Menjadi warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) tak lantas menyurutkan semangat mereka aktif mengasah minat dan bakat. Hal itu terlihat di Lapas Kelas II B Sukabumi, Kamis (18/8/2022).
Mereka menggunakan seragam Pramuka dan bermain marawis saat memeriahkan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia. Tim marawis tampil menggunakan koko putih, sedangkan yang lain memakai seragam Pramuka. Beberapa di antaranya memiliki tato di tangan.
Kepala Lapas Kelas II B Sukabumi Christo Nixon Toar mengatakan, kegiatan marawis dan Pramuka itu masuk dalam kegiatan pembinaan. Mereka diajak tetap produktif melalui berbagai kegiatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Marawis kegiatan pembinaan rohani terhadap warga binaan dan marawis tadi itu warga binaan juga," kata Christo kepada detikJabar, Kamis (18/8/2022).
"Pramuka juga warga binaan kami. Tadi sampai ada celetukan dari Wali Kota 'Pak Kalapas saya baru lihat Pramuka di sini yang tatoan' dan memang rata-rata mereka tatoan," sambungnya.
![]() |
Pramuka yang ada di Lapas Kelas II B ini sudah resmi dan memiliki gugus depan. Mereka belajar kepramukaan, salah satunya mengenai kepemimpinan.
"Kita punya dua regu yang setiap saat kita latih. Latihan kerja sama dengan Kwarcab, latihan baris berbaris, kecuali tali-temali. Nanti kalau tali-temali, dia loncat dari tembok belakang," tuturnya.
Salah seorang pemain marawis bertato, Deni Rahmat alias Bogel mengatakan saat masih di dunia luar, ia gemar bermain musik. Saat ini, dia sedang menjalani masa tahanan selama 2 tahun 8 bulan dengan kasus narkoba.
"Dulu pemain musik, di cafe atau wedding bagian vocal sama gitar. Sekarang di marawis jadi perkusi jimbe," kata Bogel.
Kelihaian Bogel bermain marawis diperlihatkan di depan pejabat Kota Sukabumi. Dia mengaku hanya berlatih selama lima hari.
"Menikmati bermain musik. Belajar dulu, alhamdulillah kita dilatih sama orang dari luar (lapas), saya baru masuk tim marawis ada lima kali latihan," ujarnya.
![]() |
Setelah bebas, Bogel berencana akan melanjutkan kariernya di bidang musik. Ia menuturkan, di Sukabumi memiliki band yang bermain di bidang musik biola dan perkusi.
"Insyaallah dilanjut musik. Teman-teman dan keluarga juga suka berkomunikasi kan di sini ada fasilitas video call, jadi alhamdulillahnya mereka masih mau menerima saya," kata dia.
Kepada detikJabar, dia mengungkapkan alasannya menggunakan narkoba. Dia mengaku awalnya hanya coba-coba.
"Pertama nyoba-nyoba, ya karena saya di bidang seni musik minimal alkohol itu udah lumrah. Saya coba sabu, lebih percaya diri, lebih menikmati, jadi saya pakai mungkin lebih ke saya bisa lebih imajinasi bermusik," ungkapnya.
Saat ini, dia mulai berpikir bangkit tanpa narkoba. Perubahan itu ia rasakan setelah masuk bui dan bertemu berbagai macam orang.
"Dulu menyesal, sekarang berpikir sudah bisa bangkit lagi dan tanpa narkoba. Alhamdulillah kalau di luar dengar adzan aja cuek, di sini kelewat satu shalat saja aduh ada rasa gimana. Jadi buat ke diri saya sendiri ada hikmahnya juga," kata dia.
(orb/orb)