Jejak Pakaian Dalam Wanita yang Cemari Gunung-gunung di Jabar

Jejak Pakaian Dalam Wanita yang Cemari Gunung-gunung di Jabar

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 21 Okt 2022 08:30 WIB
Pakaian dalam wanita terlihat menumpuk berserakan di situs budaya Nagara Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Pakaian dalam wanita terlihat menumpuk berserakan di situs budaya Nagara Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung (Foto: Istimewa).
Bandung -

Temuan celana dalam sisa ritual di gunung-gunung yang menjadi situs kebudayaan di Jawa Barat kembali membuat geger. Terbaru, Situs Nagara Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung menjadi sasaran pembuangan pakaian dalam bekas dari para pengunjung yang melakukan ritual di situs tersebut.

Berdasarkan catatan detikJabar, selama 2022, rentetan ulah pengunjung yang membuang pakaian dalam tak hanya terjadi baru-baru ini. Sebelumnya, beberapa gunung yang menjadi situs kebudayaan di Jawa Barat juga turut menjadi sasaran ulah tersebut. Berikut rangkumannya:

Gunung Sanggabuana Karawang

Ritual buang celana dalam di Gunung Sanggabuana menjadi sorotan. Pangkal masalahnya, ritual yang kerap dilakukan pada malam satu suro malah menimbulkan keresahan dan justru mengotori gunung tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ironisnya, ritual buang celana dalam dan kutang di Gunung Sanggabuana oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk meraup keuntungan dan mengancam kelestarian lingkungan. Aktivitas ritual ini diduga dilakukan oleh orang dari luar wilayah Gunung Sanggabuana, sebab masyarakat sekitar tak ada yang melakukan ritual tersebut.

"Ritual buang celana dalam dan kutang itu semakin menjadi-jadi bahkan kuncen-kuncen baru bermunculan dan mencari pengunjung yang akan ritual demi mendapatkan upah, dan tentunya ritual itu malah jadi mengancam kelestarian lingkungan sekitarnya," kata Bernarld saat dihubungi, Jum'at (29/7/2022).

ADVERTISEMENT

Dari hasil penelusuran timnya juga diketahui bahwa kuncen menarif ritual tersebut di 4 mata air yang dipakai untuk ritual, yakni Pancuran Mas, Pancuran Kejayaan, Pancuran Kahuripan, dan Pancuran Sumur Tujuh.

Sedangkan makamnya ada 14, beberapa diberi nama Makam Eyang Haji Ganda Mandir, Taji Malela, Kyai Bagasworo, Ibu Ratu Galuh, Eyang Abdul Kasep, Eyang Sapujagat, Eyang Langlang Buana, Eyang Jagapati, dan Eyang Cakrabuana. Tak tanggung-tanggung, sekali ritual dipatok tarif Rp 250 ribu.

"Dari 4 mata air dan 14 makam itu dipakai ritual buang sial. Bahkan setiap ritual dikenakan tarif perorang yang dipandu kuncen itu sekitar Rp 250 ribu, buat memandu ritual dan ubo rampenya. Ada juga yang gratis tapi hanya sekedar mandi di pancuran lalu buang celana dalam dan pakaian doang lalu balik," tandasnya.

Gunung Gede Pangrango

Fenomena celana dalam berserakan juga pernah terjadi di jalur pendakian Gunung Gede Pangrango. Celana dalam itu diduga dibuang oknum pendaki.

Niko Rastagil, salah seorang Volunteer Gunung Gede Pangrango, mengungkapkan setiap menggelar operasi bersih-bersih para volunteer dan relawan tidak hanya mengangkut sampah pendaki. Namun juga kerap menemukan celana dalam.

"Saat kegiatan opsis rutin atau yang digelar saat pendakian ditutup, relawan pasti menemukan celana dalam yang dibuang pendaki yang tidak bertanggung jawab," ujar dia, Rabu (3/8/2022).

Niko mengatakan celana dalam pria ataupun perempuan itu banyak ditemukan di jalur pendakian. "Ada juga yang di sekitaran alun-alun Suryakencana, tapi di pinggirannya tidak di kawasan inti alun-alun. Kalau banyaknya biasanya ditemukan di jalur pendakian," kata dia.

Berbeda dengan Gunung Sanggabuana, temuan CD wanita dan pria di Gunung Gede Pangrango diduga dibuang pendaki yang mengalami cepirit atau tidak sengaja buang air besar (BAB) saat melakukan pendakian.

"Seringkali yang ditemukan itu ada sedikit tinjanya. Dari pengalaman biasanya yang buang celana dalam sembarangan itu karena cepirit," kata dia, Rabu (3/8/2022).

Menurut Niko, seharusnya celana dalam tersebut dimasukkan ke dalam kantong dan dibawa kembali turun gunung. Tidak dibuang sembarangan.

"Meskipun ada bekas kotoran, tidak boleh dibuang begitu saja. Sama saja dengan membuang sampah sembarangan. Mestinya dibawa lagi turun gunung," kata dia.

Gunung Situs Nagara Padang

Situs Nagara Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dipenuhi tumpukan celana dalam wanita. Ironisnya, celana dalam itu bekas para pengunjung yang melakukan ritual di situs kebudayaan tersebut.

Imbas celana dalam yang berserakan itu, sejumlah pihak mulai dari polisi, TNI hingga warga setempat harus turun tangan. Saat dibersihkan, celana dalam wanita ini sampai diangkut 10 karung beras.

Kapolsek Ciwidey Iptu Anjar Maulana mengatakan saat ini Polsek Ciwidey telah melakukan pembersihan terhadap sampah pakaian dalam wanita tersebut.

"Udah kami bereskan, dan dapat banyak sampah pakaian, mulai celana pendek, kaus, hingga pakaian dalam wanita. Yang kami dapatkan ada sekitar 10 karung, kebanyakan pakaian dalam wanita," ucap Anjar, saat dihubungi detikJabar, Kamis (20/10/2022).

Anjar mengungkapkan sampah pakaian dalam tersebut langsung dibawa. Bahkan, kata dia, sampah tersebut langsung dibakar.

"Itu (sampah) dibawa sama kuncennya untuk dikeringin, dan infonya langsung dibakar," katanya.

Anjar menduga sampah tersebut merupakan milik peziarah yang datang dari luar daerah. Sehingga budayanya dibawa ke situs budaya Nagara Padang.

"Jadi budaya membuang pakaian yang dipakai pada saat ziarah itu merupakan bagian dari pembersihan diri. Budaya seperti itu dibawa ke wilayah Situs Gunung Padang, sehingga menimbulkan tumpukan sampah pakaian," kata Anjar.

Anjar meminta para peziarah untuk tetap menjaga lingkungan. Salah satunya adalah tidah membuang sampah sembarangan.

"Jangan buang sampah sembarangan, apalagi pakaian. Takutnya mata air disana tertutup dan bisa terjadi longsor," pungkasnya.

Warga setempat, Hermansyah (22) mengatakan pakaian dalam wanita bukan berasal dari warga sekitar yang membuang sembarangan. Pasalnya kata dia, warga setempat mengunjungi wilayah tersebut hanya untuk bertani.

"Bukan orang yang mesum di sana langsung pakaian dalamnya di sana. Tapi itu peziarah, yang mandi di sana, lalu membuang pakaian dalamnya," ujar Hermansyah, saat dikonfirmasi Kamis (20/10/2022).

Pihaknya menjelaskan para peziarah biasanya membuang pakaiannya setelah melaksanakan mandi. Menurutnya hal tersebut dilakukan berdasarkan kepercayaan mereka. "Mungkin, itu ritualnya mereka, untuk buang sial atau sebagainya," katanya.

Hermansyah menyesalkan adanya pakaian dalam tersebut yang mengotori situs budaya Nagara Padang. Apalagi sampah tersebut adalah pakaian dalam wanita. "Kami warga ya, sangat menyesalkan adanya itu, bahkan juga risih karena sampahnya pakaian dalam wanita, jadi selintas ada konotasi berbeda," ujarnya.

Dia menuturkan pakaian dalam wanita tersebut berserakan di wilayah mata air dekat cai kahuripan. "Kalau hanya basah setelah mandi di mata air, lalu dibuang di situ terasa kurang masuk akal. Sebab pakaian dalam yang berserakan jumlahnya cukup banyak," ucapnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung juga menyebut sampah tersebut bekas ritual mandi para pengunjung.

"Kemudian di sana itu ada ritual mandi di kucuran air, terus kadang-kadang si pakaian-pakaiannya itu nggak dibawa lagi, disimpen ditumpukan. Ya artinya dibuang begitu saja. Itu informasi yang kami dapatkan dari pak kades dan masyarakat setempat," kata Kadisbudpar Kabupaten Bandung Wawan A Ridwan saat dihubungi detikJabar, Kamis (20/10/2022).

Halaman 2 dari 2
(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads