Cara Cek Kiblat Tanggal 15-16 Juli saat Matahari di Atas Ka'bah

Cara Cek Kiblat Tanggal 15-16 Juli saat Matahari di Atas Ka'bah

Tim detikEdu - detikJabar
Selasa, 12 Jul 2022 10:30 WIB
Bandung -

Tanggal 15 dan 16 Zulhijah atau bertepatan dengan 15 dan 16 Juli 2022 menjadi momen bagi umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat. Lalu bagaimana cara menentukan arahnya ?

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Adib mengatakan, peristiwa itu dikenal dengan istilah Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat.

Dikutip dari detikEdu, cara menentukan arah kiblat yakin dengan menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan arah bayang-bayang benda pada saat Rashdul Kiblat. Peristiwa ini akan terjadi pada pukul 16.27 atau 17.17 Wita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan Adib, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat, yaitu:

1. Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau pergunakan Lot/Bandul
2. Permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata
3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom

ADVERTISEMENT

Melansir dari laman Pusat Sains Antariksa LAPAN, peristiwa ini akan terjadi setiap dua tahun sekali. Selain bulan Juli, pergantian arah kiblat tahun 2022 juga pernah terjadi pada bulan Mei lalu tepatnya tanggal 28 pukul 16.17 WIB atau 17.17 Wita.

Penjelasan Ilmiah

Adib menjelaskan peristiwa ini terjadi karena perubahan arah kiblat terjadi karena sumbu rotasi Bumi mempunyai kemiringan 66o 34' terhadap bidang edar Bumi atau ekliptika.

Hal ini berakibat pada pergerakan semu tahunan yang bervariasi antara -23o 26' hingga +23o 26' terhadap khatulistiwa. Variasi pergerakan semu tahunan juga disebut sebagai deklinasi matahari.

Saat deklinasi matahari bernilai sama atau memiliki selisih kecil dengan lintang geografis pengamat, maka matahari akan berada tepat di atas kepala pengamat pada siang hari. Fenomena ini juga disebut sebagai Kulminasi Agung. Saat Kulminasi Agung terjadi di Ka'bah, dapat digunakan untuk mengecek dan meluruskan arah kiblat.

Dalam ilmu falak, Kulminasi Agung di Ka'bah disebut juga dengan Rashdul Qiblah atau Rashdul Kiblat yang berarti 'meluruskan kiblat'.

"Bagi umat Islam yang bertempat tinggal di Wilayah Waktu Indonesia Timur tidak mendapatkan peristiwa Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat karena matahari sudah terbenam sehingga tidak dapat menghasilkan bayang-bayang benda," ujar Adib.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads