Lorong Waktu: Nostalgia Menonton Film di Erafox Tasikmalaya

Lorong Waktu: Nostalgia Menonton Film di Erafox Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 18 Sep 2022 11:00 WIB
Lokasi bioskop Erafox di dekat TPU Cinehel Kota Tasikmalaya.
Lokasi 'bioskop' Erafox di dekat TPU Cinehel Kota Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Bagi mayoritas warga Tasikmalaya berusia lebih dari 35 tahun, ketika mendengar nama Erafox umumnya akan tersenyum simpul. Pikiran melayang ditarik mundur pada masa remaja di era tahun 90-an.

Erafox adalah nama sebuah tempat menonton film. Seperti bioskop, namun kecil karena dikelola dengan konsep rumahan. Lokasinya berada di pinggir rel kereta api di samping tempat pemakaman umum (TPU) Cinehel Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

Saat itu di Tasikmalaya bukan tidak ada bioskop, tapi Erafox menjadi alternatif karena tiketnya murah meriah. Terjangkau oleh kocek remaja yang ingin menonton film.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di era 90-an, tentu berbeda dengan saat ini dimana menonton film bisa di ponsel. Di masa itu, menonton film harus di bioskop. Kalau pun sudah ada warga yang punya pemutar video, jumlahnya sedikit. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya karena harganya mahal. Tak heran jika jasa pemutaran film seperti Erafox mampu menyedot animo masyarakat.

"Wah dulu Erafox selalu penuh, jadwal pemutarannya siang, sore dan malam. Filmnya bagus-bagus," kata warga sekitar TPU Cinehel Dede (40) belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Dede masih ingat film-film favoritnya yang diputar di Erafox, seperti film laga yang dibintangi Chuck Norris atau film Google Five dan Megaloman Fire. "Kalau saya sering gratis, kan warga setempat," kata Dede.

Lain lagi cerita Rezza (41) warga Lengkong Kecamatan Tawang. Dia mengatakan jika hendak menonton film di Erafox biasanya bersama-sama teman sekolah.

"Dari SMPN 10 di daerah alun-alun kita jalan ke sana menyusuri rel kereta api. Sering nonton karena masa-masa itu alur cerita film sering jadi bahan obrolan di tongkrongan. Jadi kalau kita belum nonton, malu," kata Rezza.

Mengenai tiketnya, dia mengaku lupa. Tapi uang bekalnya sehari masih cukup untuk bayar tiket Erafox. "Yang jelas tak lebih dari Rp 1.000," kata Rezza.

Dede Danial (44) warga Singaparna Kabupaten Tasikmalaya juga mengaku semasa SMA sering menonton film di Erafox. Padahal jaraknya cukup jauh. "Jangankan saya dari Singaparna masih Tasik, dari Ciamis dan Banjar juga banyak yang ke Erafox," kata Danial.

Dia mengaku kerap menonton film-film yang sedikit panas. "Saya kan udah SMA, jadi bisa menonton yang agak panas. Bukan blue, tapi yang agak-agak," kata Danial tersipu.

Dari semua warga yang berbagi pengalaman menonton film di Erafox, nyaris semuanya terkenang dengan rasa gorengan gehu panas yang dijajakan saat jeda pemutaran film.

"Gehu ceng..gehu ceng," demikian pedagang itu menjajakan gorengan tahu dan toge itu.

"Wah itu gehu juara enak, disantap panas-panas di suasana gelap dan berdesakan," kata Danial.

DetikJabar mencoba menelusuri kembali lokasi Erafox. Namun kini semua sudah berubah, tanpa ada jejak sedikit pun. Bangunan yang dulunya Erafox sudah berubah menjadi rumah yang cukup megah.

Kemajuan teknologi telah menggerus bisnis jasa yang satu ini. Berbeda dengan dahulu, kini menonton film adalah perkara mudah. Cukup berlangganan Netflix atau sejenisnya maka kita bisa menonton film-film terbaru.

"Mulai sepinya setelah VCD player memasyarakat, lambat laun Erafox sepi dan akhirnya tutup," kata Dede warga sekitar.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads