Pemkot Bandung terus menggelontorkan sejumlah program untuk tetap menjaga eksistensi Kampung Rajut Binong Jati. Pemkot mendorong agar penjualan hingga promosi bisa dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring).
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah mengaku pihaknya telah melakukan sejumlah program pembinaan, pelatihan dan bantuan promosi. "Kita lakukan agar pemasarannya itu tak hanya offline, tapi online juga. Jadi, ada bimtek digitalisasi," kata Elly saat berbincang dengan detikJabar, Senin (31/10/2022).
Elly mengaku tak semua perajut mengikuti pembinaan pemasaran melalui digital marketing. Beberapa perajut di Binong Jati tetap mengandalkan offline. Namun, Elly tak menutup pintu bagi perajut yang ingin bergabung dalam pelatihan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga kerja sama dengan market place. Karena (pemasaran online) itu suatu keniscayaan. Apalagi saat awal pandemi. Kita ajak yang memang berminat, karena ada yang tidak berminat," kata Elly.
Saat disinggung mengenai transformasi produksi rajut dari manual hingga mesin komputer, Elly mengaku pihaknya tak memiliki anggaran untuk pemberian bantuan mesin rajut komputer. Namun, ia menegaskan pihaknya akan membantu dari segi yang lain.
"Kedua juga, dalam hal promosi. Binong Jati ini salah satu sentra industri di Kota Bandung. Bagaimana produk ini dikenal warga Kota Bandung dan luar kota. Jadi, kita libatkan melalui pameran pasar kreatif yang dilaksanakan di enam mal. Tahun kemarin, di ajak di PVJ," ucap Elly.
Elly menjelaskan saat mengikuti pameran pasar kreatif, produk Binong Jati menjadi yang terbaik. Dari 25 peserta yang mengikuti pameran, Binong Jati dinobatkan sebagai best one dalam omzet yang didapatkan.
"Ada juga festival sentra industri. Nah, waktu itu rajut Binong Jati menguasai penjualan. Semua sentra di Bandung ikut, berbagai sentra industri diadakan di Ciwalk. Ke Bali juga kita ajak," kata Elly.
"Asal ada kemauan dari pengusaha. Dan, kita juga ingatkan tenntang pentingnya kualitas, kuantitas, kontiunitas juga harus dijaga. Ini yang utama agar tetap terus berkembang. Saat ini perkembangannya bagus," kata Elly menambahkan.
Sebelumnya, menurut data dari Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, saat itu pengusaha rajut di Kampung Rajut Binong Jati mencapai sekitar 500 orang. Sementara itu, menurut data Kemenparekraf, pada 2021 tercatat sebanyak 418 UMKM yang memproduksi berbagai jenis produk rajutan. Produksi rajutan di Binong ini diklaim menyerap tenaga kerja sebanyak 2.143 orang. Kapasitas produksinya mencapai 984.426 lusin per tahun.
Adanya mesin rajut komputer sejatinya menciptakan daya saing antarperajut. Tentunya, persaingan yang mengarah pada dampak positif bagi peningkatan produksi rajut di Binong.
"Sebenarnya kan pasar itu sendiri-sendiri. Persaingan antar yang konvensional sendiri, yang mesin pun sendiri," kata Sekretaris Kelurahan Binong Taufik Izatika saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (29/10/2022).
Sekadar diketahui, sejumlah pengusaha di Binong, khususnya yang telah menggunakan mesin rajut komputer telah bertransformasi, baik dari sisi produksi hingga pemasaran. Para pengusaha ini menjual produknya, seperti pakaian, tas dan syal melalui sistem online. Membuat akun media sosial sendiri hingga produknya mejeng di e-comerce.
Sementara itu, pengusaha rajut konvensional beberapa di antaranya masih mengandalkan pesanan partai besar. Pesanan produk rajut dengan skala lusinan. Mereka mengaku tak bisa melayani partai kecil, lantaran tak menutup ongkos produksi. Para perajut konvensional ini biasanya bekerja saat menerima pesanan saja. "Ya yang masih menggunakan penjualan tatap muka juga ada. Jadi, barang-batangnya dijual ke toko-toko," kata Taufik.
(sud/iqk)