Apotek di Cianjur, Jawa Barat menghentikan sementara penjualan obat berbentuk cair atau sirup hingga menyimpan stok obat yang ada dari etalase. Hal itu dilakukan menyusul adanya imbauan dari Kementerian Kesehatan RI.
Sekadar diketahui jika kebijakan penghentian sementara penjualan obat sirup itu berkaitan dengan adanya temuan 192 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Indonesia. Salah satunya berasal dari Kabupaten Cianjur.
Pemilik Apotek Pasundan Wini Syafta mengatakan setelah adanya pengumuman dan edaran dari Kemenkes terkait penjualan obat sirup, pihaknya langsung menghentikan sementara penjualan obat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langsung kita hentikan penjualannya, ada yang mau beli pun tidak kita layani dulu meski stoknya banyak. Tapi kita jelaskan juga kenapa tidak dijual kepada pembeli," kata dia, Rabu (19/10/2022).
Menurutnya tidak hanya menyetop, dirinya juga menyimpan sementara stok obat batuk dan obat demam sirup di gudang. Akibatnya beberapa etalase obat kosong.
"Iya kita kosongkan juga yang di etalase, obatnya kita simpan dulu di gudang. Kita masih tunggu juga bagaimana arahan dari Kemenkes soal penjualan obat sirup, mana yang masih boleh dijual dan tidak," ungkapnya.
Senada, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Cianjur Budi Mrsanto mengatakan pihaknya juga sudah mengeluarkan edaran pada setiap apotek, menindaklanjuti SE dari Kemenkes untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau obat bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat.
"Sudah kita imbau seluruh apotek di Cianjur melalui grup WhatsApps, dimana sementara tidak menjual dulu obat sirup sampai dilakukan pengumuman resmi lebih lanjut dari pemerintah," kata dia.
Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan pihaknya sudah menginstruksikan Dinas Kesehatan untuk memantau peredaran obat di setiap apotek di Cianjur, terlebih untuk obat sirup.
"Kita ikuti arahan dari pusat, Dinkes sudah diminta untuk mengawasi, jangan sampai ada yang melanggar," tegasnya.
IDI Minta Dokter di Cianjur Hati-hati Resepkan Obat untuk Anak
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cianjur meminta para dokter di Kota Santri untuk berhati-hati dalam meresepkan obat sirup bagi anak, mengingat saat ini banyak ditemukan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia, termasuk di Cianjur.
Wakil Ketua IDI Cianur Frida Layla Yahya mengatakan informasi terbaru dari Kemenkes, obat yang untuk sementara diminta untuk tidak diperjualkan ialah yang mengandung dua bahan, yakni etilen glikol (EG) dan Dietien Clikol (DEG).
"Jadi yang sementara tidak dijual itu hanya obat yang mengandung kedua jenis bahan itu, kalau di luar itu informasinya masih diperbolehkan," kata dia.
Oleh karena itu, para dokter diminta untuk tidak sembarangan meresepkan obat, terlebih pada pasien anak.
"Saya sudah imbau agar cek dulu stok obat yang tersedia, jika mengandung EG dan DEG, jangan diresepkan dulu. Tapi meski tidak mengandung kedua bahan tersebut, sebaiknya juga dihindari sampai ada informasi lebih dari Kemenkes. Jadi lebih baik hati-hati saja dulu meresepkan obat, mending resepkan selain obat sirup dulu," ucap dia.
Frida yang juga merupakan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur ini mengungkapkan jika gangguan ginjal akut misterius juga sudah ditemukan di Cianjur.
Satu orang anak yang saat ini dirawat diRSHS Bandung terkonfirmasi mengidap penyakit tersebut. "Yang suspek awalnya ada tiga anak, tapi terkonfirmasi hanya satu anak, dan itu sudah masuk dalam data 10 anak di Jabar yang terkonfirmasi gangguan ginjal akut," kata dia.
Pemkab Perketat Pengawasan
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Frida Laila Yahya mengungkapkan awalnya ada tiga anak yang dilaporkan ke Dinkes Jawa Barat dengan dugaan mengidap gangguan ginjal akut.
Anak-anak tersebut menunjukan berbagai gejala, mulai dari susah kencing, sesak, hingga demam tinggi. Akibanya mereka harus dirawat di rumah sakit.
"Dari tiga anak yang awalnya suspek ini, dua di antaranya dirawat di RSHS Bandung dan satu dirawat di RSUD Sayang," ujar dia, Rabu (19/10/2022).
Namun berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, dari tiga anak tersebut hanya satu anak yang terkonfirmasi mengidap gangguan ginjal akut.
"Yang terkonfirmasi hanya satu anak, dan itu sudah masuk dalam data 10 anak di Jabar yang terkonfirmasi gangguan ginjal akut," kata dia.
Frida mengatakan pihaknya sudah meminta seluruh layanan kesehatan mulai dari puskesmas hingga rumah sakit untuk melaporkan setiap anak yang diduga mengalami gangguan ginjal.
"Kalau ada yang mengalami gangguan ginjal secara tiba-tiba, segera tangani dengan lebih serius dan laporkan ke Dinkes. Nanti diobservasi lagi apakah memang positif gangguan ginjal akut atau bukan," kata dia.
Ia juga mengimbau para orangtua untuk lebih waspada dan berhati-hati jika memberikan obat pada anak. "Kalau menunjukan gejala yang serupa, segera dibawa ke puskesmas atau ruah sakit. Dan jika anak sakit, sementara ini jangan memberikan obat sirup," ujarnya.