8 Fakta soal Temuan Fosil Utuh Kura-kura Purba di Sumedang

8 Fakta soal Temuan Fosil Utuh Kura-kura Purba di Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 19 Jun 2022 14:22 WIB
Penemuan fosil di Sumedang.
Penemuan fosil hewan purba di Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar).
Sumedang -

Fosil hewan purba berupa kura-kura dan buaya berhasil ditemukan di Blok Leuwiumbar, Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang belum lama ini. Khusus fosil kura-kura sendiri ditemukan dalam kondisi utuh.

Tim gabungan dari Bidang Kebudayaan Sumedang, peneliti dari Balai Arkeologi BRIN Bandung, peneliti dari Badan Geologi dan Paleontologi Kementerian ESDM, dibantu warga langsung menyelematkan fosil tersebut dengan melakukan ekskavasi di lokasi temuan.

Lalu, apa saja fakta terkait temuan fosil kura-kura dan buaya tersebut? Berikut keterangan yang dirangkum detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ditemukan oleh Warga di Sebuah Perbukitan

Kepala Desa Jembarwangi, Fitriani Dewi nenyebut fosil kura-kura dan buaya purba tersebut ditemukan pertama kali oleh warga di sebuah perbukitan di lahan pribadi.

"Awal penemu fosil kura-kura adalah warga penggarap lahan berasal dari Desa Darmawangi yang memiliki tanah di Jembarwangi bernama Pak Udin," ucapnya.

ADVERTISEMENT

2. Proses Ekskavasi Melibatkan Tim Peneliti Gabungan di Bantu Warga

Tim gabungan dari Bidang Kebudayaan Sumedang, peneliti dari Balai Arkeologi BRIN Bandung, peneliti dari Badan Geologi dan Paleontologi Kementerian ESDM beserta dibantu warga melakukan proses ekskavasi untuk menyelamatkan fosil tersebut dari lapisan tanah.

Proses ekskavasi fosil kura-kura dan buaya tersebut dimulai dari 13 Juni 2022. Rencananya, fosil-fosil tersebut akan diangkat dari permukaan tanah pada Sabtu (18/6/2022).

"Menurut informasi untuk fosil kura-kura harisabtu sudah dapat diangkat karena masih ada serpihan-serpihan di bagian tempurung yang perlu ketelitian dalam prosesekskavasinya," ungkap KepalaDisparbudporaSumedang, BambangRiyanto.

3. Fosil Kura-kura Diperkirakan dari Zaman Pleitosen

Salah seorang tim peneliti, Anton Ferdiyanto mengatakan, fosil kura-kura purba yang ditemukan berdiameter sekitar 80 centimenter.

"Diameter fosil kura-kura ini sekitar 80 centimer ," ucapnya.

Fosil kura-kura itu ditemukan dalam posisi miring atau terbalik. Hal itu kemungkinan lantaran telah terdesak atau terdekompresi oleh lapisan tanah.

"Jadi bagian bawah kura-kura menjadi bagian paling dominan yang terlihat saat proses ekskavasi, sementara bagian atas kura-kura ada di baliknya," paparnya.

Anton menyebut, fosil kura-kura yang ditemukan diperkirakan berusia jutaan tahun lalu atau pada zaman pleitosen. Kendati demikian untuk mengetahui terkiat jenis kura-kuranya, apakah kura-kura darat (tortoise) atau kura-kura air masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

"Targetnnya kita selamatkan dulu, kita kasih pelindung berupa gips lalu nanti dibawa ke balai desa dari situ nanti ada tim khusus untuk merekontruksi dan mengetahui jenis kura-kuranya, apakah jenis kura-kura tortoise (kura-kura darat) atau kura-kura air," terangnya.

4. Temuan Fosil Kura-kura Purba Utuh Menjadi yang Pertama di Jabar

Fosil kura-kura yang ditemukan cukup unik lantaran masih dalam keadaan utuh. Kondisi temuan utuh seperti ini merupakan temuan pertama untuk di wilayah Jawa bagian barat.

"Temuan fosil kura-kura dalam kondisi utuh seperti di Jembawangi ini pernah ditemukan juga di Jawa bagian timur, kalau di Jawa Barat sendiri baru disini di Jembarwangi," terang salah seorang Peneliti, Anton Ferdiyanto.

5. Ditemukan Tidak Jauh dari Sungai Purba Cisaar

Dari pantauan detikjabar di lokasi pada Kamis (16/6/2022), fosil kura-kura itu ditemukan di sebuah perbukitan miliknya lahan warga serta tidak jauh dari aliran sungai Cisaar atau berjarak sekitar 200-300 meter. Sungai Cisaar sendiri menurut para peneliti merupakan sungai purba.

Salah seorang peneliti dari Balai Arkeologi BRIN Bandung, Anton Ferdiyanto mengatakan, jika dilihat dari kondisi lingkungan di salah satu lokasi temuan fosil satwa purba, dimulai dari dataran bawah maka disana terdapat sebuah sungai purba (sungai Cisaar). Pada masa itu, selain aliran sungai juga terdapat lautan dangkal serta sebuah daratan serta hutan yang cukup terbuka.

"jika dilakukan rekontruksi lingkungan ke masa lalu di lokasi temuan fosil, maka lokasi ini terdiri dari laut dangkal, rawa-rawa,aliran sungai dan daratan luas, jadi fauna-fauna banyak tinggal disini pada masa itu," terangnya.

Anton bersama tim peneliti lainnya yang telah melakukan penelitian di Desa Jembarwangi sejak 2016 ini, telah berhasil menemukan sejumlah fosil satwa yang hidup pada sekian jutaan tahun lalu.

"Dari petak-petak ekskavasi yang dilakukan saat itu, kami tim peneliti menemukan indikasi peninggalan fauna-fauna yang hidup pada masa lalu," ungkap Anton kepada detik jabar di lokasi ekskavasi belum lama ini.

Anton menyebut, sejumlah fosil binatang purba yang telah ditemukan diantara fosil binatang sejenis sapi, fosil buaya, fosil gajah (stegodon), fosil badak, fosil babi, fosil makaka, dan fosil binatang purba lain.

"Jadi intinya disini (di lokasi ekskavasi di Kawasan Desa Jembarwangi) pada kisaran 800 sampai 1,2 juta tahun lalu wilayah ini sudah banyak dihuni oleh fauna-fauna itu sendiri," paparnya.

6. Fosil Hewan Purba Lainnya Pun Ditemukan di Desa Jembarwangi

Pasca dilakukan beberapa kali penelitian, sejumlah fosil satwa purba pun berhasil dikumpulkan. Fosil yang disimpan di kantor desa saja, di antaranya ada fosil potongan kepala rusa, fosil gigi buaya, fosil stegodon, fosil kayu purba dan fosil kura-kura.

Sementara fosil lainnya, ada yang disimpan di kantor Disparbudpora Sumedang, ITB, Balai Arkeologi BRIN Bandung dan Museum Geologi Bandung.

"Fosil-fosil yang disimpan di kantor desa itu dicatat menurut waktu temuan, lokasi temuan, dan penemunya," kata Kepala Desa Jembarwangi, Fitriani Dewi.

7. Fosil Stegodon menjadi Temuan Pertama di Desa Jembarwangi

Kepala Desa (Kades) Jembarwangi, Fitriani Dewi menjelaskan, fosil satwa purba pertama kali ditemukan pada tahun 2004. Saat itu, peneliti yang berhasil menemukannya, yakni peneliti dari ITB dan seorang peneliti dari Jerman, DR.Cristien.

"Fosil yang berhasil ditemukan saat itu berupa fosil rahang stegodon (gajah purba," ungkap Fitriani kepada detikjabar, Minggu (19/6/2022).

Ia yang saat itu telah menjabat sebagai Kades Jembarwangi, sebelumnya menerima surat permohonan untuk penelitian dari ITB dan peneliti Jerman tersebut. Kegiatan itu pun direkomendasikan oleh Kesbangpol, Kabupaten Sumedang.

"Sebelumnya masih di tahun 2004, kami sering melihat rombongan anak-anak akademisi melakukan penelitian batuan di wilayah kami,diantaranya mahasiswa ITB," terangnya.

"Mungkin dari edukasi lapangan tersebut yang pada akhirnya ITB bekerja sama dengan peneliti ahli dari Jerman melakukan penelitian di Jembarwangi," ia menambahkan.

Fitriani mengatakan, fosil stegodon yang berhasil ditemukan saat itu untuk kemudian diteliti di Jerman.

"Kabar terakhir fosil stegodon itu ada di ITB," ujarnya.

8. Pemkab Rencanakan Pembangunan Museum di Desa Jembarwangi

Penemuan fosil kura-kura purba secara utuh untuk pertama kalinya ditemukan di wilayah Jawa Barat. Fosil itu ditemukan warga di Blok Leuwiumbar, Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang belum lama ini.

Selain fosil kura-kura, disana juga ditemukan fragmen-fragmen atau kepingan-kepingan fosil buaya diantaranya taring buaya, kulit buaya dan bagian buaya lainnya.

Lantas bagaimanakah langkah dan rencana Pemkab Sumedang terkait penemuan itu.

Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Sumedang Bambang Riyanto menjelaskan, terkait temuan itu, pihaknya akan menyerahkan terlebih dulu kepada para peneliti untuk dilakukan penelitian.

Para peneliti itu, sambung Bambang, diantaranya dari Balai Arkeologi BRIN Bandung dan Badan Geologi Kementerian ESDM serta peneliti terkait lainnya.

"Kami nanti akan minta bantuan para peneliti untuk diteliti terkait temuan itu, agar diketahui fosil itu hidup pada zaman apa, jenisnya apa, tentunya mereka punya metode tersendiri untuk mengungkap temuan itu," ungkap Bambang kepada detikjabar, Jumat (17/6/2022).

Setelah diteliti dan terungkap terkait fosil-fosil tersebut, sambung Bambang, fosil kura-kura dan buaya tersebut nantinya akan disimpan terlebih dulu di Kantor Desa Jembarwangi ataupun di Kantor Disparbudpora Sumedang.

"Kami juga memiliki ruangan kecil untuk menyimpan benda-benda dan fosil-fosil purbakala di kantor Disparbudpora, sementara mungkin akan kita tampung dulu sebelum dibangun sebuah museum, kita sudah siapkan space untuk menyimpan fosil-fosil itu," paparnya.

Bambang menuturkan, Pemkab Sumedang sendiri mempunyai rencana kedepan terkait pembuatan sebuah museum kepurbakalaan. Museum tersebut rencana akan dibangun di sekitar Kawasan Desa Jembarwangi.

"Semoga kami di tahun depan (2023) dapat membangun sebuah museum kepurbakalaan, kami mohon doanya," ungkapnya.

Halaman 2 dari 3
(mso/mso)


Hide Ads