Saepudin tampak begitu siaga menjaga Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Gedung bersejarah di Jalan Perintis Kota Bandung. Gedung tua yang bercerita tentang pendiri bangsa.
Saepudin mengenakan pakaian dinas hitam. Berompi warna hijau-hitam. Ia duduk di tempat penjagaannya, persis di depan ruang sidang saat Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromolejono, dan Sartono disidang pemerintah kolonial Belanda.
Sudah tiga tahun lebih Saepudin bertugas menjaga keamanan gedung yang dibangun pada 1907 itu. Gedung yang difungsikan sebagai Landraad atau Pengadilan Pemerintah Kolonial Belanda pada 1917. Kondisinya sepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, kantin gedung bersejarah ini tak pernah sepi. Tak sedikit pekerja yang memanfaatkan waktu jam makan siang dan istirahat di kantin. Lokasinya di sebelah kanan gedung.
Kunjungan ke kantin tentu tak masuk catatan sebagai pengunjung GIM. Hari ini, Saepudin tak menghitung jumlah pengunjung GIM, sebab tak ada kunjungan.
"Ya sedih kalau kunjungan sepi. Ini kan tempat buat belajar sejarah," kata Saepudin saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Sekuriti berusia 36 tahun itu menceritakan penyusutan jumlah pengunjung GIM terjadi sejak awal pandemi COVID-19. Biasanya, setiap akhir pekan selalu ada pengunjung. Namun, saat ini sudah jarang.
"Acara itu dulu selalu ada setiap minggu. Bisa dua kali, sekarang mah susah. Sebulan paling satu sampai dua kali," ucap sekuriti yang pernah bekerja sebagai operator game online itu.
Bekerja Sambil Belajar
Bapak satu anak yang akrab disapa Udin itu mengaku senang bisa bekerja sebagai petugas keamanan di gedung bersejarah. Ia bersama lima rekannya memastikan keamanan gedung.
Udin juga tanpa sadar pelan-pelan belajar sejarah. Sebelumnya, Udin tak begitu akrab dengan sejarah. Ia hanya pernah mengunjungi Monumen Perjuangan.
"Kalau ke museum atau lainnya mah nggak pernah," kata Udin.
Udin mengaku mendapatkan pelajar tentang sejarah, tentang Soekarno atau Bung Karno yang memberontak saat sidang dan melakukan pembelaan yang diberi judul Indonesia Menggugat. Judul itu pembelaan yang dijadikan nama gedung bersejarah tempat Udin bekerja, Gedung Indonesia Menggugat.
![]() |
Gedung bersejarah ini sempat beralih fungsi beberapa kali, sempat jadi kantor Palang Merah Indonesia (PMI), gedung keuangan, kantor dinas dan lainnya. Hingga akhirnya, pada 2007 resmi dibuka untuk umum dan dijadikan sebagai cagar budaya.
"Jadi sekarang sudah lebih kenal dengan nama Soekarno dan sejarahnya di sini (GIM)," ucap Udan.
Sekilas Bayangan
Tak hanya soal sejarah. Udin juga mengaku kerap mendapatkan pengalaman 'istimewa'. Matanya, kerap merekam penampakan.
Memang, gedung tua atau bersejarah identik dengan kesan seram dan dibumbui dengan adanya 'penunggu'. Tentunya ini berlaku bagi yang meyakini. Udin salah seorang yang pernah merasakan pengalaman mistis itu.
"Ya pernah ada, tapi hanya sekilas saja, kaya bayangan," kata Udin sembari mempraktikan gerakan seolah-olah bayangan melintas menggunakan tangan kanannya.
Udin pun tak merasa takut. Kuncinya adalah lebih percaya diri sebagai manusia. Selain itu, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga gedung.
"Ya harus berani. Mental harus kuat. Percaya diri saja agar tidak takut," ucapUdin.