Cegah Krisis Iklim, Bamsoet Tawarkan Konsep Green Energy di Parlemen OKI

Cegah Krisis Iklim, Bamsoet Tawarkan Konsep Green Energy di Parlemen OKI

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 25 Okt 2022 13:06 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Istimewa).
Bandung -

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) turut menawarkan konsep pembangunan green energy kepada para delegasi parlemen Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Bamsoet menawarkan konsep itu supaya bisa dibahas dalam konferensi MPR negara Islam sebagai solusi dari krisis iklim global.

Bamsoet mengatakan, negara di seluruh dunia saat ini sedang menghadapi perubahan iklim yang ekstrem seperti peningkatan panas bumi hingga perubahan suhu. Menurutnya, perlu ada pembahasan lebih lanjut dari para delegasi parlemen OKI supaya masalah krisis iklim itu bisa diselesaikan secara bersama-sama.

"Dunia sedang menghadapi perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan panas bumi. Peningkatan suhu dari waktu ke waktu telah mengubah pola cuaca dan mengganggu keseimbangan alam. Hal ini menimbulkan banyak risiko bagi manusia dan seluruh makhluk hidup lainnya di bumi," kata Bamsoet di Gedung Merdeka, Selasa (25/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bamsoet, negara OKI bisa mengambil peran melalui parlemennya untuk berkontribusi dalam mencegah krisis iklim secara global. Ia juga turut mengutip Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) pada 2019 yang menyatakan kenaikan suhu global harus ditahan di kisaran 1,5 derajat celcius

"Untuk mencegah tragedi terburuk pada ekosistem dan memastikan ketahanan peradaban manusia, sehingga seluruh negara berbondong-bondong menyampaikan National Determinated Contributions (NDCs) sebagai deklarasi tentang rencana masing-masing negara untuk mengurangi emisi dan mencegah terjadinya krisis iklim," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Bamsoet melanjutkan krisis iklim tidak hanya menyangkut kemampuan masing-masing negara untuk mencegahnya dengan skema mengubah konsumsi energi maupun pengolahan limbah. Namun menurutnya, perlu komitmen bersama supaya untuk terus menjaga kelangsungan hidup manusia.

"Oleh karenanya diperlukan kerjasama secara global untuk penyelamatan ekosistem global yang dibarengi dengan upaya menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi baru yang memperkuat daya tahan kelompok paling marjinal," tuturnya.

"Di sinilah pentingnya kita untuk duduk bersama merumuskan pemikiran, komitmen, serta rencana strategis kontribusi kolektif dalam merespon perubahan iklim global. Kita semua akan dihadapkan pada pilihan transisi untuk memasuki arena green economy dengan komitmen dalam arena perdagangan karbon," tambahnya.

Tak hanya itu, krisis ekonomi global kata Bamsoet, juga perlu disikapi secara serius oleh para delegasi parlemen negara OKI kali ini. Sebab menurutnya, kekuatan negara Islam berdasarkan laporan Mastercard dan Crescent Rating, pada 2022 populasi muslim dunia mencapai 25 persen populasi dunia atau 2 miliar jiwa dan tersebar di 200 negara.

"Ancaman krisis global juga sudah ada di depan mata. Saat ini, sekitar 320 juta penduduk dunia berada dalam kondisi kelaparan akut. Bahkan menurut data IMF dan Bank Dunia, perekonomian 66 negara diprediksi akan bangkrut dan ambruk. Pelambatan dan kontraksi pertumbuhan ekonomi global, semakin diperburuk oleh tingginya kenaikan inflasi," ucapnya.

Untuk menghadapi masalah global, Bamsoet menyatakan perlu adanya kolaborasi, terutama negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI. Sebab, penyelesaian masalah global itu menurutnya tak bisa diselesaikan sendiri oleh masing-masing negara.

"Dan pandemi telah mengajarkan tentang arti penting toleransi itu. Dalam kaitan ini, potensi negara-negara anggota OKI dan parlemennya, dapat mengambil peran untuk mengatasi berbagai gejolak dan tantangan global. Hingga kini, negara-negara anggota OKI merupakan kekuatan kolektif terbesar kedua di dunia setelah PBB," ujarnya.

(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads