Dokter Spesialis Bedah Saraf se-Indonesia berkumpul di Kota Sukabumi tepatnya di RSUD Syamsudin SH. Mereka berkumpul membahas teknologi operasi nyeri yakni Percutaneous Endoscopic Lumbar Disektomi (PELD).
Dokter Spesialis Bedah Saraf RSUD Syamsudin SH dr. Neizar Alwan mengatakan, nyeri menjadi salah satu penyakit dasar yang dialami oleh manusia di berbagai usia. Dia mengatakan, kegiatan bertajuk Symposium, Workshop, Live Demo, dan Surgery ini merupakan yang pertama kali digelar di Jabar.
"Kalau selama ini yang namanya nyeri itu diobati dengan pil, minum obat atau disuntik. Untuk penyakit terjepit saraf tulang belakang itu kita ada teknik terbaru yaitu dengan cara namanya PELD," kata Neizar, Minggu (4/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, teknologi di dunia kesehatan itu memberikan efektivitas mengurangi rasa nyeri pada pasien. Menurutnya, teknologi tersebut sudah lama namun kurang populer di Indonesia.
"Jadi artinya pasien hanya dibelek kurang dari satu senti, lalu teknik operasinya seperti itu diambil saraf yang terjepitnya. Setelah itu dilakukan juga radio frekuensi dan biasanya pasien akan bebas nyeri," ujarnya.
Selama ini, kata dia, banyak pasien nyeri yang menangani rasa sakitnya dengan obat-obatan. Padahal, obat-obatan akan memberikan efek samping dan tidak menyembuhkan pasien secara total.
"Namun setelah dilakukan tindakan Pain Intervention ini pasien akan terbebas dari nyeri," katanya.
Selain dokter spesialis bedah saraf, kegiatan itu juga diikuti oleh dokter spesialis lain seperti dokter spesialis Ortopedi, Anestesi, Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang hadir dari Aceh sampai Papua.
"Diharapkan setelah mengikuti simposium dan workshop ini para peserta lebih kompeten dan terampil dalam menangani pasien-pasien dengan nyeri kronis," sambungnya.
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menambahkan, pertemuan ini akan fokus membahas tindakan profesional medis dalam mengatasi nyeri.
"Jadi kita harapkan ketika berkumpulnya para dokter spesialis bedah saraf ini mampu menemukan formulasi yang tepat, dan juga mampu membahas perkembangan dinamika yang ada di penyakit, khususnya nyeri ini," kata Fahmi.
(dir/dir)