Hamparan sawah terbentang luas di Desa Tegalpanjang, Cireunghas, Kabupaten Sukabumi. Di tengah sawah itu terdapat serpihan bangunan dan terowongan yang konon disebut sebagai 'Kota Rahasia'.
Situs ini sempat menghebohkan warga Sukabumi karena julukannya Hiroshima 2. Seperti diketahui, Hiroshima adalah kota di Jepang yang pernah terkena bom atom bersama Kota Nagasaki yang berujung Jepang menyerah kepada sekutu.
Asal-usul penyebutan Hiroshima 2 di Kampung Pojok Tengah itu masih hangat diperbincangkan. Ada sejarawan menyebut jika itu merupakan sebuah kota, sedangkan sejarawan lain menyebut kawasan tersebut adalah pabrik kina. Terlepas dari asal usulnya, dapat dipastikan tempat tersebut merupakan peninggalan zaman penjajahan Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah mengatakan, berdasarkan penelusuran timnya, diketahui jika dulu di situ berdiri sebuah pabrik obat-obatan. Setelah 77 tahun merdeka, pondasi bangunan bekas Jepang itu ada yang masih berdiri kokoh.
"Yang terlihat sebagian utuh adalah bekas kolam di tengah sawah. Beberapa petani yang pernah mendengar dari orang tuanya dulu mengatakan di sana dibangun pabrik kina untuk obat para prajurit, gudang makanan dan hasil bumi, gudang amunisi, serta bengkel kendaraan perang, kemudian disambungkan pula listrik dan telepon," kata Irman kepada detikJabar belum lama ini.
Hasil penelusuran Yayasan Dapuran Kipahare menyimpulkan puing-puing bangunan di Kampung Pojok tersebut merupakan objek diduga cagar budaya berupa bekas kompleks bangunan pabrik kina. Dia menilai, peninggalan Jepang itu cukup unik karena Jepang tak banyak melakukan pembangunan di Indonesia.
"Pembangunan kompleks ini cukup unik mengingat Jepang sangat sedikit melakukan pembangunan di Indonesia akibat kondisi perang dan kekuasaannya yang hanya seumur jagung. Dalam situasi perang Asia Timur Raya, Jepang berfokus kepada upaya mendukung balatentaranya dalam memenangkan perang," ujarnya.
![]() |
Praktis pembangunan yang dilakukan di Sukabumi, kata dia, hanya untuk keperluan perang. Misalnya membuat sejumlah pos pertahanan di pesisir selatan untuk mengantisipasi serangan sekutu Amerika. Jepang juga diketahui membuat dua bunker militer di Ciemas dan Palabuhanratu.
"Pembangunan infrastrutur mulai dilakukan di Sukabumi setahun sesudah Jepang menguasai Sukabumi, terutama sesudah Jepang berhasil mengontrol keamanan dan administrasi," ujarnya.
Sementara itu, dalam Leeuwarder courant : hoofdblad van Friesland bulan Agustus 1947 tercatat jika Jepang telah mendirikan beberapa pabrik termasuk pabrik kina di Tegal Panjang yang kini disebut sebagai Situs Hiroshima 2. Pabrik tersebut utamanya digunakan untuk menunjang kebutuhan kina bagi para prajurit Jepang.
Selain di Sukabumi, Jepang juga membangun pabrik kina di Garut. Pabrik di Sukabumi dibangun pada September 1943 dengan biaya 4,5 juta Gulden, sementara di Garut dibangun sebulan sesudahnya dengan biaya dua kali lipat yaitu 9,5 Gulden.
"Pembangunan pabrik yang disebut sebagai Rikuyun Kinine Seizoysho ini tidak bisa cepat karena perhatian Jepang terpecah dengan peperangan yang semakin mendesak Jepang ke ambang kekalahan. Pada akhirnya pembangunan pabrik dapat diselesaikan sepenuhnya pada bulan Juli 1945, meskipun hanya mampu memproduksi 90 persen dari kapasitas yang ditargetkan, yaitu 115 ton dan 100 kina sulfur untuk Sukabumi dan Garut," jelasnya.
Jepang kemudian terlanjur menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. Sehingga pabrik yang baru saja dijalankan itu berhenti total. Saat itu, Jepang menyimpan stok kina di Tegal Panjang sebanyak 161 ton, namun kemudian terjadi penjarahan sehingga sisa stok di Tegal Panjang tersisa 2.000 kilogram saja.
"Informasi tersebut valid bekas pabrik kina, bukan kota seperti Hiroshima. Terlalu hiperbola," kata dia.
Dia menjelaskan alasanya menyebut jika situs itu bukan sebuah kota. Menurutnya, dari luasan peninggalan Jepang itu, lebih cocok disebut sebagai kompleks industri.
"Lokasi kampung Pojok memang strategis bagi tentara Jepang untuk pangkalan militer karena dikelilingi perbukitan yang membentuk tapal kuda, sebelah utara Gunung Malang dan sebelah selatan Gunung Manglayang," ucapnya.
Luasannya mungkin hanya beberapa hektare, sementara Hirohima merupakan kota industri yang cukup besar, dengan luas mencapai 741,75 kilometer persegi. Luasan itu terdiri dari 8 distrik yang masing-masing menjadi pusat industri, mulai dari tekstil, karet, trem, industri berat dan militer yang menyuplai pasukannya di Asia Timur raya.
"Jika dibandingkan dengan situs ini, maka agak sulit jika disebut sebagai kota, apalagi kelengkapan kota seperti lapangan terbang minimal memerlukan 600 meter untuk runway yang harus clear radius 1 kilometer persegi untuk keamanan terbang dan bangunan fungsional lainnya," jelasnya.
Awal mula muncul sebutan Hiroshima 2. Simak di halaman selanjutnya.
"Mereka (Jepang) ingin mewujudkan ambisinya dengan melakukan pembangunan besar-besaran. Kepada warga yang bekerja di sini, mereka menyebut tempat ini sebagai Hiroshima kedua," kata Tedi dikutip dari detikcom.
![]() |
Kota Hiroshima kedua juga disebut sebagai kota rahasia. Saat itu, Jepang merahasiakan keberadaan tempat yang dibangun dengan cara mempekerjakan romusa (pekerja paksa) yang diambil dari daerah Jawa Tengah. Namun, serapat-rapatnya rahasia, perlahan keberadaan kota pangkalan militer itu akhirnya bocor juga.
"Keberadaan kota ini akhirnya bocor karena ada warga yang kerabatnya bekerja kepada Jepang dan menceritakan tempat ini. Silakan saja tanya ke sejumlah pejuang asal Sukabumi yang bermarkas di Sukabumi Timur, mereka tahu keberadaan Hiroshima di Kampung Pojok," ujar Tedi.