Keberadaan manusia purba Homo floresiensis diyakini hidup di hutan yang ada di Pulau Flores. Manusia purba ini juga kerap disebut Hobbit karena badannya kerdil.
Dugaan ini berawal dari temuan kerangka kecil spesies manusia yang punah tersebut di Pulau Flores pada 2003. Kerangka ini ditemukan saat para arkeolog mencari bukti migrasi manusia modern dari Asia ke Australia.
Spesies ini awalnya diperkirakan bertahan hingga relatif baru-baru ini, sekitar 12.000 tahun lalu, sebelum analisis lebih lanjut mendorong tanggal itu mundur ke sekitar 50.000 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi seorang pensiunan profesor antropologi di University of Alberta mengatakan bukti keberadaan spesies yang berkelanjutan mungkin telah diabaikan dan Hobbit mungkin masih hidup hari ini. Setidaknya dalam ingatan orang yang hidup hari ini.
Dikutip dari detikInet, Minggu (26/6/2022), dalam sebuah opini untuk The Scientist yang mempromosikan bukunya yang akan rilis "Between Ape and Human", Gregory Forth berpendapat ahli paleontologi dan ilmuwan lain telah mengabaikan pengetahuan dan catatan pribumi tentang 'manusia kera' yang tinggal di hutan Flores.
"Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk menemukan penjelasan terbaik, yaitu yang paling rasional dan didukung secara empiris, dari kisah Lio tentang makhluk-makhluk itu," tulis Forth dalam artikel itu seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (21/4/2022).
"Ini termasuk laporan penampakan oleh lebih dari 30 saksi mata, yang semuanya saya ajak bicara langsung. Dan saya menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka katakan kepada saya adalah bahwa hominin non-sapiens telah bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini," jelasnya.
Dia menulis bahwa zoologi rakyat lokal oleh orang-orang Lio yang mendiami pulau itu berisi cerita tentang manusia yang berubah menjadi hewan saat mereka bergerak dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Dia menyamakannya dengan jenis Lamarckisme, pewarisan karakteristik fisik yang diperoleh.
Simak Video "Video: Kebakaran Sukahaji Bandung, Pedagang Kayu Ada yang Rugi Sampai Rp 150 Juta"
[Gambas:Video 20detik]