Jurit Malam: Sepenggal Kisah Mak Sari di Jalan Kuburan Bandung

Jurit Malam: Sepenggal Kisah Mak Sari di Jalan Kuburan Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Kamis, 04 Agu 2022 21:30 WIB
Menembus jalan di tengah kuburan Kota Bandung.
Foto: Menembus jalan di tengah kuburan Kota Bandung (Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Jalan di area TPU Sinaraga, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung mendatangkan sensasi sendiri bagi pengendara yang melintasnya. Apalagi saat malam hari, jalanan ini akan berubah menjadi seram dan menegangkan lantaran dikelilingi kuburan.

Namun siapa sangka, meski berada di area pemakaman, jalan ini pada siang hari tak ubahnya jalanan gang perkotaan di Kota Bandung. Terdapat aktivitas warga, bahkan ada sekumpulan anak kecil yang memanfaatkan area pemakaman untuk tempat mereka bermain.

Uniknya lagi, ada lapak warung yang berdiri tepat di tengah-tengah jalan area TPU Sinaraga itu. Warung tersebut dihuni oleh seorang perempuan yang bernama Sari yang menjajakan jajanan seperti kopi, air mineral hingga kembang untuk peziarah yang datang ke sana.

Mak Sari, begitu warga setempat sering menyapanya. Dia merupakan perempuan kelahiran 1948 yang telah berjualan di area TPU Sinaraga sejak 2003.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berbincang dengan detikJabar, Mak Sari sebetulnya sempat bekerja di sebuah pabrik karet di daerah Margajaya, Bandung selama 20 tahun. Namun, semenjak dirumahkan karena tempat kerjanya gulung tikar, Mak Sari langsung membuka lapak warung di area TPU.

Mak Sari, pedagang di tengah kuburan Bandung.Mak Sari, pedagang di jalan kuburan Bandung. Foto: Rifat Alhamidi

"Emak mah dari tahun 2003 jualannya. Dulu sempat kerja 20 tahun, di pabrik karet. Tapi di-PHK karena pabriknya tutup, terus langsung buka warung di sini," katanya belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Yang makin unik, Mak Sari direkomendasikan untuk membuka warung di area TPU langsung oleh adik perempuannya. Namun saat ini, sang adik telah meninggal dan dimakamkan tepat di belakang warung Mak Sari.

Di warungnya, Mak Sari hanya menempati area pemakaman selebar 1 meter. Tempat Mak Sari untuk duduk sambil menunggu pembeli pun merupakan makam warga yang telah ada sejak tahun 1944. Bukan hanya itu, ada dua blok makam yang turut ditinggali Mak Sari di warungnya.

Berada di area pemakaman, Mak Sari memang tak pernah mengalami pengalaman yang berhubungan dengan metafisik di TPU Sinargalih. Sebab, maksimal ia hanya membuka warung hingga waktu adzan Magrib berkumandang.

Namun begitu, Mak Sari tetap saja merasa dihantui kengerian. Apalagi, jika area makam sudah mulai sepi. Mak Sari hanya bisa pasrah sembari menunggu jemputan dari anak perempuannya.

"Jualan mah enggak sampe malam, magrib juga udah tutup. Sieun (takut) atuh kalau sampe malem mah, paling entar emak nunggu dijemput sama anak kalau mau magrib," ucapnya.

Hampir 20 tahun berjualan, Mak Sari merasakan betul perubahan di area TPU Sinaraga. Dulu, kata dia, jalan di sana masih tergolong sepi dan tak banyak dilalui pengendara. Namun kini, area pemakaman mulai ramai, apalagi banyak sekumpulan anak kecil yang bermain di beberapa sudut TPU.

"Dulu mah sepi, masih takut jualan juga. Tapi sekarang mah rame, banyak anak-anak yang main ke makam. Jadi enggak sepi lagi lah dibandingin dulu mah," tuturnya.

Perbincangan detikJabar dengan Mak Sari harus berakhir seiring kedatangan anak perempuannya. Setelah membereskan barang-barang dagangannya, Mak Sari pun pamit menuju rumahnya yang memang tidak terlalu jauh dari lingkungan makam tersebut.

(ral/mso)


Hide Ads