Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung mencatat pada tahun 2022 sebanyak 233 orang positif HIV/AIDS. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 225 orang.
"Jadi kalau HIV memang dari tahun ke tahun kasusnya meningkat ya, ada peningkatan. Tahun 2021 kami menemukan kasusnya di angka 225 orang sampai bulan Desember, nah untuk 2022 di bulan dari Januari sampai Juli kita temukan 233 orang kasus baru. Artinya sudah meningkat ya," ujar Hanhan Siti Hasanah, Kabid Penyediaan Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Bandung, saat dihubungi detikJabar, Senin (5/9/2022).
Pihaknya menjelaskan Orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) jika dijumlah bisa mencapai hampir 500 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau digabungkan angka di 2021 dan 2022 total ada 458 orang, belum yang tahun 2020 itu ada 192," katanya.
"Ya betul sekali (meningkat), kecuali di tahun 2019. Paling tinggi lonjakan itu tahun 2017 ke 2018. Itu 2017 ada 91 kasus, 2018 ada 217 kasus, hampir 100 persen lebih," tambahnya.
Hanhan menyebutkan angka tersebut merupakan yang terdeteksi oleh Dinkes Kabupaten Bandung.
"Jadi kalau kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bandung ini beda ya, karena masih stigma di masyarakat jadi kami coba close statusnya, jadi itu yang terdeteksi sama kita," katanya.
Hanhan menjelaskan ODHA biasanya berobat ke tempat yang lebih jauh dari rumahnya. Hal tersebut dilakukan guna masyarakat tidak mengetahuinya sebagai ODHA.
"Terus karakteristik pasien HIV itu biasanya tidak mau berobat ke tempat yang deket tempat tinggal mereka, karena takut ketahuan orang. Mungkin dia mengakses proses kesembuhan di tempat yang lain yang jauh dari tempat tinggalnya," jelasnya.
"Memang ada kemungkinan lebih banyak, misalnya dia kedetec di Kota, tapi dia malu untuk berobat di daerahnya, mungkin juga sebaliknya," lanjutnya.
Dia menegaskan penyebabnya orang positif HIV/ AIDS adalah bermacam-macam. Namun, kata dia, jika di Kabupaten Bandung salah satu penyebabnya adalah hubungan sesama jenis laki-laki.
"Yang sekarang 2020-2021 sebagian besar karena homoseksual, kalau lesbian itu mungkin ada saja tapi kebanyakan penularan dari Homoseksual. Tahun 2022 juga sama dari Homoseksual 29,26 persen, dari TBC 18 persen, dari Ibu Hamil juga ada, paling banyak dari Homoseksual," ucapnya.
Hanhan menuturkan saat ini Dinkes terus melakukan antisipasi terutama kepada ibu hamil.
"Program dari pusat kan sekarang semua ibu hamil itu harus di tes HIV, sebagai upaya dan deteksi dini, karena tadi betul, mungkin misalnya si Ibu Hamil gak tahu suaminya di luar seperti apa, malah jadi istrinya jadi korban. Itu sebagai upaya deteksi dini," tuturnya.
Dia menambahkan penyebab penyebaran HIV adalah adanya seks bebas. Selain itu, kata dia, ada juga penggunaan jarum suntik.
"Ya jarum suntik, terlebih yang Narkoba. Terus TBC juga rentan HIV, karena bisa jadi dia itu sebetulnya sudah HIV tapi dia belum kedetec HIV nya," kata Hanhan.
Hanhan mengaku dalam mendeteksi HIV harus ada pelatihan khusus bagis SDM dokter, hingga petugas Lab. Bahkan pihaknya telah melakukan hal tersebut pada beberapa tahun silam.
"Tahun 2018 itu saya kebetulan masuk ke bagian tersebut, kita melatih Puskesmas, dari yang cuma 18, terus ditambah dan dilatih sampai 2019 tuh seluruh Puskesmas di Kabupaten Bandung bisa melayani HIV. Jadi kalau mengobati itu tim nya harus dilatih dan dilengkapi juga dari RS," bebernya.
"Jadi tahun 2018 itu naik banget. Mungkin banyak yang sudah tertular tapi dengan kondisi seperti ini kata pemeriksaanya, juga pelayanan baru sedikit. Tahu itu juga ketika Puskesmasnya bisa melayani dan meningkat, tahu tahu jumlah penyintas HIV juga meningkat tuh," pungkasnya.
(dir/dir)