Di Kabupaten Bandung Barat ada sebuah kawasan terpencil. Namanya Kampung Tonjong. Warga di sini hidup dengan kondisi yang jauh dari kenyamanan.
Kampung Tonjong sendiri berlokasi di pelosok Bandung Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Tepatnya di Desa Sindangjaya, Kecamatan Gununghalu. Jangan bayangkan bangunan megah, jalan mulus, dan fasilitas menjamur. Semuanya serba bertolak belakang dari hal-hal itu.
Berjarak hampir 50 kilometer dari Padalarang, Ibu Kota Bandung Barat, detikjabar mendatangi langsung Kampung Tonjong yang lokasinya berada di tengah hutan. Jalannya berbatu yang di sebagian titik masih berupa tanah merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisinya berbahaya jika dilintasi saat hujan turun maupun setelah reda. Tak ada penerangan jalan sehingga saat malam kondisinya menyulitkan ditempuh.
"Apalagi kalau hujan jadi becek, jadi sulit (dilewati). Kalau malam juga ya bahaya karena enggak ada lampu, jadi mengandalkan lampu motor. Kalau jalan kaki harus bawa senter," tutur Olih (23), warga RT 3 RW 5 Kampung Tonjong, kepada detikJabar belum lama ini.
Dari pinggir jalan yang melintasi deretan pepohonan di hutan tersebut, Kampung Tonjong masih menjorok lebih dalam lagi. Patokannya hanya sebuah jalan setapak yang cuma bisa dilalui dua motor.
Jarak menuju Kampung Tonjong dari sisi jalan besar sekitar 1 kilometer. Sisi kanannya jurang dan sisi kirinya tebing. Di sana ada orang yang tinggal di balik sunyinya hutan. Jauh dari hingar bingar kota dan segala kemudahan.
![]() |
Menyusuri jalan selama 30 menit karena medan yang sulit, akhirnya sebuah bangunan menyambut sebagai penanda bahwa sudah tiba di permukiman. Hal yang juga mengagetkan, ternyata hanya ada 10 rumah yang posisinya tak beraturan alias berjauhan satu sama lain. Hanya ada 18 jiwa yang tinggal di Kampung Tonjong.
Kebanyakan bentuk rumahnya masih panggung dengan alas kayu ada juga yang sudah semen. Namun hampir semua dindingnya dari bilik yang dicat sesuka hati, asal berwarna dan menarik dilihat.
Sementara selama Kabupaten Bandung Barat (KBB) 15 tahun berdiri sebagai daerah otonom, tak satupun pucuk pimpinan KBB pernah menginjakkan kaki di Kampung Tonjong.
Sebut saja mendiang Abubakar sebagai Bupati pertama Bandung Barat, disusul Aa Umbara Sutisna, kemudian penerusnya Hengky Kurniawan sebagai Pelaksana Tugas (Plt). Selama itu juga warga Kampung Tonjong belum pernah bersalaman secara langsung dengan kepala daerahnya sendiri.
"Sampai sekarang juga belum pernah ada (Bupati/Wakil Bupati) yang ke sini," ujar Olih.
Tak Punya KWh Listrik Mandiri
Pilu warga Kampung Tonjong tak selesai pada akses jalan yang tak layak dilalui. Saat masyarakat perkotaan amat ketergantungan pada listrik, tak begitu dengan Olih dan warga lainnya yang mengandalkan listrik dari KWh atau meteran listrik dari bersama.
"Jadi KWh-nya ikut ke tetangga di pinggir jalan besar, jadi harus tarik kabel 1 kilometer. Soalnya nggak ada tiang listrik lagi, kalau nggak dari situ ya nggak ada listrik ke rumah kami," ucap Olih lirih.
Listrik yang mereka nikmati ternyata sangat terbatas. Hanya cukup untuk menghidupkan lampu bertegangan 15 watt, televisi, serta radio. Itupun hanya beberapa rumah saja yang punya televisi sebagai sumber hiburan.
"Di sini yang punya tv hanya 5 orang, jadi yang utama memang buat lampu. Lampu juga enggak yang terlalu terang. Bayar listriknya Rp 120 ribu perbulan tapi udunan semua rumah. Kalau saya perbulan Rp 25 ribu," ungkap Olih.
Listrik yang mengalir ke rumah mereka terkadang mengalami gangguan terutama saat hujan deras mengguyur. Alhasil ia dan warga lainnya terpaksa tidur gelap gulita ditemani suara serangga yang mengusir sunyi.
"Ya harus pakai lilin. Kalau dulu masih punya sempor (semacam petromaks), tapi sekarang sudah enggak ada yang punya," tutur Olih.
Tak muluk-muluk, Olih mewakili warga Kampung Tonjong lainnya hanya minta perhatian dari pemerintah KBB. Mereka ingin jalannya diperbaiki dan bisa memiliki KWh listrik sendiri.
"Ingin jalannya lebih bagus lagi, biar enak dilewati dan nggak bahaya. Kalau bisa juga ingin punya KWh sendiri," ujar Olih.
Mirip Kampung Terisolir
Kondisi Kampung Tonjong yang sulit dilalui karena akses buruk, minim penerangan, dan berada di pelosok KBB mirip kampung terisolir.
Kepala Dusun II Desa Sindangjaya, Cucu Cahyana mengatakan kondisi Kampung Tonjong bisa dibilang terisolir karena hanya memiliki satu akses utama. Jika terjadi longsor, praktis tak ada akses alternatif lain menuju kampung tersebut.
"Bisa dibilang terisolir karena nggak ada akses lain. Jalannya juga sangat jelek. Kebanyakan warganya juga nggak punya motor, jadi jalan kaki," ucap Cucu.
Pun demikian dengan masalah penerangan yang masih bergantung pada KWh dari rumah lainnya. Hal itu karena hanya ada sedikit pemanfaat jika harus memasang tiang listrik baru.
"Kalau listrik, di sini cukup minim karena dari tiang listrik ke rumah warga itu jaraknya cukup jauh kurang lebih satu kilometer. Jadi dari segi manfaatnya juga sangat kurang," kata Cucu.
Sementara itu Pemerintah Kabupaten Bandung Barat baru mengetahui soal kondisi Kampung Tonjong dengan segala keterbatasannya.
"Nanti kami koordinasi bagaimana kondisi di lapangan. Kami akan mengutus administrasi pembangunan (adbang) karena kami belum tahu," ujar Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda KBB Maman Sulaeman.
Maman menyebut semua keluhan masyarakat bakal segera ditindaklanjuti asalkan sudah jelas duduk permasalahannya.
"Makanya nanti sama saya akan tanyakan dulu ke pihak kecamatan bagaimana permasalahannya biar tahu," tutur Maman.
Simak Video "Video: Polisi Tangkap 6 Tersangka Baru Kasus Penjualan Bayi ke Singapura"
[Gambas:Video 20detik]
(orb/orb)