Jika anak kelahiran tahun 1999 umumnya punya memori bermain dengan teman sebayanya, hal ini tidak terjadi dengan saya. Seorang anak kecil satu-satunya di rumah dan tinggal di komplek rumah dinas dosen UNY, rata-rata sudah berumur 17 bahkan 30 tahun ke atas.
Semua masih terekam jelas meski sudah tak ingat lagi berapa usia saya saat itu. Sebuah memori masa kecil yang lekat dengan sinetron dan beberapa acara kondang. Tulisan ini mungkin juga lekat dengan memori Anda pada tahun itu.
Menengok jauh ke belakang sekitar tahun 2005 ke atas, sebelum berangkat sekolah saya menonton Spongebob sembari disuapi ibu, sebab terlalu ngantuk untuk sarapan sendiri. Pagi itu jadi momen satu-satunya saya bisa menonton kartun, pun tak lama kemudian remot televisi akan dipindah ke tayangan berita pagi hari oleh ayah atau kakek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepulang sekolah, saya makan disuapi asisten rumah tangga (ART) sambil mengerjakan PR dan menonton televisi yang sedang ditonton eyang putri (panggilan untuk nenek). Biasanya ada Insert siang yang kemudian dilanjutkan acara Ceriwis Trans TV. Saat itu host Insert belum banyak, baru ada Cut Tari, Indra Herlambang, dan Ersa Mayori.
Ceriwis jadi salah satu acara favorit. Meskipun saat itu masih kecil sehingga ada beberapa humor yang tidak sampai, tapi selalu dibuat tertawa dengan tingkah laku Indra Bekti dan Indy Barends. Setelah itu biasanya eyang putri akan menyuruh tidur siang.
Tapi biasanya saya menolak dan hanya tiduran di sofa sambil ikut eyang menonton sinetron Ku Sebut Nama-Mu. Sinetron yang selalu menceritakan tokoh antagonis akan terkena azab, dengan soundtrack lagu Satu dari Dewa -19.
"...Tak ada yang lain selain dirimu, yang selalu kupuja. Wooo ku sebut namamu, di setiap hembusan napasku. Kusebut namamu, kusebut namamu..." terngiang-ngiang bagaimana Once menyanyikan bagian reff untuk pembuka sinetron tersebut.
Sore hari saat maghrib, biasanya semua anggota keluarga sudah lengkap. Televisi tabung di ruang tengah jadi rebutan. Ayah akan menonton berita, sementara giliran agak malam eyang putri dan ibu akan marathon sinetron. Ada Tersanjung yang seingat saya dimainkan oleh Ari Wibowo, Lulu Tobing, Jihan Fahira, dan Cut Tari.
Tak begitu jelas ingatan tentang alur cerita Tersanjung, kelihatannya tak lama kemudian di tahun 2005 sinetron ini sudah tamat. Lanjut dengan sinetron Liontin yang diperankan oleh kakak beradik Naysila dan Nana Mirdad, serta Rionaldo Stockhorst. Saat itu saya ingat betapa saya ingin punya kalung liontin dengan foto kecil di bagian dalamnya.
Tahun-tahun 2004-2006 masih jadi masa jaya beberapa pesinetron tersohor seperti Gunawan, Mieke Wijaya, Rima Melati, Della Puspita, Cindy Fatika Sari, Yati Surachman, Merriam Bellina, Ully Artha, Yana Zein, Dina Lorenza, dan masih banyak lagi yang satu angkatan dengan nama-nama ini.
Kemudian ada sinetron Hidayah di Trans TV yang juga bercerita tentang azab tokoh utama di sinetron tersebut. Masih terngiang-ngiang soundtrack lagu Desy Ratnasari bernyanyi "...Allah ya Rabbi panutan hati, berikan aku hidayahMu. Dalam asmaMu aku bersimpuh, berikan aku hidayahMu..".
Namun, paling melekat dalam memori saya adalah dua sinetron religi yang tayang untuk menyambut Natal dan Paskah. Yakni Buku Harian Nayla di Desember 2006 dan Janji-Mu Seperti Fajar di Maret 2007.
Buku Harian Nayla yang merupakan adaptasi dari drama Korea One Litre of Tears, berhasil dimainkan dengan apik oleh Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie, dua nama artis yang saat itu masih asing dibandingkan pesinetron kawakan lainnya. Tak heran keduanya memiliki chemistry yang begitu kuat, dari sinetron itulah keduanya memadu kasih hingga kini telah dikaruniai dua orang anak.
Bercerita tentang Nayla, gadis dari keluarga sederhana yang ceria dan pintar. Pada suatu hari, Nayla sering terjatuh dan tidak bisa berjalan normal. Ia didiagnosis penyakit Ataksia Spinoserebelar, sebuah penyakit langka yang lambat laun membuat penderita tidak bisa berjalan, berbicara, menulis, atau makan.
Saya masih ingat betul bagaimana Nayla terjatuh hingga harus digendong oleh Moses, bagaimana ia mulai kesulitan menulis buku hariannya. Namun di saat terburuknya, Nayla punya keluarga, teman, dan Moses yang masih mencintainya.
"...Hidup ini kuletakkan, pada mesbahMu ya Tuhan. Jadilah padaku seperti yang Kau ingini.." suara merdu Nikita menyanyikan lagu Seperti yang Kau Ingini, mengiringi betapa sedihnya kisah hidup Nayla. Begitu sinetron 'bersambung', lagu ini juga otomatis mengiringi saya sebelum beranjak tidur di malam hari.
Tentunya masih banyak judul sinetron yang menghiasi layar kaca dan menjadi teman tontonan sehari-hari saya hingga mulai beranjak remaja. Seperti Cinta Fitri, Pintu Hidayah, Mutiara, Candy, sitkom Suami-Suami Takut Istri, sitkom OB, sitkom Extravaganza, dan lainnya.
Masih banyak judul sinetron yang mungkin rasanya kurang pas untuk jadi tontonan anak-anak, tapi setidaknya punya memori berkesan di masa kecil saya. Seperti bagaimana sebuah televisi tabung mampu mempersatukan dan memberi ruang untuk seluruh anggota keluarga berkumpul, tertawa, sembari mengomentari acara yang sedang berlangsung.
Sebuah momen berharga yang jarang, atau mungkin tak akan pernah lagi kita temui.
Kira-kira apakah pembaca juga punya memori tentang sinetron yang paling berkesan di tahun-tahun itu?
(aau/aau)