Namun kamu harus hati-hati. Setelah selesai membuat dan menyantap sate, jangan membuang tusuknya sembarangan, karena beberapa tahun ke belakang di Kota Bandung seorang petugas kebersihan meninggal dunia akibat tusuk sate.
Kejadian tersebut, diceritakan langsung oleh Sekretaris Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Bandung Sopyan kepada detikJabar.
"Tusuk sate ini, pernah kejadian kalau enggak salah tahun kemarin atau dua tahun kemarin petugas sampah ketusuk kakinya, terus kena tetanus akhirnya meninggal gegara tusuk sate," ungkap Sopyan kepada detikJabar.
Sopyan menyebut, sebelum membuangnya, lebih baik ujung tusuk sate yang runcing dipotong terlebih dahulu dan dibuangnya dengan dikemas secara rapih.
"Harus ada perlakuan, minimal ujung yang runcing dipatahkan, kalau di kami sudah ada mesin pencacah, karena kan bambu, bisa hancur, itu sama kaya ranting. Kalau tulang memang kalau dikompos tidak hancur tapi kalau masuk mesin pencacah hancur. Memang pemisahan sampah harus dilakukan ya," jelasnya.
Tak hanya tusuk sate, saat membuang tulang hewan kurban ke tempat sampah juga harus apik dan berhati-hati. "Pada prinsipnya dua sampah tersebut sampah organik, memang istilahnya jangan dicampur dengan sampah plastik," kata Sopyan.
Tak hanya pada momen Idul Adha, hal tersebut juga dilakukan sehari-hari, karena pekonsumsi sate tak hanya pada momen Idul Adha saja.
Sopyan menuturkan, kedua sampah ini bisa dikomposkan, tapi proses penguraiannya lama jika tidak dicacah.
"Ini bisa dikomposkan, memang tidak akan cepat prosesnya, kaya ranting dan daun lama prosesnya, cuman memang kalau dibuang ke alam enggak akan merusak lingkungan toh dia balik lagi ke alam. Tapi tetap jika tidak dipisahkan dan dilakukan penanganan membuang bagian runcingnya bisa bahaya," tuturnya.
(wip/tey)