Menginap di Hotel 'Warisan' Soekarno, Tepi Laut Teluk Palabuhanratu

Menginap di Hotel 'Warisan' Soekarno, Tepi Laut Teluk Palabuhanratu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 01 Apr 2025 06:00 WIB
Grand Inna Samudra Beach Hotel yang dirancang oleh Soekarno
Grand Inna Samudra Beach Hotel yang dirancang oleh Soekarno (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Angin dari Samudera Hindia datang dari arah selatan, membelai pepohonan kelapa dan menggoyangkan tirai putih di balkon-balkon hotel. Ombak memecah pantai dengan irama pelan, seolah mengajak siapa pun untuk diam sejenak dan menikmati kedamaian yang tak diburu waktu. Palabuhanratu akhirnya hidup kembali.

Setelah diterpa bencana banjir dan longsor awal tahun ini, kawasan wisata andalan Kabupaten Sukabumi itu perlahan bangkit. Jalan-jalan yang sebelumnya rusak akibat longsor kini mulai tertata. Aliran wisatawan pun kembali deras, terlebih menjelang libur panjang dan Lebaran.

Salah satu titik kehidupan baru itu terasa di Grand Inna Samudra Beach Hotel, sebuah hotel legendaris yang berdiri menghadap laut lepas. "Kami siap menyambut wisatawan yang rindu suasana pantai yang tenang dan alami," kata Reza Bram Adiguna, General Manager hotel tersebut menyambut ramah detikJabar, Jumat (21/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hotel ini bukan pendatang baru. Dibangun pada 1960-an, ia menjadi saksi bisu geliat awal pariwisata di Sukabumi. Lokasinya strategis tepat di pusat kawasan Palabuhanratu dan dikenal luas karena dibangun oleh Presiden Pertama RI, Soekarno.

Grand Inna Samudra Beach Hotel yang dirancang oleh SoekarnoGrand Inna Samudra Beach Hotel yang dirancang oleh Soekarno Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Tapi bagi para pelancong masa kini, daya tarik utamanya bukan lagi sejarah, melainkan pengalaman menginap yang dekat dengan alam dan jauh dari kebisingan kota.

ADVERTISEMENT

Kamar-kamar di Grand Inna punya balkon pribadi yang langsung menghadap laut. Dari sini, pengunjung bisa menyaksikan matahari terbit perlahan, menyapu kabut di cakrawala.

Pantainya bersih dan tenang, cukup jauh dari keramaian, membuatnya cocok bagi pencari ketenangan. Di sore hari, langit Palabuhanratu berubah jingga, memantulkan cahaya ke permukaan laut dan menciptakan suasana yang nyaris magis.

Bagi traveler yang datang bersama keluarga, hotel ini menyediakan area bermain anak, kolam renang, serta akses mudah ke warung-warung lokal yang menjual kuliner khas pesisir dari ikan bakar segar hingga kue-kue basah yang digoreng langsung di depan pengunjung.

Di luar hotel, ada pilihan aktivitas lain: menyusuri Pelabuhan Dermaga Tenjo Laut, memancing di karang-karang Loji, atau sekadar berjalan kaki menyusuri Pantai Citepus yang berpasir halus.

Palabuhanratu memang tak seperti destinasi yang dikurasi berlebihan. Di sini, semuanya terasa lebih alami. Alam yang bicara, bukan reklame. "Kami tak menjual kemewahan, tapi kejujuran suasana," ujar Reza.

Setelah sepi yang panjang, denyut wisata Palabuhanratu mulai terasa lagi. Lampu-lampu hotel menyala di malam hari. Aroma kopi dari warung kaki lima kembali menguar. Dan suara anak-anak bermain pasir kembali terdengar di tepi pantai.

Mungkin ini waktu yang tepat untuk kembali. Bukan sekadar untuk berlibur, tapi untuk merasakan bahwa Palabuhanratu dengan segala kerentanannya masih tetap bisa menyambut siapa pun yang datang dengan hati terbuka.

(sya/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads