Menepis Stigma pada Transpuan ala Srikandi Pasundan

Menepis Stigma pada Transpuan ala Srikandi Pasundan

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 01 Jun 2022 11:00 WIB
Aktivitas di Yayasan Srikandi Pasundan.
Aktivitas di Yayasan Srikandi Pasundan. (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)
Bandung -

Siang hari di sebuah rumah di Jalan Sarimanah nomor 99 nampak ramai. Beberapa transgender nampak sibuk melakukan rapat. Di sinilah letak kantor Yayasan Srikandi Pasundan, wadah bagi transgender di Jawa Barat.

"Yayasan ini telah berdiri sejak tahun 2004. Awal pendirinya oleh Bu Luvhi dan Bu Berbi. Kami berfokus pada pemberdayaan transgender agar lebih berwawasan," ujar Fiona Chandra, Koordinator Outreach Worker.

Saat detikJabar datang ke lokasi belum lama ini, di sana sedang berlangsung pendataan Oral Fluid Test (OFT) atau Screening HIV Mandiri (SHM) tahun 2021. Harapannya, pendataan ini mampu menjangkau komunitas yang sulit mengakses layanan kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini sedang pendataan siapa saja yang sudah melakukan test HIV, siapa yang belum sempat melakukan. Validasi data agar tidak ada nama yang double atau memberikan data palsu," terangnya.

Yayasan ini berusaha memberikan pengetahuan pada transgender akan bahaya penularan infeksi menular seksual (IMS), pencegahan, serta pengobatannya. Maka, demi menyehatkan kualitas hidup transgender, Fiona dan kawan-kawan mengarahkan ke kegiatan positif.

ADVERTISEMENT

"Kami berusaha mengarahkan teman-teman supaya bisa keluar dari pekerjaan 'mangkal'. Kini, teman-teman sudah punya profesi untuk menghidupi diri secara mandiri," terang Fiona.

Fiona yang berusia 46 tahun tersebut mengakui stigma negatif masih melekat pada transpuan. Tak hanya dari masyarakat, namun kadang muncul ketidakpercayaan diri sendiri.

"Agar tidak ada lagi stigma, kami berdayakan kemampuan mereka. Saat ini ada ratusan transgender yang memiliki usaha salon, rias pengantin, toko kelontong, hingga bertani. Saya sendiri punya 5.000 pohon cabai di Garut sebagai penunjang ekonomi," ujarnya.

Modal dari usaha mereka diperoleh dari donatur Global Funding dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bandung. Meskipun dananya tak seberapa, namun dana ini mampu menggerakkan roda perekonomian mereka.

"Untuk transgender di Bandung khususnya, ada lebih dari 1.000 ya hingga saat ini. Anggota Yayasan kurang lebih ada 40 orang. Kami saling membantu, kadang kalau ada yang kesusahan engga ada uang makan, kami masak sama-sama pakai uang bersama," pungkas Fiona.




(aau/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads