Mitos di Balik Serangan Macan Kumbang di Sumedang

Mitos di Balik Serangan Macan Kumbang di Sumedang

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 10 Sep 2022 16:29 WIB
Saeful saat menunjukkan lokasi penyerangan macan kumbang
Saeful saat menunjukkan lokasi penyerangan macan kumbang (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).
Sumedang - Serangan macan kumbang yang membuat tiga warga Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang terluka menyisakan cerita tersendiri bagi warga di sana.

Kabarnya, di balik serangan macan itu, ada mitos yang masih dipercaya turun temurun oleh warga.

Kepala Dusun I Desa Tegalmanggung Saeful Ma'ruf mengatakan hewan buas seperti macan kumbang dilarang untuk menampakkan diri di hadapan manusia.

"Mitosnya kalau macan itu nggak boleh menampakkan diri ke manusia," kata Saeful kepada detikJabar, Sabtu (10/9/2022).

Namun Saeful tidak tahu persis penanda apa yang membuat macan kumbang menampakkan diri ke manusia. Yang pasti, jika itu terjadi, macan itu akan mendapat 'sanksi'.

"Kata sepuh gitu kalau nampak ke manusia ada sanksinya, mati atau kelaparan. Dulu juga katanya ada yang muncul terus mati dan langsung dikubur," ujarnya.

Saeful juga menjelaskan, lokasi serangan macan kumbang yang membuat tiga warga luka-luka, berada di jalur pendakian Gunung Kerenceng.

Gunung Kerenceng sendiri merupakan gunung dengan ketinggian 1.736 meter di atas permukaan laut yang jadi favorit pendaki pemula.

"(Itu) jalur pendakian Gunung Kerenceng, cuma masih sedikit, buat pendakian buat pemula," singkatnya.

Sebelumnya, tiga warga Sumedang diserang oleh seekor macan kumbang. Warga yang diserang itu berusaha melawan sang hewan buas hingga memiting dan menenggelamkannya ke sungai.

Sang kucing hitam itu mati usai terlibat duel sengit dengan tiga warga. (bba/mso)



Hide Ads