Nakes Sukabumi Dilanda Kerisauan Soal Penghapusan Honorer

Nakes Sukabumi Dilanda Kerisauan Soal Penghapusan Honorer

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 06 Agu 2022 09:13 WIB
Tenaga kesehatan honorer demo di Gedung Sate.
Tenaga kesehatan honorer demo di Gedung Sate. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Sukabumi -

Deni Aditya (40) merupakan satu dari ratusan tenaga kesehatan honorer yang ada di Kota Sukabumi. Ayah dari satu anak ini mengaku risau dengan rencana penghapusan tenaga honorer pada 2023 mendatang.

Matanya sedikit berbinar saat ditanya mengenai seberapa besar pengaruh kejelasan status pekerjaannya itu dalam kehidupan keluarganya. Terlebih hampir 10 tahun ia menjadi tenaga honorer di Rumah Sakut Umum Daerah (RSUD) Syamsudin SH.

"Kita mendengar kabar tahun 2023 tidak ada tenaga honorer sebenarnya kita risau ya, kita kan menggantungkan hidup hanya dari rumah sakit," kata Deni membuka perbincangan dengan detikJabar di Kota Sukabumi, Sabtu (6/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dihapuskan, sementara regulasi belum jelas (tentu) ada ketakutan, makanya kita berangkat ke Gedung Sate sekedar menuntut bahwa kita ke depannya mau jadi apa?," sambung Deni yang ikut turun aksi pada Jumat (5/8) kemarin.

Pekerjaan Deni sehari-harinya sebagai pelaksana di ruangan khusus penanganan cuci darah. Melayani orang yang datang, mempersiapkan mesin dan mengurus segala hal kebutuhan pasien sudah menjadi rutinitasnya.

ADVERTISEMENT

Pada masa pandemi COVID-19, ia juga menjadi salah satu garda terdepan penanganan pasien Corona. Pengorbanan selama pandemi pun menjadi salah satu faktor alasannya menuntut untuk kejelasan nasib tenaga kesehatan.

"Saya pernah (menangani COVID-19). Semua nakes kan mendapat giliran, yang sangat berat itu waktu giliran pertama karena kan yang pertama obat-obatan belum ada, ya masih seadanya," ujarnya.

Dia mengatakan, jaminan PPPK yang belum pasti membuatnya merasa kecewa. "Segalanya dicurahkan demi keselamatan pasien. Sekarang bukan kitanya menuntut ya tapi kan untuk mencapai (kondisi pandemi yang stabil) setidaknya ingin diakui kita itu pernah berjasa," sambungnya.

Meski sudah melakukan aksi demonstrasi dengan nakes di Jawa Barat, ia mengaku merasa masih ada yang mengganjal di hatinya. Pria yang sudah tujuh kali mengikuti tes CPNS ini berharap, pengampu kebijakan dapat memberikan kepastian nasib bagi tenaga kesehatan.

"Masih ada yang ngeganjel ya karena belum ada (hasil), ini perjalanan kita masih panjang, tuntutan kita masih embrio lah (analoginya) belum sampai keputusan akhirnya," kata dia.

"Ini kan masih belum jelas. Mudah-mudahan perjuangan kita ini bukan yang terakhir. Semoga teman-teman kita masih bersemangat dan meluangkan waktunya untuk memikirkan (nasib) kita ke depannya," tutupnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads