Beragam peristiwa terjadi dalam sepekan di Jawa Barat. Mulai dari misteri harimau jawa di Sukabumi yang belum terungkap hingga dua bobotoh meninggal saat laga Persib vs Persebaya di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung.
Berikut rangkuman beritanya dalam Jabar Sepekan:
Pidato Menyentuh dari Ridwan Kamil di Pemakaman Eril
Gubernur Jabar Ridwan Kamil membacakan tulisannya tentang sosok Emmeril Kahn Mumtadz dan hikmah di balik berpulangnya anak sulungnya yang karib disapa Eril itu.
Di depan makam Eril yang terletak di Cimaung, Kabupaten Bandung, Senin (13/6) lalu. Tulisan itu dibacakan Ridwan Kamil usai jenazah anaknya dikubur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut tulisan lengkap Ridwan Kamil tentang putra sulungnya Eril:
Izinkan saya menyampaikan sepenggal rasa cinta, siapa itu Eril dan apa hikmah dari kepergian Eril.
14 hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin yang sehari-hari, tapi 14 hari ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami. Kami bertanya-tanya mengapa harus selama ini ya Allah, mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu, supaya kami yang hidup tidak terlalu lama mengharu biru, tapi waktu adalah rahasia Allah yang mustahil bisa dipecahkan apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian.
Waktu adalah relatif, begitulah kata orang orang yang arif, dan akhirnya kami menerimanya dengan hati yang lapang, sebab kami bisa menemukan banyak sekali petunjuk yang terang.
Dalam rentang 14 hari yang sejujurnya sangat melelahkan, namun kami pun mendapat banyak pelajaran dan menerima kearifan. Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat, tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat penuh manfaat.
23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar. Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri atas lamanya hari, tapi tentang tiap hela napas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari.
Kami mengikhlaskan Eril pergi karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya. Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tak akan pernah lagi melihat lagi jasadnya untuk terakhir kali, bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh di seberang, mengapa tidak jika iya wafat di Swiss yang jauhnya juga tidak berbilang.
Bukankah tiap sejengkal tanah adalah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang.
Luncuran doa yang dipanjatkan dari berbagai penjuru negeri adalah limpahan pertanda yang lebih dari cukup bagi kami untuk yakin barangkali Allah memang yang menghendaki agar kepulangannya disambut baik oleh langit dan bumi.
Bagaimana mungkin kami tidak merasa dilimpahi oleh rahmat dan kurnia saat jenazah yang terbaring ini, berada di air berhari-hari masih utuh lagi sempurna, itu lah salah satu keyakinan kami bukti adanya mukjizat yang akhirnya Alhamdulillah kami diberi sempat untuk melihat tanda kekuasaan Allah sang pemberi berkat, pelajaran bagi kita yang beriman, dan yang pandai membaca isyarat.
Kematian Eril, merupakan kehilangan yang sangat telak juga pengalaman yang sungguh dahsyat dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami merasakan kehilangan yang paling besar, tapi seketika itu juga kami merasa dilimpahi kasih yang akbar.
Terakhir kami sangat bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya, bahkan dalam pulangnya masih mendatangkan cinta kepada kami sang orang tua.
Terima kasih, hatur nuhun, jazakallah khairun katsiran, atas segala cinta doa yang dipanjatkan untuk ananda Eril almarhum, semoga Allah membalas berlipat-lipat kebaikan Anda semuanya.
Harimau Jawa di Sukabumi yang Jejaknya Masih Misterius
Rifi Yanuar Fajar melajukan motornya melintasi jalan desa, Minggu 18 Agustus 2019. Malam itu cukup gelap, jarum jam pun menunjukkan pukul 23.00 WIB.
Ia tak sendiri, pemuda berusia 24 tahun itu diikuti oleh empat orang temannya yang menggunakan mobil. Melaju santai, membelah heningnya Hutan Rakyat Surade.
Perjalanan santai dari pusat kota ke daerah hutan itu tiba-tiba berubah menjadi kepanikan. Tiba-tiba, sesosok bayangan melompat dari kegelapan dan berdiri di depan motor Riri.
"Kejadiannya malam, pulang main dari Surade, meong (harimau) itu melompat sosoknya terlihat kurang jelas jadi memang tidak tersorot lampu motor langsung, jadi hewan itu berada di area gelap. Warnanya masih samar," kata Riri -sapaan Rifi Yanuar- kepada detikJabar, Selasa (7/6) lalu.
Meskipun gelap, kilatan cahaya motor dan mobil sempat menangkap warna dari hewan tersebut. Riri meyakini hewan itu adalah harimau dengan corak warna yang mengkilap terkena kilatan lampu.
"Posisinya melompat dari leuweung (hutan) ke jalan, sekitar 1 menit dia berdiri dia diam di jalan sebentar setelah itu melompat lagi ke hutan. Warnanya sempat kelihatan kuning garis hitam," ucapnya.
"Begitu melihat harimau itu saya memberhentikan motor, motor saya tinggalkan lalu saya naik ke mobil, motor saya tinggalkan karena saat itu agak takut juga," tuturnya.
Riri juga mengklarifikasi kabar ia yang menemukan bulu diduga dari hewan tersebut. Menurutnya yang menemukan bulu tersebut adalah warga bernama Pak Kaldi.
Baca juga: Jejak Misterius Harimau Jawa di Sukabumi |
"Yang menemukan bulu bukan saya tapi pak kaldi, kalau ada tapak (bekas) cakar memang saya melihat. Jadi Pak Kaldi itu menemukan bulu juga bukan bulu pasti bulu macan jenis harimau jawa jadi belum tentu itu bulu dari hewan tersebut," katanya.
Kisah tiga tahun yang lalu itu kembali muncul di beranda media sosial Facebook Dinas Kehutanan Jabar. Hewan dengan nama latin Panthera tigris sondaica itu disebut terlihat warga di kedusunan Cimandala , Desa Cipendeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Camat Surade Chairul Ichwan membenarkan unggahan tersebut. Ia menyebut penampakan pertama Harimau Jawa dilihat pada 18 Agustus 2019 oleh warga bernama Riri Yanuar Fajar. Kali kedua pada 27 September tahun yang sama, Riri dan empat temannya menemukan helai bulu dan bekas cakaran si raja hutan tersebut.
"Saya konfirmasi benar adanya, tanggal 18 Agustus kesaksian saudara Riri warga kedusunan Cimandala , Desa Cipendeuy, Kcamatan Surade menyaksikan penampakan harimau diduga harimau jawa," kata Chairul, Sabtu (4/6) lalu.
"Pada 27 September 2019, karena penasaran saudara Riri kembali melakukan penelusuran dan menemukan sehelai buku dan cengkraman kuku di batu. Namun setelah penampakan dan temuan itu, tidak lagi ada kabar atau laporan lagi dari warga,"' katanya.
Pihak pemerintah menurut Chairul cukup senang dengan kabar tersebut meskipun belum dipastikan apakah harimau itu jenis harimau Jawa atau bukan.
"Kami khususnya pemerintah kecamatan dan desa, dengan adanya dugaan ini cukup bahagia. Kalaupun ini benar, bisa saja harimau Jawa itu masih ada, sementara hari ini kan sudah dinyatakan punah ya," ucapnya.
Kasubag Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BKSD Jawa Barat, Halu Uleo membenarkan kabar tersebut. Pihaknya juga telah memasang camera trap di beberapa titik di lokasi yang diduga menjadi tempat munculnya harimau.
"Informasi terkait harimau, dari pemantauan teman-teman di lapangan dengan camera trap, yang didapat hanya macan tutul bukan harimau," kata Halu melalui sambungan telepon kepada detikJabar.
Terkait sampel yang ditemukan di lapangan, Halu mengatakan sampel tersebut masih dalam penelitian pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Kita sudah mengirim sample bulu di lapangan untuk mengecek apakah dari harimau itu atau bukan. Masih di Lab BRIN, Badan Riset. Masih tahap penelitian bulunya, sampai sejauh ini belum ada perkembangan. Menunggu hasil BRIN, masih mencari pembanding untuk samplenya," ujar Halu.
Plt Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN Khoirul Himmi Setiawan mengatakan pihaknya telah berdiskusi karena mencuatnya kabar temuan hewan dengan nama latin Panthera tigris sondaica ini.
"Kemarin sore berlangsung diskusi dengan tim periset zoologi dari Pusat Riset Zoologi Terapan, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi serta Pusat Riset Biosistematika dan Evolusiyang meneliti sampel helai rambut suspect harimau jawa," kata Khoirul saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (8/6) lalu.
Dari hasil diskusi itu, Khoirul menyatakan tim periset masih membutuhkan pendalaman lebih jauh mengenai kabar temuan harimau yang sudah dinyatakan punah tersebut.
"Informasi hasil analisa belum bisa di-share ke publik karena masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan datanya akan dipublikasikan di jurnal ilmiah," ungkapnya.
Menurutnya, untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kabar kemunculan Harimau Jawa itu, Tim Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN dibantu BKSDA Jabar akan turun ke lokasi mencari bukti-bukti tambahan.
"Tim dari Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN akan bekerjasama dengan BKSDA Jabar untuk turun ke lapangan mengumpulkan bukti tambahan yang diperlukan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat dan mengkonfirmasi kesimpulan awal yang ada," ujar Khoirul.
Soal jejak harimau Jawa di Sukabumi ini sedianya pernah tercatat dalam catatan Kolonial Belanda. Irman Firmansyah, Pakar Sejarah dari Yayasan Dapur Kipahare yang juga pengarang buku Soekaboemi the untold story menceritakan kepada detikJabar sejumlah kisah soal Harimau Jawa di era penjajahan Belanda dulu.
Ada ragam kisah menarik dan unik diceritakan oleh Irman terkait sang raja hutan tersebut.
"Harimau Jawa di Sukabumi pada masa kolonial masih cukup banyak dan dijadikan buruan sebagai olahraga maupun buruan warga karena mengganggu ternak, misalnya saja ketika Scipio dan Tanujiwa akan berkunjung ke Gunungguruh dan Pelabuhanratu tahun 1687 mereka menemukan bekas benteng Pajajaran yang sudah jadi hutan rimba dan dihuni harimau hingga anak buahnya ada yang dimangsa," kata Irman, mengawali kisahnya Minggu (12/6).
Irman menjelaskan Scipio yang dimaksud adalah Pieter Scipio van Oostende adalah seorang penjelajah dan prajurit Belanda berpangkat Sersan di abad ke-17 M. Sementara Tanujiwa adalah seorang warga pribumi keturunan Pajajaran yang diangkat jadi letnan oleh Belanda namun bersekongkol dengan Prawatasari dari Jampang.
"Kemudian ketika Joseph Arnold mengunjungi Andries de Wilde pada 1829 di Sukabumi dia diceritakan bahwa jalan menuju gudang kopi seringkali dilintasi harimau dan pekerjanya ada beberapa yang dimangsa, gudang kopinya sendiri waktu itu disekitar jalan gudang kota sukabumi sekarang," papar Irman.
Irman Firmansyah, Pakar Sejarah dari Yayasan Dapur Kipahare. Foto: Istimewa
Irman menceritakan kisahnya berdasar pada referensi sejumlah buku sejarah diantaranya karangan F deHaan berjudulPriangan, kemudian bukuAndries de Wilde berjudulPreangerRegentschappen.
Kometar Warga soal Larangan Pakai Sandal Jepit Saat Kendarai Motor
Kakorlantas Polri Irjen Firman Shantyabudi mengimbau para pengguna sepeda motor untuk tak menggunakan sandal jepit saat berkendara. Bagi warga Bandung, imbauan ini mengandung sisi positif dan negatif.
Nur (25), warga Riung Bandung misalnya. Dia menilai larangan menggunakan sandal jepit saat berkendara dapat dilihat dari dua perspektif. Dia setuju apabila larangan tersebut untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas.
"Kalau dilihat dari segi keselamatan ya setuju. Karena cukup berbahaya juga, bisa kena knalpot atau tersangkut di jari-jari," ucap Nur saat berbincang dengan detikJabar di Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Selasa (14/6) lalu.
Akan tetapi bila dilihat dari efektivitas, dia menilai larangan itu terbilang 'ribet'. Dia tak membayangkan apabila menggunakan sepeda motor hanya berjarak kurang dari 1 kilometer.
"Kalau fleksibel agak susah juga. Masa mau ke warung harus pakai sepatu. Kalau deket sih pake sendal saja. Kalau jarak jauh nah baru pake sepatu," tutur dia.
Pandangan lainnya diungkapkan Ibrahim (34). Warga asal Kacapiring, Kota Bandung ini juga setuju apabila dilihat dari sisi keselamatan.
"Kalau untuk keselamatan sih setuju. Saya juga kalau kemana-mana pakai sepatu," tutur dia.
Namun, dia mempertanyakan teknis larangan penggunaan sandal jepit tersebut. Sebab, beberapa kali dia juga kerap menggunakan sandal jepit saat berkendara.
"Tapi bingung juga. Gimana kalau hujan? Kan biasanya kalau hujan suka pake sandal," katanya.
Seperti di Tasikmalaya pengendara yang menggunakan sendal jepit diberikan imbauan, Sejumlah pengendara yang menggunakan sandal jepit diberhentikan polisi saat Operasi Patuh Lodaya di Jl Raya Ciawi-Singaparna, Rabu (15/6) lalu. Petugas menegur dan mengimbau agar pengendara sepeda motor menggunakan sepatu agar terhindar dari kecelakaan fatal.
"Gunakan sandal jepit saat bermotor itu dilarang. Karena tidak bisa memberikan perlindungan maksimal dan bisa juga kalau terjadi kecelakaan berakibat fatal," ujar Kanit Turjawali Iptu Yudi Risnandar kepada detikJabar.
50 Ribu Mg Air Keras di Tubuh Sarah Cianjur
Persidangan kasus pembunuhan Sarah (21) dengan terdakwa Abdul Latif (47) seorang pria berkebangsaan Arab Saudi kembali digelar. Dalam sidang dengan agenda pemeriksaan saksi ahli, terungkap jika terdapat cairan air keras hingga 50 ribu miligram di organ dalam korban.
Bahkan diduga kuat jika cairan tersebut sengaja diminumkan oleh pelaku hingga bisa masuk dalam jumlah yang banyak di tubuh korban. Dalam persidangan, saksi ahli dari Laboratorium Forensik menyebut jika ada zat asam klorida dan asam sulfat dalam tubuh korban.
Kedua zat yang bagi orang awam disebut air keras itu terdapat di lambung, kedua ginjal, hingga hepar atau hati. "Dari tenggorokan pun terdapat luka akibat zat tersebut," ujar saksi ahli dalam sidang, Rabu (15/6) lalu
Menurut dia, untuk membunuh seekor tikus hanya dibutuhkan 2.000 miligram asam sulfat dan asam klorida. Sedangkan dalam tubuh korban didapati kandungan kedua zat tersebut mencapai 50 ribu miligram.
"Kuantitasnya sangat banyak, sekitar 50 ribu miligram. Itu total dari temuan di sejumlah organ terutama hepar," ucapnya.
Saksi ahli juga menyebut dosis dalam jumlah tersebut bisa masuk jika korban dicekok. "Kalau oleh sendiri tidak mungkin, akan ada penolakan dari tubuh. Sehingga kuat dugaan dicekoki," tuturnya.
Di sisi lain, majelis hakim juga memeriksa terdakwa. Namun dalam persidangan yang dipimpin Hakim ketua Ni Wayan Wirawati dengan hakim anggota Andi Barkah dan Muhamad Iman terdakwa itu, terdakwa menolak untuk memberikan keterangannya.
"Itu hak terdakwa untuk tidak mengelak atau tidak mengakui, karena tidak disumpah. Tapi akan kami catat di berita acara sidang," ujar Hakim Ketua Ni Wayan.
Menurutnya sidang akan dilanjutkan dengan agenda tuntutan pada Kamis (23/6/2022) mendatang.
