar di rumah dan bila saat sedang belajar dipulangkan dengan siswa diberi tugas belajar di rumah. Seperti waktu gempa yah dipulangkan aja," ujar Sera.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Kurnia Trisna Somantri menyatakan, berdasarkan kajian dan pantauan lapangan BPBD Kabupaten Tasikmalaya merekomendasikan dan meminta bangunan tersebutdi kosongkan karena dekat dengan longsoran.
"Sekolah sementara waktu kami minta dikosongkan dulu, karena berpotensi terjadi longsor susulan. Untuk teknis belajar sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan," kata Kurnia.
Apalagi bencana tanah longsor di Desa Girikencana, Kecamatan Parungponteng beberapa waktu lalu itu, telah menggerus jalan menghubungkan Parungpoteng dengan Kecamatan Cibalong. Longsor tidak hanya menyebabkan jalan terputus, melainkan mengancam bangunan sekolah yang akhirnya tidak boleh ada kegiatan belajar mengajar untuk menghindari bahaya longsor susulan.
"Bangunan sekolah masih utuh. Namun ditemukan retakan jalan yang menjalar dan sudah ada di pinggir gerbang sekolah," kata Kurnia.
(orb/orb)