Keluarga Ungkap Kondisi Bayi Sebelum Meninggal gegara Gagal Ginjal Akut

Kota Tasikmalaya

Keluarga Ungkap Kondisi Bayi Sebelum Meninggal gegara Gagal Ginjal Akut

Faizal Amiruddin - detikJabar
Selasa, 01 Nov 2022 17:00 WIB
Close-up of urologist pointing pen kidney structure on anatomical model. Treatment of kidney diseases, pyelonephritis
ilustrasi gagal ginjal akut (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ivan-balvan).
Tasikmalaya -

Kasus kematian bayi 11 bulan asal Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya akibat gagal ginjal akut menorehkan kesedihan bagi keluarganya.

Rona duka masih terlihat dari raut Ai Imas Masitoh (38) yang tak lain ibu kandung bayi tersebut. "Hari Sabtu langsung dimakamkan di TPU Cinehel," kata Imas, Selasa (1/11/2022).

Korban merupakan bungsu dari tiga orang anak Imas. Tanggal 4 November mendatang, korban seyogyanya berulang tahun. Di rumah petak kontrakan kawasan pemukiman padat kawasan Bojong Tengah, Imas dan keluarganya tinggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suami kerja jualan pakaian keliling," kata Imas.

Imas mengakui sebelum sakit keras dan meninggal dunia pekan lalu, anaknya itu sering sakit-sakitan. Jika sakit, Imas sering membawa anaknya ke Puskesmas.
"Biasanya suka dikasih obat sirup sama puyer, obat parasetamol," kata Imas.

ADVERTISEMENT

Namun Imas mengakui dia sering memberi obat-obatan dari Puskesmas itu kepada anaknya, tapi belum makan. "Makannya susah, biasanya langsung saja saya kasih obat. Harusnya tidak boleh ya?" kata Imas.

Nining (44), tetangga Imas menambahkan korban selama ini sulit makan. "Paling suka dibelikan MP-Asi, jadi kalau sakit sering diberi obat tapi perutnya kosong," kata Nining. Dia mengaku sering mengingatkan Imas terkait kesalahan itu, namun tetap saja dilakukan.

Imas sendiri mengaku semua obat yang sempat diberikan kepada anaknya sudah dibuang. "Sudah dibuang semua, mungkin parasetamol, itu yang sirup warna merah," kata Imas.

Dia juga mengakui bobot bayinya itu tak ideal, saat sakit sebelum meninggal dunia berat badannya 6,5 kg dengan usia 11 bulan. "Iya badannya kecil, kan susah makan," kata Imas.

Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Titie Purwaningsari mengatakan pihaknya sudah melakukan penyelidikan terhadap riwayat kesehatan korban. Beruntung sejak dikandung oleh ibunya, pihak Puskesmas sudah melakukan pemantauan atau memiliki catatan.

"Kami berkoordinasi dengan Puskesmas setempat, sejak kehamilan sudah dipantau," kata Titie.

Dia memaparkan sejak masa kehamilan, ibu korban mengalami kondisi yang tidak ideal. "Jadi dari mulai di dalam kandungannya, berdasarkan hasil pemantauan di awal kehamilan, ibu mengalami KEK dan PER," kata Titie.

KEK adalah singkatan dari kekurangan energi kronis, atau lazim dikatakan kekurangan gizi. Sementara PER adalah preeklamsia atau gejala darah tinggi pada ibu hamil.

"Kondisi ibu tersebut membuat proses kelahiran anaknya secara operasi caesar. Berat anaknya saat dilahirkan 2,6 kilogram. Jadi berat bayinya kurang, stunting," kata Titie.

Titie mengatakan korban datang ke IGD pada hari Jumat (28/10/2022). "Pasien masuk UGD kami pada hari Jumat sekitar jam 6 sore," kata Titie.

Saat itu, kata Titie, kondisi korban sudah kritis. Selain demam, kondisi korban juga mengalami sesak nafas dengan kesadaran yang menurun. "Ada sesak nafas juga, sesak nafas berat. Kesadarannya juga menurun," kata Titie.

Hasil laboratorium juga menunjukan kadar kreatinin dan ureum anak itu tinggi. Dua indikasi itu menurut Titie menjadi ciri adanya gangguan fungsi ginjal pada pasien tersebut. "Kreatinin dan ureumnya jauh diatas ambang batas, tinggi sekali," kata Titie.

Saat itu juga, pihaknya langsung berusaha melakukan penanganan dan merekomendasikan agar pasien dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. "Keluarga korban saat itu meminta waktu untuk berembug dulu, sebelum memutuskan merujuk ke RSHS. Bukan menolak, keluarga korban setuju hanya mereka minta waktu dulu," kata Titie.

Namun belum sempat dirujuk ke RSHS Bandung, anak tersebut meninggal dunia pada Sabtu (29/10/2022) pagi. "Sabtu paginya meninggal dunia, tidak sempat dirujuk ke RSHS," kata Titie.

Titie mengatakan fenomena penyakit gagal ginjal akut pada anak ini tergolong misterius. Dia menjelaskan gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis itu berbeda. Gagal ginjal kronis biasanya muncul gejala sekitar 6 bulan, sementara gagal ginjal akut muncul secara tiba-tiba. Gagal ginjal akut juga sebelumnya diderita oleh orang lanjut usia atau orang dewasa, baru kali ini banyak kasus menimpa anak-anak.

"Penyakit ini sangat spesifik dan diderita biasanya oleh kalangan lanjut usia. Tapi entah kenapa ini diderita anak-anak. Kemudian gagal ginjal akut itu berbeda dengan gagal ginjal kronis, kalau kronis gejalanya muncul sekitar 6 bulan sebelum menjadi parah," kata Titie.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads