Tsunami kecil yang melanda Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu, menyisakan kisah pilu. Gelombang besar yang terjadi pada 2004 lalu itu menyapu belasan rumah dan pohon di sekitar pantai.
Kadimah (56) misalnya, warga Blok Sabrang Wetan, Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu kini terpaksa tinggal di rumah anaknya. Sebab, rumah yang ia bangun bersama Tarmidi (suaminya) sudah habis disapu gelombang besar.
Kadimah bercerita, amukan ombak laut ketika itu sangat mengerikan. Tak hanya pepohonan, rumah, kandang seisinya pun habis diseret air laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Katanya pas ada tsunami di Aceh. Di sini ombak-nya juga besar sampai di atas genting rumah," kata Kadimah.
Tsunami kecil itu meluluhlantakkan permukiman warga. Tak hanya bangunan, sejumlah barang berharga milik warga pun hanyut tak berbekas.
"Kejadian ada sekitar 5 harian. Ombak besar banget sampai rumah, barang elektronik, perhiasan, sampai buku nikah bersih semua. Saya sampai depresi," lanjut Kadimah sambil menunjuk deretan rumah yang pernah dihantam ombak.
Mirisnya, Kadimah mengaku tidak mendapat sentuhan bantuan apapun. Hingga, bekas bangunan rumah yang jadi saksi kehidupan bersama keluarganya kini terbengkalai.
"Waktu itu saya terpaksa tinggal di rumah mertua. Saya difoto sampai dramatis katanya untuk pengajuan bantuan tapi nyatanya tidak. Ada juga waktu itu ditawari rumah singgah tapi harus bayar 2 juta," kata Kadimah.
Kini, Kadimah dan suaminya tinggal di rumah anaknya. Namun, kondisi rumah tetap berada di bibir pantai. Sehingga tak heran, sebagian material rumah hanya berbahan asbes atau pagar kayu.
"Ini saya paksakan beli pagar bambu untuk menahan air rob atau kiriman sampah saat angin timur kemarin. Air laut kadang masih masuk," ujar Kadimah.
(mso/mso)