Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Mulk diterpa isu mangkraknya pembangunan gedung rumah sakit. Lalu bagaimana dengan pelayanan kesehatan (yankes) bagi masyarakat?
Direktur Utama RSUD Al Mulk dr. Munifah Budi Isnaeni menyatakan, pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan normal. Hanya saja, kapasitasnya menjadi berkurang dan jam pelayanan dibatasi.
"Sambil menunggu penyelesaian ini, kami dari pihak rumah sakit dan Dinas Kesehatan membuat rekayasa untuk pelayanan tetap berjalan seperti biasa," kata Munifah saat ditemui detikJabar, Kamis (21/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah Sakit tipe D ini berkapasitas 50 tempat tidur. Menurutnya, dengan berhentinya pembangunan tersebut maka ruang rawat inap dan IGD mengalami penyesuaian.
"Kita tetap mengutamakan pelayanan ya, jaminan kesehatan tetap bisa kerjasama, Poli ada, semua ada. Cuman yang tadinya Poli itu luas jadi berkurang, UGD juga tetap berjalan, cuman yang tadinya bisa 15 tempat tidur mungkin jadi berkurang kapasitasnya," papar Munifah.
Kemudian untuk mengurangi penumpukan pasien di pagi hari, pihaknya menyiasati dengan pengaturan jadwal di masing-masing pelayanan kesehatan. "Kita atur juga waktu pelayanannya, ada hang pagi dan sore. Jadi penumpukan pasien di pagi hari itu nggak terjadi," ujarnya.
Selama masa pandemi COVID-19 ini, kata dia, RSUD Al Mulk juga turut menjadi rumah sakit rujukan pasien Corona. Dia merekayasa satu bangsal di rumah sakit khusus penanganan COVID-19.
"COVID-19 juga kita layani, kita dulu rawat pasien juga bahkan sampai 40 tempat tidur sesuai dengan kapasitasnya 40 persen. Ya kita rekayasa ketika covid banyak kita pilih lokasi bangsal yang di situ pasien covid semuanya," kata dia.
Baca juga: Pembangunan RSUD Al Mulk Sukabumi Mangkrak |
Sekedar diketahui, isu mangkraknya pembangunan RSUD Al Mulk yang menelan anggaran Rp 7 miliar itu muncul ke permukaan saat disoroti oleh mahasiswa. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sekaligus Juru Bicara Satgas COVID-19 mengakui kabar tersebut.
"Terkait dengan hasil yang memang tidak sesuai dengan yang kita harapkan termasuk kami juga sangat kecewa ternyata proses pembangunannya tidak bisa sampai selesai," kata Wahyu, Selasa (19/7/2022).
Dia mengatakan, pembangunan rumah sakit itu dimulai pada 2021 dengan menggunakan anggaran dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan target pengerjaan selama 120 hari.
"Kami dirugikan sebetulnya, dengan tidak selesainya pembangunan tersebut membuat kami tidak bisa bekerja secara maksimal. Kami membangun ruang IGD sehingga dengan kondisi seperti ini kita jadi sulit untuk bekerjanya, meskipun untuk pelayanan sampai hari ini masih bisa berjalan," ujar Wahyu.
(dir/dir)