Dampak Mengerikan Bullying Anak di Zaman Media Sosial

Dampak Mengerikan Bullying Anak di Zaman Media Sosial

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Kamis, 21 Jul 2022 12:03 WIB
Young Asian preteen teenager boy hugging his knee in his bedroom with smartphone, Cyber bullying in kid, depressed child mental health
Ilustrasi bullying anak di media sosial (Foto: Getty Images/iStockphoto/ThitareeSarmkasat)
Bandung -

Kasus bullying anak di Tasikmalaya begitu menggemparkan publik. Seorang bocah 11 tahun berinisial PH menjadi korban perundungan sekelompok anak lain untuk melakukan aktivitas ekstrem yakni menyetubuhi kucing.

Aksi itu bahkan direkam kemudian disebarkan para pelaku di media sosial. Setelah kejadian itu, PH mengalami depresi, tidak mau makan hingga meninggal dunia.

Nyawa bocah tersebut tidak tertolong meski sudah mendapat penanganan medis maksimal. Pihak RSUD SMC mendiagnosis penyebab kematian korban akibat suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak akibat komplikasi tifus serta suspect episode depresi atau gangguan kejiwaan yang bisa diakibatkan karena komplikasi demam tifus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fadillah M. Psi seorang psikolog dari Teman Bakat (aplikasi yang menyediakan layanan konseling permasalahan psikologis untuk siswa sekolah) menyatakan, tanpa berujung pada kematian, kasus di Tasikmalaya merupakan sebuah tragedi yang memilukan.

"Jika masalah ini tidak berujung pada kematian, kejadian perundungan yang divideokan seperti ini memiliki dampak luka psikologis yang cukup besar untuk korban," ujar Fadillah pada detikJabar, Kamis (21/7/2022).

ADVERTISEMENT

Psikolog dari Teman Bakat itu menuturkan, bullying di zaman sosial media seperti ini menimbulkan dampak yang lebih besar jika dibandingkan dengan bullying pada 10 atau 20 tahun lalu.

"Kalau 10-20 tahun lalu, kalo ada perundungan itu misalnya 1 lawan 1 atau kalau dengan kelompok, yang terlibat hanya mereka yang ada di lokasi. Sementara saat ini, dengan disebarkan di media sosial, eksposurenya lebih besar. Korban harus menghadapi penonton yang lebih banyak lagi," tuturnya.

Bukan hanya efeknya yang lebih luas, ini juga membuat korban jadi lebih sulit untuk bangkit. Dampak bullying di era media sosial seperti ini yang membuatnya mengerikan.

"Kalau korban bully oleh satu orang, untuk bengkit kembali lebih mudah. Sementara kalau sekarang, kalau sudah diekspos, ini membuat korban sulit bangkitnya karena terlalu banyak yang menilai dia sebagai orang yang kalah, jadi susah bangkitnya. Itulah ngerinya, anak-anak korban bully di media sosial jadi depresi," jelas

Karena itu menurutnya anak-anak yang belum berusia 13 tahun sebaiknya memang tak diperbolehkan untuk menggunakan media sosial. Karena mereka belum sepenuhnya mengerti tujuan penggunaannya, alih-alih hanya mencari keseruan dan mendapatkan pengalaman mencoba sesuatu hal bahkan menjadi viral.

"Aturannya kan media sosial itu baru boleh jika anak berusia 13 tahun. Tapi kalau melihat anak-anak ini sepertinya sudah punya akses sebelum usianya ya," kata Fadillah.

Fadillah M. Psi, psikolog dari Teman Bakat saat memberikan edukasi pada siswa sekolah.Fadillah M. Psi, psikolog dari Teman Bakat saat memberikan edukasi pada siswa sekolah. Foto: Istimewa



(tya/tey)


Hide Ads