Letnan A. Arzain dan M Kuswa Sujana Atmaja adalah dua tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di wilayah Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Namun, profil kedua tokoh itu tak banyak diketahui oleh warga sekitar.
"Iya tahu nama jalannya mah, tapi kurang tahu kalau silsilah pemilik nama jalannya mah," kata Cecep (27), warga Surawangi, Jatiwangi kepada detikJabar.
Sekadar informasi, Jalan Letnan A. Arzain berlokasi di sebelah Kantor Kecamatan Jatiwangi menuju Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati. Sedangkan Jalan Kuswa berlokasi dari arah Kantor Kecamatan menuju Desa Ciborelang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok dua tokoh itu mulai sedikit terungkap setelah akun Facebook bernama Yuke Yurike, melemparkan pertanyaan ke Grup Madjaleng Baheula (Grumala).
"Assalamualaikum. Mau tanya adakah yang tahu tentang sejarah Pendopo Camat Jatiwangi? Di belakang pendopo ada rumah dinas. Karena kalau di lihat dari gambar mirip dengan rumah dinas kakek Kuswa Sujana Atmaja, saat beliau bertugas di Jatiwangi, menurut anaknya Mochammad Isa (salah satu putra abah Kuswa), sebelah kiri rumah di batasi dengan kebun jeruk, ada lokasi penyiksaan pejuang kemerdekaan RI yang di siksa oleh tentara Jepang. Terima kasih sebelumnya," tulis akun itu dikutip detikJabar.
Berangkat dari minimnya informasi seoal kedua tokoh tersebut, detikJabar mencoba menelusuri jejak pemilik nama penanda jalan itu.
Saat dikonfirmasi, Ketua Grumala (Gruop Madjalengka Baheula) sekaligus penikmat sejarah Majalengka, Naro, mengaku sempat mendampingi Yuke saat berkunjung ke Jatiwangi, pada Kamis (19/5/2022) kemarin.
Yuke, yang kini tinggal di Jakarta, datang ke Majalengka bersama sang ayah, Mochamad Isa, yang merupakan anak M Kuswa Sujana Atmaja.
"Kemarin saya juga mendampingi Yuke dan ayahnya ke Jatiwangi untuk mencari silsilah kakeknya, M Kuswa Sujana Atmaja yang kini dijadikan nama jalan di Jatiwangi," ujar Naro.
Diceritakan Naro, saat masih hidup, Kuswa berkerja di Post Telephon Telegraf Dienst (PTT). Kuswa merupakan salah seorang warga yang menjadi korban penjajahan Belanda. Ia meninggal pada 1947 setelah digempur penjajah.
"Dari cerita Pak Isa (anak Kusma), ayahnya gugur pada tahun 1947, dengan kondisi mengenaskan. Ia meninggal karena diberondong tank Belanda. Saat itu Pak Isa masih berusia 8 tahun," ujar dia menceritakan.
![]() |
Selain itu, Kuswa juga pernah tergabung dalam Tentara Pelajar. Ia gugur saat mempertahankan objek vital dari serangan Belanda.
"Ketika penyerbuan Belanda terhadap objek vital di antaranya PTT, begitu juga Lapangan Udara Beusi (kini jadi Lanud Sukani). Beliau pantas disebut pahlawan," jelasnya.
Sedangkan, Letnan A. Arzain diperkirakan meninggal pada 1955. Sebab dari batu nisan itu tertulis sang letnan tersebut wafat pada November 1955.
"Pak Kuswa ataupun Letnan A. Arzain, keduanya dimakamkan di TPU, Desa Sutawangi, Jatiwangi. Makamnya tidak jauh dari kantor kecamatan," ujarnya.
Naro sendiri mengaku tidak mendapat banyak informasi soal sosok Letnan Arzain. Akan tetapi, menurut keterangan Jojo Subagdja Nitiatmadja, keponakan Kapten A. Arzain menyebutkan, almarhum meninggal dalam keadaan tidak mempunyai keturunan.
"Katanya Letnan Arzain meninggal saat masih bujangan, jadi beliau enggak punya keturunan," jelas dia.
(ors/ors)