Lorong Waktu: Dermaga Gado Bangkong, Saksi Perubahan Palabuhanratu

Lorong Waktu: Dermaga Gado Bangkong, Saksi Perubahan Palabuhanratu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 25 Sep 2022 07:00 WIB
Dermaga Gado Bangkong Palabuhanratu Sukabumi.
Dermaga Gado Bangkong Palabuhanratu Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Adang Suhendi (56) menatap lekak puing-puing beton yang mencuat dari dalam laut di Pesisir Pantai Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Ia mengerutkan kening saat sisa-sisa bangunan fenomenal buatan Belanda itu hanya tinggal menyisakan puing.

Padahal menurutnya, dulu tempat itu terbilang favorit sebagai tempat nongkrong kaula muda pada zamannya. Bagi yang hobi memancing, spot yang dikenal dengan sebutan Gado Bangkong itu juga lokasi paling gacor untuk mendapatkan berbagai jenis ikan khas kawasan pesisir.

"Kalau malam minggu ini tempat favorit, sekitar tahun 80 an itu tempatnya belum seperti sekarang. Banyak anak muda berkumpul di sini, musim ramainya kelompok-kelompokan geng-gengan dan tempat memikat lawan jenis," kata Adang memulai ceritanya kepada detikJabar belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adang memejamkan mata, berusaha mengingat kawasan itu puluhan tahun silam. Saat denting gelas berisi minuman keras beradu, alkohol saat itu dipercaya sebagai pengusir dinginnya hempasan angin laut yang menerpa pesisir di saat malam menjadi teman nongkrong paling setia terutama di akhir pekan.

"Kalau sedang mancing atau nongkrong di atas beton, ada saja yang minum. Dulu beton ini menjorok beberapa meter ke laut, posisi di ujung beton ini di laut. Kalau kata ayah dan kakek saya dulu itu di sini banyak nelayan menunggu ikan atau barang angkutan sambil bertopang dagu, makanya dikenal dengan nama Gado Bangkong," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Bertahun-tahun menahan hempasan ombak, akhirnya satu persatu besi penahan beton mulai berkarat. Bangunan itu ambrol dan hanya menyisakan tiang-tiang penyangga setapak yang dulu terlihat kekar. Wajar saja beton itu lapuk di makan usia, banyak kisah mengiringi sejarah panjang perjalanan Gado Bangkong sejak masa pembangunannya di era kolonial dulu.

Pengamat sejarah Kesukabumian dari Yayasan Dapuran Kipahare Irman Firmansyah mengatakan, Gado Bangkong dulunya adalah semacam dermaga perniagaan bahkan kelas internasional. Bahkan menjelang pembangunan oleh para kompeni itu, Gado Bangkong sudah ada namun dibuat dari semacam kayu-kayu penyangga.

"Dibangun tahun 1800, dulu ini merupakan salah satu karya fenomenal Belanda. Dermaga awal dibangun oleh 500 orang dari Batavia dan disebut Palaboehan Ratoe Haven, tercatat dalam MOM Secrete Beslouiten 5 Oktober 1800," kata Irman.

Masa pembangunan Gado Bangkong memakan waktu cukup panjang, mungkin karena keterbatasan alat saat itu pembangunannya memakan waktu setengah abad. Pada 1859 bangunan itu akhirnya diresmikan dan berfungsi sebagai alat pengangkut barang perniagaan dari kapal-kapal besar yang saat itu sandar di Teluk Palabuhanratu.

"Aktivitas perniagaan Internasional berlangsung di tempat ini, barang berbagai jenis keluar dan masuk di tempat ini. Hal ini pula yang mengiringi tempat ini ditetapkan sebagai Kota Pantai melalui Staatsblad No 33 tahun 1862," ungkapnya.

"Tahun 1873 dilakukan pembatasan Pelabuhan hanya untuk ekspor umum dan impor terbatas melalui lembaran negara no 264. Sampai kemudian pada 10 Oktober penutupan sebagai pelabuhan internasional yang dilakukan melalui Staatblad no 207," katanya.

Terlepas dari banyak kisahnya, Gado Bangkong adalah saksi bisu perjalanan Palabuhanratu di masa lalu. Penuh dengan jejak pembangunan di masa penjajahan, asmara, pergaulan kaula muda pada zamannya hingga perniagaan di masa lampau.

(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads