Setiap anak punya cara belajar yang unik. Dalam mempelajari sesuatu, mereka terkadang butuh stimulan. Salah satunya, anak akan lebih semangat melakukan sesuatu saat diberi hadiah.
Namun, segala yang berlebihan tentu tidak baik. Sebagian orang tua mungkin tak ingin membiasakan anak dengan hadiah.
Trianindari, psikolog dari Magnaka Psikologi Bandung, menjelaskan bagaimana porsi tepat memberi apresiasi dalam bentuk hadiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang tua perlu memberikan apresiasi pada anak. Di usia yang masih kecil, contohnya saat anak baru pertama kali puasa. Beri tahu ke anak kalau akan ada hadiah jika bisa mencoba puasa pertamanya. Ia akan lebih termotivasi," jelas Inda, sapaan akrabnya.
Selain dalam bentuk pujian verbal, konsep hadiah bisa membuat anak semangat menggapai prestasi. Akan tetapi, tentu dengan porsi yang tepat.
"Namun, seperti tadi disampaikan. Beri tahu dulu sebelumnya, jadi ada komitmen yang jelas. Sehingga anak tidak merasa apapun yang dilakukan harus ada hadiahnya," tutur Inda.
Ia menjelaskan anak perlu tahu mengapa diberi hadiah dan dilibatkan dalam membuat komitmen tersebut. Beri penjelasan detail para mereka.
"Beri hadiah dengan komitmen yang jelas di awal. Jelaskan secara detil, jika berbuat apa akan diberi hadiah. Anak meski masih kecil perlu dijelaskan dengan detil," paparnya.
Menurut Inda, komunikasi selalu berperan penting dalam parenting atau pengasuhan anak. Sedini apapun usia anak, perlahan ia akan memahami setiap petunjuk yang diberikan orang tua.
"Respons apapun akan ditangkap oleh anak. Kelihatannya anak belum paham, tapi itu adalah usia golden age. Sekecil apapun akan diserap. Pengertian apapun memang harus sabar diterapkan. Lama-lama akan dipahami," kata Inda.
(aau/ors)