Badai Matahari Kian Ganas, Lusinan Satelit Jadi Korbannya

Kabar Internasional

Badai Matahari Kian Ganas, Lusinan Satelit Jadi Korbannya

Tim detikInet - detikJabar
Rabu, 06 Jul 2022 22:00 WIB
badai matahari
Badai matahari (Foto: Internet)
Bandung -

Aktivitas Sang Surya semakin intens, yang membuat Badai Matahari diprediksi semakin ganas. Bahaya besar pun mengintai, khususnya bagi satelit yang tengah mengorbit.

Intensnya aktivitas matahari membuat atmosfer memanas, imbasnya gaya tarik terhadap satelit meningkat. Meski sudah disetel ke mode aman, tetap saja lusinan Starlink tidak bisa memperbaiki posisinya dan jatuh ke bumi sampai terbakar habis di atmosfer.

Dikutip dari detikInet, Badai Matahari seperti itu disebabkan oleh ledakan kuat di permukaan Matahari, yang memuntahkan plasma dan medan magnet hingga dapat menerpa Bumi dan mengganggu sistem elektronik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Insiden yang menimpa SpaceX memang sangat merugikan, tapi tidak terlalu berdampak. Sebab, mereka sudah menerbangkan ribuan satelit Starlink. Tapi jika kejadian serupa menimpa operator satelit yang lain, masalahnya bisa jauh lebih besar.

European Space Agency (ESA) mendapatkan temuan lain, satelit Swarm milik mereka yang menjalankan misi untuk mempelajari medan magnet Bumi kian turun posisinya. Bahkan, kecepatan turunnya 10 kali lipat lebih cepat dari beberapa tahun silam.

ADVERTISEMENT

Ketinggian satelit Swarm sama dengan Starlink. Namun jika SpaceX punya sekitar 2.000 Starlink, ESA hanya punya 3 unit Swarm. Artinya, jika satu saja rontok akibat Badai Matahari, bisa jadi misi riset mereka akan berantakan.

"Sejak Desember tahun silam, mereka benar-benar seperti menyelam (ke Bumi). Hampir-hampir seperti melawan arah angin," papar Anja Stromme selaku manajer misi Swarm.

Berkaitan dengan Angin Matahari

Fenomena itu mungkin berhubungan dengan angin Matahari, aliran partikel energi dari Matahari, serta berbagai ledakan yang terjadi di sana seperti lontaran massa korona. Ketika materi dari Matahari ini berinteraksi dengan atmosfer, maka udara yang lebih padat bergerak naik.

Terlebih lagi, saat ini situasi meningkat menuju kondisi maksimum Matahari, ketika medan magnet Matahari berada pada titik terkuatnya. Ini berarti kita akan melihat peningkatan aktivitas pada bintik matahari dan jilatan api matahari.

Maksimum Matahari akan terjadi pada sekitar bulan Juli 2025. Sementara ini, bukti menunjukkan bahwa kita mungkin akan memasuki siklus terkuat yang pernah tercatat sepanjang sejarah.

(yum/yum)


Hide Ads