Lorong Waktu: Hotel Pertama di Pangandaran Kini Jadi Pusat Belanja

Lorong Waktu: Hotel Pertama di Pangandaran Kini Jadi Pusat Belanja

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Minggu, 25 Sep 2022 06:00 WIB
Hotel pertama di Pangandaran telah berubah menjadi pusat belanja.
Hotel pertama di Pangandaran telah berubah menjadi pusat perbelanjaan (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Mengenal Pangandaran tentunya tak lepas dari objek wisata dan deretan hotel. Namun, hotel pertama di Pangandaran kini berubah menjadi sebuah pusat perbelanjaan.

Dari penelusuran literatur, pantai Pangandaran sudah ramai sejak awal abad ke 20, bahkan pengunjungnya berasal dari Eropa dan Hindia-Belanda. Perkembangan pariwisata Pangandaran sejak itu ditandai dengan adanya hotel pertama.

Hotel pertama di Pangandaran namanya Pasanggrahan. Nama tersebut berasal dari sebutan fasilitas peristirahatan yang dibangun pemerintah atau perusahaan beberapa negara saat itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelusuran literatur pada artikel koran Hindia Belanda menyebutkan, Pasanggrahan Pangandaran berdiri bersama perusahaan Kereta Api Negera Straightforward Khan. Pembangunan hotel tersebut bersamaan dengan proyek kereta api Banjar-Pangandaran-Cijulang yang dimulai pada Tahun 1911.

Tokoh Masyarakat Pangandaran Andi mengatakan, Pasanggrahan itu dulunya hotel yang dibangun Perusahaan Kereta Api Belanda untuk tempat peristirahatan pegawai tapi dibuka juga untuk umum.

ADVERTISEMENT

Andi mengatakan jika dilihat dari surat kabar De Sumatera Post pada (26/8/1915). Tertulis keterangan soal peninjauan jalur kereta api di Kalipucang. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu Alexander Willem Frederik Hindenburg pernah singgah di Pasanggarahan Pangandaran untuk makan siang. "Ada juga dalam sebuah laporan koran Health News Vandal pada (10/5/1948) yang mengulas suasana hotel Pasanggrahan," katanya kepada detikJabar belum lama ini.

Andi menjelaskan, menurut sang penulis surat kabar, meskipun tidak mudah mencapai tempat tersebut dari Bandung, namun, semua pengorbanan terobati oleh kepuasan yang ya dapat di tempat tersebut. Menurut dia, jika pelancong berangkat pagi hari dari Bandung menggunakan kereta dia akan sampai di stasiun Banjar.

Pada siang hari dari stasiun Banjar ia melanjutkan perjalanan Diteruskan dengan kereta uap Menuju Stasiun Pangandaran yang akan tiba sekitar pukul dua siang. Perjalanan menggunakan kereta api dari Banjar ia melukiskan sangat indah dengan pemandangan bukit dan samudra bergantian di sisi kanan-kiri. Dari stasiun Pangandaran yang menceritakan hanya dibutuhkan beberapa menit untuk sampai di Pasanggrahan dengan menggunakan saldo atau kereta kuda Hai.

Menurut sang penulis bangunan Pesanggrahan Pangandaran berbeda dibandingkan fasilitas sejenis pada umumnya. Ada kamar besar bersebelahan dengan teras bersantai di bagian depan dilengkapi kursi kursi yang nyaman.

Kamar-kamarnya menghadap ke laut dan hanya dibutuhkan selangkah saja dari teras untuk menginjak panta. Ia menyebut pelayanan di tempat tersebut sangat memuaskan terutama sajian hidangan laut segar seperti lobster dan aneka ikan. "Kabarnya dalam semalam pada laporan koran tersebut tertera harga menginap dalam semalam empat setengah gulden," kata Andi.

Jumlah tersebut menurut penulis terbilang murah untuk rata-rata warga Eropa, terlebih jika datang berkelompok. Penulis juga bercerita dari Pasanggrahan wisatawan bisa berjalan-jalan ke Pasir Putih yang ada di hutan tropis Pananjung yang sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh pemerintah.

Namun, begitu ia memberi catatan pada musim hujan mungkin sebagian orang akan terganggu oleh keberadaan nyamuk the lounge. "Laporan media Hindia Belanda tentang Pasanggrahan memang bukan isapan jempol. Fakta-fakta mengenai keberadaan hotel tersebut bisa ditelusuri pada peta kawasan cagar alam Pananjung atau while The Servant tahun 1937," kata Andi.

Keberadaan Pasanggrahan sebagai satu-satunya hotel di kawasan pantai barat Pangandaran diberi tanda sendiri begitupun salah satu jalan di sekitar lokasi hotel tersebut. Hingga hari ini dikenal dengan nama Jalan Pesanggrahan. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia dan proses nasionalisasi aset Belanda tanah dan Aset Pasanggrahan Pangandaran beralih kepemilikan kepada perusahaan jawatan kereta api atau kini bernama PT Kereta Api Indonesia.

Selesai kemerdekaan Pasanggrahan sempat berganti nama menjadi Hotel panen jungsari dan dikelola oleh pemerintah Kabupaten Ciamis di kota ini masih menjadi salah satu pilihan terbaik wisatawan hingga tahun 1980. Namun perlahan dengan menjamurnya hotel-hotel yang lebih modern dan berkelas Hotel pananjung Sari semakin kehilangan pamor. Ujungnya setelah bencana tsunami yang melanda kawasan Pantai Pangandaran pada 2006 Hotel pananjung Sari dibiarkan terbengkalai dan hanya menyisakan puing-puing.

Pantauan detikJabar, hotel Pasanggrahan saat ini berubah tampilan menjadi pusat perbelanjaan yang bernama Nanjung Sari. Lokasi tersebut merupakan relokasi para pedagang yang dipindahkan dari pinggir pantai.

Kini hotel pertama itu hanya kenangan, tak adapun satu kenangan, kecuali nama yang terbesit di telinga warga Pangandaran angkatan 80an. Pusat perbelanjaan itu berisi pedagang souvenir, kaos, oleh-oleh dan warung-warung kecil. Penanda yang lain di sekitar lokasi juga berdiri sebuah kafe bernama Pasanggrahan.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads