Rifi Yanuar Fajar (24) melajukan motornya melintasi jalan desa, Minggu 18 Agustus 2019. Situasi malam itu cukup gelap, waktu menunjukan sekitar pukul 23.00 WIB, ia baru saja pulang dari pusat kota Kecamatan Surade.
Pria yang akrab disapa Riri itu tidak sendiri, di belakang motornya ada empat temannya menggunakan mobil. Melaju santai mereka melintasi hamparan Hutan Surade, sampai tiba-tiba sesosok bayangan melompat dari kegelapan dan berdiri di depan motor Riri.
"Kejadiannya malam, pulang main dari Surade, meong (harimau) itu melompat sosoknya terlihat kurang jelas jadi memang tidak tersorot lampu motor langsung, jadi hewan itu berada di area gelap. Warnanya masih samar," kata Riri kepada detikJabar, Selasa (7/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun gelap, kilatan cahaya motor dan mobil sempat menangkap warna dari hewan tersebut. Riri meyakini hewan itu adalah harimau dengan corak warna yang mengkilap terkena kilatan lampu.
"Posisinya melompat dari leuweung (hutan) ke jalan, sekitar 1 menit dia berdiri, dia diam di jalan sebentar, setelah itu melompat lagi ke hutan. Warnanya sempat kelihatan kuning garis hitam," ucapnya.
Riri dan keempat temannya sempat terkesima. Riri bergerak perlahan melepas motornya dan mendekati teman-temannya yang berada di mobil.
"Begitu melihat harimau itu saya memberhentikan motor, motor saya tinggalkan, lalu saya naik ke mobil. Motor saya tinggalkan karena saat itu agak takut juga," imbuhnya.
Cerita soal penampakan harimau di hutan Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi teryata bukan hanya sekali. Sejumlah warga memberikan pengakuan sering melihat harimau dengan corak kuning dan hitam.
Kades Cipeundeuy Bakang Anwar As'adi mengaku kerap menerima kabar itu, terakhir saat meninjau pengaspalan di wilayahnya ia mendapat cerita penampakan harimau di kawasan hutan rakyat Surade.
"Beberapa waktu lalu saya mendapat cerita dari warga, ia melihat penampakan harimau dengan corak itu (kuning-hitam). Tahunnya sama 2019 namun bulannya sekitar Mei-Juni katanya," ujar Bakang, Rabu (8/6/2022).
Bakang mengatakan warga yang mengaku melihat itu berprofesi sebagai pencari burung. Penampakan harimau itu berada di sekitar aliran sungai di dalam hutan.
"Posisinya kemarau, area tempat orang itu melihat di pinggiran sungai. Kawasan hutan yang memang jarang sekali diinjak orang, lokasi itu memang banyak goa-goa ya bisa dibilang hutan belantara," ungkapnya.
Dari beberapa informasi, penampakan harimau di beberapa lokasi di kawasan hutan rakyat yang memiliki luas sekitar 400 hektar itu sudah seringkali dialami langsung warga. Terlebih di Blok Cibanteng, Cicadas, hingga kawasan Karangbolong yang berbatasan dengan Desa Sukatani, Kecamatan Surade.
"Di Desa Cipeundeuy memang masih ada kawasan hutan yang luas dan dikelilingi Sungai Cipamarangan dan laut Cimandala yang berbatasan dengan Karangbolong, Desa Sukatani," ucap Bakang.
Menanggapi kabar temuan harimau Jawa itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih terus melakukan pendalaman terkait kabar temuan Harimau Jawa di wilayah hutan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Plt Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN Khoirul Himmi Setiawan mengatakan pihaknya telah berdiskusi karena mencuatnya kabar temuan hewan dengan nama latin Panthera tigris sondaica ini.
"Kemarin sore berlangsung diskusi dengan tim periset zoologi dari Pusat Riset Zoologi Terapan, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi serta Pusat Riset Biosistematika dan Evolusiyang meneliti sampel helai rambut suspect harimau jawa," kata Khoirul saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (8/6/2022).
Dari hasil diskusi itu, Khoirul menyatakan tim periset masih membutuhkan pendalaman lebih jauh mengenai kabar temuan harimau yang sudah dinyatakan punah tersebut.
"Informasi hasil analisa belum bisa di-share ke publik karena masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan datanya akan dipublikasikan di jurnal ilmiah," ungkapnya.
Menurutnya, untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kabar kemunculan Harimau Jawa itu, Tim Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN dibantu BKSDA Jabar akan turun ke lokasi mencari bukti-bukti tambahan.
"Tim dari Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN akan bekerjasama dengan BKSDA Jabar untuk turun ke lapangan mengumpulkan bukti tambahan yang diperlukan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat dan mengkonfirmasi kesimpulan awal yang ada," ujar Khoirul.
(bba/ors)