Peninggalan penjajahan Jepang tercatat di Kampung Pojok Tengah, Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi. Situs peninggalan Jepang itu disebut-sebut sebagai Kota Hiroshima 2.
Diketahui, Hiroshima sendiri merupakan sebuah kota di Jepang yang pernah terkena bom atom bersama Kota Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada sekutu.
Yayasan Dapuran Kipahare (YDK) memiliki pandangan berbeda terkait keberadaan situs Hiroshima 2. Ketua YDK Irman Firmansyah mengatakan, puing-puing bangunan yang ada di tengah hamparan sawah itu adalah bekas bangunan pabrik kina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam perjalanannya, pabrik tersebut dibangun pada September 1943 dengan biaya 4,5 juta Gulden. Pabrik kina itu selesai dibangun sebelum Jepang menyerah pada 14 Agustus 1945.
"Pabrik ini memang menyisakan pedih bagi masyarakat sekitar. Konon warga yang tinggal di situ diminta pergi oleh tentara Jepang tanpa uang pembebasan lahan," kata Irman kepada detikJabar belum lama ini.
Dia mengatakan, pekerja diperas tenaganya dengan sistem Romusha. Sehingga banyak pekerja bangunan yang terbunuh di tangan Jendral Saptuji, pimpinan tentara Jepang. Aoh Kartamihardja dalam bukunya yang berjudul Manusia dan Tanahnya juga menjelaskan masyarakat Tegalpanjang dan Cipriangan banyak yang tewas akibat Romusha baik dalam pembuatan jalan dan pabrik Kina tersebut.
"Hal ini tentunya menimbulkan dendam pada masyarakat terhadap kompleks ini. Dalam buku Sejarah Sukabumi yang disusun Ruyatna Jaya disebutkan bahwa pabrik ini kemudian diambil alih oleh para pejuang saat hari kedua pengambilalihan kekuasaan di Sukabumi," ujarnya.
![]() |
Erman mengatakan, sosok yang memimpin pengambilalihan kekuasaan di daerah Sukaraja yaitu M Kosasih. M Kosasih membagi dua jurusan yaitu Jurusan Tegal Panjang meliputi pengambilalihan Pabrik Kina dan Gedurahayu, pabrik teras/porselen Cireunghas dan Pabrik Tegel di Tegal Panjang yang dipimpin H. Abdullah, Acep Basarah, Uyeh, Muhyidin dan Ahromi.
Namun saat agresi militer Belanda Juli pada 1947, pabrik ini ditinggalkan. "Dalam laporan Nieuwe courant dan Algemeen Indisch dagblad bulan Agustus 1947, para pejuang melakukan politik bumi hangus dengan menghancurkan banyak pabrik, toko dan gudang-gudang," tambahnya.
Saat itu, banyak pabrik yang porak-poranda. Perusahaan tekstil Tjiboenar yang mempunyai kapasitas produksi satu juta meter per bulan dibakar, dua percetakan rusak parah. Namun penggilingan padi di Karang Tengah serta Pabrik Kina di Tegalpanjang ini dikabarkan selamat dari pembakaran.
"Dimungkinkan pengrusakan terjadi sedikit demi sedikit oleh masyarakat pasca agresi militer karena tidak adanya penguasaan pasukan Beanda terhadap kompleks tersebut," ujar Irman.
Dia melanjutkan, dua tahun sesudah agresi Belanda, Princen (tentara Belanda yang bergabung dengan tentara Siliwangi) yang memasuki Tegalpanjang menyebutkan, tempat yang terkenal dengan sebutan pabrik kina itu kondisinya sudah rusak parah, ada puing dengan rumput dan ilalang yang sangat tinggi.
Pada tahun 1952 Bung Karno berkunjung ke Sukabumi dan memberi kesempatan masyarakat untuk mengklaim tanah bekas Jepang agar disahkan. Akhirnya masyarakat berbondong-bondong menguasai kompleks pabrik kina tersebut.
"Sisa-sisa bangunannya dihancurkan dalam proses yang panjang karena temboknya yang sangat kokoh. Konon sampai akhir 1970-an masih terdapat sisa turbin dan piano di bangunan tersebut, namun akhirnya dirusak dan dijadikan kayu bakar, sementara kawatnya dibawa oleh pribumi," katanya.
Sisa bangunan pabrik yang masih terlihat adalah bekas dudukan mesin dan tembok besar dengan dua terowongan. "Akhirnya yang tersisa hanyalah puing dan sisa pondasi diantara hamparan sawah belaka," tutupnya.
![]() |
Untuk diketahui, sebutan Hiroshima 2 dikabarkan oleh Tedi Ginanjar selaku anggota Penyuluh Kehutanan Swadaya (PKSM) Jabar yang juga Ketua Yayasan Cagar Budaya Kota Jepang Pojok Gunung Kekenceng (Hiroshima Dua). Dalam keterangannya dia menyebutkan kawasan ini layaknya kota ada pemukiman, kantor, pabrik, markas tantara, rel kereta api hingga lapangan terbang.
"Mereka (Jepang) ingin mewujudkan ambisinya dengan melakukan pembangunan besar-besaran. Kepada warga yang bekerja di sini, mereka menyebut tempat ini sebagai Hiroshima kedua," kata Tedi dikutip dari detikcom.
Kota Hiroshima kedua juga disebut sebagai kota rahasia. Saat itu, Jepang merahasiakan keberadaan tempat yang dibangun dengan cara mempekerjakan romusa (pekerja paksa) yang diambil dari daerah Jawa Tengah. Namun, serapat-rapatnya rahasia, perlahan keberadaan kota pangkalan militer itu akhirnya bocor juga.
"Keberadaan kota ini akhirnya bocor karena ada warga yang kerabatnya bekerja kepada Jepang dan menceritakan tempat ini. Silakan saja tanya ke sejumlah pejuang asal Sukabumi yang bermarkas di Sukabumi Timur, mereka tahu keberadaan Hiroshima di Kampung Pojok," ujar Tedi.
(orb/orb)