Pemerintah Kota Bandung berupaya menanggulangi banjir dengan membangun kolam retensi. Terbaru, pembangunan kolam retensi Bima.
Dalam keterangan yang diterima detikJabar, kolam retensi Bima dibangun pada tahun 2021 memiliki kapasitas sebesar 5.512,5 meter kubik dengan luas genangan 1.225 meter persegi dan kedalaman 4,5 meter.
Fungsi kolam retensi ini untuk menampung air hujan sementara, dan mereduksi banjir Sungai Citepus khususnya untuk wilayah hilirnya yaitu Pagarsih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, kolam retensi menjadi salah solusi untuk mencegah atau mengurangi luapan air, ketika volumenya melebihi permukaan sungai.
"Lebih dari 40 anak sungai (yang melintas ke Kota Bandung), salah satunya Sungai Citepus ini. Kami yakin yang biasa terjadi banjir di Astana Anyar juga Pagarsih bisa ditanggulangi," kata Yana usai meresmikan kolam retensi Bima, Selasa (30/8/2022).
Ia berharap di samping meminimalisasi banjir, juga menjadi manfaat untuk ruang publik bagi masyarakat. "Tempat ini memberikan manfaat menjadi ruang publik sehingga pasca pandemi insyallah warga bisa meningkat imunitasnya," kata Yana.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Bina Marga Didi Ruswandi menyampaikan daerah yang terjadi di Kota Bandung di wilayah Sungai Citepus adalah daerah Pagarsih, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar.
Didi mengaku bekerja sama dengan Landmark Residence Bandung untuk menerbitkan bangunan di sempadan Sungai Citepus, tepatnya di bagian tengah yang mencakup Pagarsih.
"Dulu upaya untuk menyelesaikan Pagarsih ini pernah di buat tol air walaupun mengurangi banjir tapi masih terjadi luapan kejalan kemudian dibuat kolam retensi Sirnaraga alhamdulillah berkurang," katanya.
Didi mengatakan kolam retensi Bima pasa tahun 2020 dibangun secara swakelola. Untuk dinding sungai dilakukan pada tahun 2021 dengan biaya kontrak Rp 3,786 miliar. Kemudian jembatan dibangun tahun ini dengan nilai Rp198 juta.
"Untuk landspace itu hibah atau CSR dari landmark," katanya.
(sud/yum)