2 Bobotoh Tewas di Stadion GBLA
Polisi mengungkap kondisi Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat pertandingan Persib Bandung versus Persebaya Surabaya. Penonton membludak hingga akhirnya menimbulkan korban jiwa dua orang meninggal dunia.
"Jadi kegiatan pengamanan tadi malam di GBLA sesuai rencana pintu kira jaga. Akses ke tempat penonton di bawah, pintu masuk akses sobek karcis itu kita tempatkan personel dan juga dari TNI," ucap Kapolrestabes Bandung Kombes Aswin Sipayung kepada wartawan, Sabtu (18/6).
Aswin menuturkan kondisi saat itu masyarakat yang hendak masuk ke dalam Stadion tak terbendung. Menurutnya, mereka yang memiliki tiket berusaha untuk cepat masuk ke dalam Stadion.
"Kemudian masyarakat Bandung yang datang ingin menonton seperti SOP dari panpel itu harus menunjukkan karcis. Bagi yang punya karcis bisa masuk, yang tidak punya tidak boleh masuk kan seperti itu. Banyak yang masuk tidak sabar ingin masuk buru-buru masuk. Kemudian tiba-tiba ada korban di luar ya. Jadi di depannya pintu sobek karcis bukan dalam gedung," tuturnya.
"Jadi, dugaannya itu adalah tidak sabar ingin masuk, terburu-buru. Padahal sudah diimbau agar antre dan antreannya juga sudah ada, kemudian diminta menunjukkan tiket baik dari telepon genggam maupun tiket karcis atau hard copynya," kata dia menambahkan.
Di saat bersamaan, kata Aswin, polisi mendapatkan informasi ada yang pingsan. Pertolongan pertama dilakukan hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.
"Kemudian tiba-tiba ada yang pingsan dan kita bawa ke Rumah Sakit (RS), diberikan pertolongan oleh pihak RS," katanya.
Akan tetapi, kondisi korban tak tertolong. Kedua korban meninggal dunia di rumah sakit. Korban diketahui warga Bandung dan Bogor.
"Yang jelas kami dapatkan itu pingsan, kami bawa ke ambulans dan dibawa ke RS Sartika Asih," ujarnya.
Baca juga: Fokus Bali United Kalahkah Persebaya |
Berdasarkan data yang didapat dari match summary seusai laga, jumlah penonton di laga Persib vs Persebaya mencapai 37.872 orang. Artinya, 99,9% persen kursi penonton di Stadion GBLA terisi mengingat stadion ini berkapasitas 38.000 penonton.
Laga Persib vs Persebaya memang selalu menarik antusias pecinta sepakbola di Bandung dan Surabaya. Di mana pun lokasi digelarnya pertandingan, baik bobotoh atau bonek hampir selalu datang ke stadion.
Komisaris PT PBB Umuh Muchtar mengatakan, membludaknya suporter di laga Persib vs Persebaya tidak terprediksi sebelumnya.
"Saya turut belasungkawa turut berduka cita. Ini yang kita tidak terprediksi dan rasanya tidak mungkin karena tiket kita hanya bikin 15.000. Kita pun sudah menyiapkan layar lebar di luar tapi semua Bobotoh meringsek kedalam," kata Umuh saat diwawancarai awak media.
Menurut Umuh animo penonton di laga kedua babak penyisihan Grup C Piala Presiden 2022 itu benar-benar sangat tinggi.
"Animonya memang terlalu tinggi dan terlalu banyak ada yang datang dari Cilacap, dari Serang juga ada. Saya lihat sendiri makanya sebelum pertandingan saya memprediksi pasti ini membludak," ungkapnya.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Insiden maut itu telah merenggut nyawa dua Bobotoh. Umuh berjanji akan melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang.
"Apa boleh buat sekarang sudah terjadi akan evaluasi semua sudah bicara nanti bagaimana untuk langkah yang lebih aman," ucap Umuh.
Selanjutnya manajemen Persib juga berencana untuk mengunjungi rumah Sopiana Yusup asal Kota Bogor. "Memang nanti ada rencana ke Bogor dan mengucapkan belasungkawa juga," ujarnya.