7 Negara yang Bangkrut Karena Terlilit Utang, Sri Lanka Terbaru

7 Negara yang Bangkrut Karena Terlilit Utang, Sri Lanka Terbaru

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 23 Jun 2022 11:30 WIB
Sri Lanka dilaporkan gagal bayar utang. Krisis ekonomi tak berkesudahan memicu antrean panjang warga yang hendak membeli minyak tanah dan gas. Ini penampakannya
Ilustrasi negara bangkrut (Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena)
Bandung -

Gagal membayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau setara dengan Rp 729 triliun (asumsi kurs Rp 14.300), Sri Lanka menghadapi kebangkrutan. Krisis ini bermula dari ketidakmampuan mengimpor barang-barang penting setelah pandemi COVID-19.

Namun, ini bukan kali pertama sebuah negara mengalami krisis keuangan hingga gagal membayar utang. Masih ada enam negara lain yang pernah mengalami keterpurukan pada kondisi perekonomian. Berikut tujuh negara yang bangkrut karena utang:

1. Sri Lanka

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tahun ini, Sri Lanka mengakui ketidakmampuannya dalam membereskan krisis ekonomi. Diawali dari ketidakmampuan mengimpor barang-barang penting setelah pandemi COVID-19, menekan pendapatan dari pariwisata, dan pengiriman uang, Sri Lanka tak mampu membayar utang luar negeri sebesar US$ 51 Miliar atau setara dengan Rp 729 Triliun (asumsi kurs Rp 14.300). Hal tersebut dinyatakan oleh Kementerian Keuangan Sri Lanka bahwa negaranya gagal dalam membayar semua utang luar negeri, termasuk pinjaman dari pemerintah asing serta dana talangan IMF.

2. Argentina

ADVERTISEMENT

Negeri Tango ini bahkan sudah dua kali berpengalaman dalam kegagalan membayar utang (default), yakni pada 2001 dan 2014. Pada tahun 2001, Argentina gagal bayar utang sebesar US$ 100 miliar atau sekitar Rp 2.025 triliun. Kemudian pada 2014 para kreditur menolak penawaran negosiasi pembayaran utang pemerintah Argentina. Padahal saat itu jumlah utang yang masih harus dibayar Argentina kepada para kreditur sebesar lebih dari US$ 1,3 miliar.

3. Venezuela

Dijuluki sebagai Land of Grace oleh Christopher Columbus, pada tahun 2017 negara ini mengalami keterpurukan. Venezuela yang dikenal sebagai negeri yang kaya akan minyak, justru kehilangan pemasukan saat harga minyak turun hingga tak mampu membayar utang. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro menyatakan negaranya tak mampu membayar utang sebesar US$ 150 miliar atau sekitar Rp 2.025 triliun.

4. Laos

Negeri Seribu Gajah, atau Laos kini sedang menghadapi krisis sejak tahun 2020. Rasio utang pemerintah Laos mencapai 55,6% pada 2020 dan negara tersebut kini memiliki utang senilai US$ 14,5 miliar kepada krediturnya. Laos tidak memiliki cukup penerimaan untuk membayar utang, bahkan negara ini menjadi yang termiskin di Asia Tenggara.

5. Ekuador

Saat harga minyak jatuh pada tahun 2014 silam, ekonomi Ekuador anjlok drastis. Dengan turunnya harga minyak, penerimaan negara menjadi berkurang dan menyebabkan defisit fiskal yang parah. Pemerintah Ekuador pun mulai berutang hingga luar negeri dengan biaya yang sangat tinggi. Bahkan sejak 2014-2017 utang Ekuador naik signifikan hingga melebihi batas aman 40% dari total Produk Domestik Bruto (PDB).

6. Yunani

Negeri Para Dewa, atau Yunani punya keindahan pada setiap kotanya. Penduduknya pun tak banyak. Namun, pada tahun 2015 dibawah kepemimpinan Karolos Papoulias, Yunani harus menghadapi krisis ekonomi yang cukup parah. Penyebab kebangkrutan Yunani adalah kegagalan dalam membayar utang yang totalnya mencapai 360 Miliar Euro (Rp 5.000 Triliun).

7. Beberapa Negara di Benua Afrika Selatan

Dilansir dari CNBC Indonesia, benua Afrika Selatan punya beberapa negara dengan rasio utang terbesar. Seperti Mozambik, Angola, Kongo, Ghana, Kenya, Rwanda, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Bank Dunia juga mencatat beban utang negara berpendapatan rendah naik 12% menjadi US$ 860 miliar. Bahkan 40% dari negara tersebut tidak menerbitkan laporan hutang mereka lebih dari dua tahun.

Salah satunya adalah Zimbabwe yang pernah menciptakan rekor inflasi tertinggi di dunia. Negara ini mengalami krisis dan hiperinflasi pada tahun 2008. Saat itu Zimbabwe menanggung utang mencapai US$ 4,5 miliar atau Rp 64,8 triliun. Jika negara-negara lain sudah ribut dengan inflasi dua digit, Zimbabwe harus dihadapkan dengan kenyataan angka inflasi hingga 11.250 juta persen pada Juni 2008.

Zimbabwe terlilit utang hingga US$4,5 Miliar atau Rp 64,8 Triliun pada 2008. Tingkat pengangguran Zimbabwe juga melonjak hingga 80%. Masyarakat Zimbabwe berhenti menggunakan bank, berhenti membayar pajak, dan tak menggunakan mata uang nasional sebagai alat transaksi jual beli.

Lihat juga video 'Perdana Menteri Sri Lanka Mengundurkan Diri':

[Gambas:Video 20detik]



(aau/tya)


Hide Ads