Kebiasaan 'Moyokan' Pemicu Maraknya Kasus Bullying

Kebiasaan 'Moyokan' Pemicu Maraknya Kasus Bullying

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 21 Jul 2022 17:30 WIB
Neglected lonely child against the white wall.  Little girl crying in the corner. Violence concept.
Foto: Ilustrasi bully (iStock).
Tasikmalaya -

Perundungan atau bullying umumnya diawali dengan mengejek atau di masyarakat Sunda dikenal 'moyokan'.

Menurut psikolog sekaligus Dosen Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMT) Rikha Surtika Dewi bully sudah ada sejak dulu. Bahkan kerap dianggap hal sepele.

"Sebenarnya bully di kita sejak dulu sudah ada dengan istilah 'dipoyokan' dan selalu dianggap sepele," jelas Rikha, Kamis (21/7/2022).

Hal itu diutarakan Rikha menyikapi kasus viral meninggalnya bocah 11 tahun asal Singaparna Kabupaten Tasikmalaya setelah dipaksa temannya setubuhi kucing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rikha menyebut terjadi pergeseran nilai, moyokan yang dulu dianggap perbuatan tercela kini dianggap lumrah. "Kadang kita sering mendengar di kalangan anak-anak dan dewasa kalau nggak bully, nggak best friend," kata Rikha.

Ironisnya bullying atau mengejek teman itu kerap dipertontonkan dalam berbagai tayangan, baik itu oleh pesohor di acara hiburan TV mau pun di media sosial. Sehingga anak-anak bisa dengan mudah meniru prilaku yang sebenarnya berbahaya tersebut.

ADVERTISEMENT

"Sekarang acara ngejek, menjatuhkan orang lain dan menganggap orang lain bodoh itu seolah dimaknai pergaulan anak yang biasa," kata Rikha.

Dia mengatakan bullying yang dianggap sepele tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis atau kejiwaan para korbannya.

"Pengaruhnya sangat besar terhadap psikologi korban. Kita sebagai orang tua atau orang dewasa seharusnya bisa memberi contoh serta mengawasi anak-anak di sekitar kita, jangan dibiarkan kalau terjadi bullying," katanya.

Rikha mengaku sangat banyak menemukan klien akibat bully baik di sekolah, lingkungan sekitar sampai di tempat anak-anak beraktivitas atau bermain.

"Seharusnya orang dewasa bisa mencontohkan mana batasan bully dan mana batasan candaan. Jangan asal bicara tanpa mempertimbangkan perasaan yang dibully," kata Rikha.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads